Rekam Jejak Capres Bakal Disorot Kampus
JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 kurang dari enam bulan. Nama-nama bakal Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) juga sudah mengemuka.
Lantas, siapa bakal Capres-Cawapres yang dilirik kalangan kampus? Wakil Rektor III Universitas Gajah Mada (UGM) Dr. Ari Sudjito mengungkapkan, pada dasarnya, sosok dunia kampus dan intelektual akan melihat rekam jejak sang calon.
"Ukuran penting dan utama adalah track record atau rekam jejak, gagasan yang dimiliki, dan pengalamannya atau social capitalnya," kata Ari Sudjito saat menjadi narasumber di forum Diskusi Sintesis di Sintesis Coffee dan Space, Jalan Kaliurang, Yogyakarta, kemarin.
Dikatakan Ari, proses demokrasi politik di Indonesia saat ini masih kental nuansa oligarki. Keputusan-keputusan politik didominasi elite. Sehingga, dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kepentingan elit.
Karenanya, yang perlu didorong, adalah menjadikan pesta demokrasi politik itu milik rakyatatau grass root. Sebab, selama ini, Pemilu terkesan hanya milik partai. "Sehingga rakyat merasa memiliki Pemilu. Akhirnya, sukarela berpartisipasi, menjadi saksi tanpa dibayar. Itu tantangannya," katanya.
Goris Sahdan, Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) APMD Yogyakarta 2014-2019 dan 2020 menambahkan, publik, khususnya dunia kampus, akan mencari calon yang paling mendekati Presiden Jokowi. Publik juga akan memakai prinsip minus malum.
"Maksudnya, publik akan memilih yang paling sedikit keburukannya di antara semua pilihan buruk," cetusnya di kesempatan yang sama.
Selain itu, tambah Goris, pemilih muda seperti kalangan intelektual mahasiswa akan memilih calon yang antikorupsi, memiliki visi penegakan hukum, dan tidak memiliki persoalan di masa lalu.
Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan dan Abidin Fikri yang ikut hadir sebagai penanggap bertanya soal kaidah berkampanye di kampus. Apalagi, saat ini, tak ada lagi larangan berkampanye di institusi pendidikan.
Menjawab ini, Goris menyatakan amat terbuka dan setuju calon pemimpin nasional berkampanye dan mengucapkan gagasannya di kampus. Selama ini, STPMD APMD juga telah memberi ruang kepada para Capres. Salah satunya, Ganjar Pranowo yang pernah mengisi forum meskipun secara virtual. "Untuk calon lain kami sangat terbuka dan welcome," tegasnya.
Sedangkan Ari menambahkan, soal kampanye di kampus, menjadi kebijakan masing-masing institusi pendidikan. "Memang sudah tak ada larangan.Pada prinsipnya setuju calon pemimpin bertarung gagasan di dunia akademik. Tetapi ini kembali pada kebijakan kampusnya," tuturnya.
Saat menutup acara, Koordinator Panitia Diskusi, Tri Agus Susanto mengungkapkan, pihaknya berencana menggelar secara rutin diskusi Sintesis ini. Diketahui, setelah sempat vakum selama Pandemi Covid-19, forum Diskusi Sintesis kembali digelar.
Diskusi perdana setelah off lama ini bertajuk Mencari Sosok Capres/Cawapres dari Kacamata Kampus. Bertindak sebagai moderator Gusti Randa, artis senior yang juga pemerhati isu-isu terkini. Diskusi dihadiri 50-an orang peserta. Mereka tampak antusias menyimak dan menanggapi.
Selain akademisi kampus, nampak pula hadir anggota DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Yuni Satia Rahayu dan Eko Suwanto. "Ini diskusi yang pertama setelah pandemi. Tetapi juga bukan yang terakhir. Ke depan, Diskusi Sintesis akan rutin digelar dengan topik yang aktual," pungkas Tri Agus Susanto.
TangselCity | 15 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu