TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Bersama Dekranasda, Pemkot Tangsel Kembangkan Khazanah Batik Berbasis Lingkungan, Sejarah, dan Budaya

Laporan: Rachman Deniansyah
Rabu, 07 September 2022 | 21:41 WIB
Foto : Istimewa
Foto : Istimewa

CIPUTAT, Bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Pemerintah Kota Tangerang Selatan berkomitmen untuk mengembangkan khazanah batik dengan mengedepankan unsur lingkungan, sejarah, dan budaya kota termuda se-Banten ini. 

Komitmen tersebut diejawantahkan dalam acara gelar wicara atau talkshow Dekranasda bertema "Mengolah Kreatifitas Berbasis Lingkungan, Sejarah, dan Budaya Lokal Tangsel" yang berlangsung di Command Centre, Gedung 3 Puspemkot Tangsel, Rabu (7/9/2022). 

Dalam kesempatan itu, Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan menerangkan bahwa meski sebagai kota baru, Tangsel memiliki beragam identitas yang patut untuk digali. Sebab secara budaya, Kota ini memiliki kekayaan yang luar biasa. 

"Jadi kota ini mekar dari Kabupaten Tangerang sejak 2008 silam yang tentu saja memiliki basis budaya yang sudah lama mendiami kota ini. Di kota ini ada beberapa suku yang dominan yang bisa ditemukan di perkampungan kota kita. Kita harus menoleh terhadap perkampungan kota, baik itu di Ciputat, Serpong, dan Setu," terang Pilar dalam sambutannya. 

Kota termuda se-Banten ini, kat Pilar, memiliki beragam suku yang berbeda. Mulai dari Betawi, Sunda, Jawa, bahkan Tionghoa. 

Dengan kekayaan itu,  Ia menyebut bahwa Tangsel dapat disebut sebagai miniatur Indonesia, khususnya dalam hal Kebhinekaan. 

"Mayoritas adalah suku budaya Betawi. Yang di mana banyak sekali ditemui perkampungan masyarakat betawi yang memang sudah mendiami cukup lama. Lalu juga ada Suku Sunda di beberapa wilayah seperti Serpong, Serpong Utara, dan Setu terutama wilayah yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tangerang dan Bogor, yang juga sudah lama mendiami," paparnya. 

"Bahkan ada beberapa suku peranakan Tionghoa yang mana menurut sejarahnya pada tahun 1800-an sebagian suku Tionghoa berpindah dari batavia. Dan seiring berjalannya waktu di sini banyak suku Jawa, Sumatera, Bugis Makassar, dan sebagainya. Akhirnya kota ini terbentuk identitas kotanya yang di mana sudah bercampur suku dan budayanya," imbuhnya. 

Sehingga kemajuan Tangsel, lanjut Pilar, tak lepas berkat adanya kekayaan suku dan budaya yang dimiliki. 

"Jadi kalau mau melihat Kebhinekaan Indonesia, itu ada di Tangsel. Dan alhamdulillah Kota Tangsel ini adalah kota yang rukun, aman, tentram. Tidak ada konflik sosial, agama, suku. Artinya Tangsel ini adalah rumah bagi semua orang," ungkap Pilar. 

Dengan demikian, Pilar berharap agar sederet kekayaan ini dapat diejawantahkan menjadi sebuah karya yang mampu menonjolkan ciri khas Tangsel. Salah satunya, dengan karya batik. 

 "Batik ini saya harap bisa menunjukkan karakteristik itu. Jadi saat orang lihat, sudah tahu bahwa ini batik Tangsel. Kota yang cerdas, modern, dan religius," tuturnya. 

"Kenapa batik? Karena menurut saya belum ada karya seni fashion milik nusantara yang bisa dipakai di setiap momentum. Sehingga nanti diharapkan batik dapat kita gunakan everywhere, everytime," lanjut Pilar. 

Senada dengannya, Ketua Harian Dekranasda Kota Tangsel, Heru Agus Santoso menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan kreativitas para pelaku industri kecil menengah (IKM), terutama yang berkecimpung dalam kegiatan industri berbasis batik, mode dan fashion. 

"Serta untuk mendapatkan informasi dan pandangan baru terhadap isu-isu strategis terhadap pengambangan batik  sebagai bagian dari kekayaan lingkungan warisan sejarah dan budaya lokal," jelas Heru.

Selain itu, Heru yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangsel itu menginginkan, agar kegiatan ini dapat meningkatkan kemandirian ekonomi, khususnya bagi para pelaku usaha industri batik di Tangsel. 

"Kami harapkan agar para pelaku industri pengrajin batik dapat meningkatkan dan mengembangkan ide-ide baru melalui pengolahan kreativitas berbasis lingkungan, sejarah dan budaya lokal," harapnya. 

Sehingga ke depan, lanjut Heru, para pengrajin batik di wilayahnya ini dapat menciptakan motif yang memiliki karakter Tangsel. 

"Sehingga nanti memiliki corak yang kemudian bisa dikenal dengan berbasis lingkungan, sejarah dan budaya. Dan nanti, hasilnya diharapkan bisa ditampilkan pada HUT ke-14 Tangsel," pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo