TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

Indeks

Dewan Pers

Pemerintah Harus Cari Solusi 2 Juta Anak Kena Gangguan Mental

Reporter & Editor : AY
Minggu, 02 November 2025 | 10:51 WIB
Ilustrasi. Foto : Ist
Ilustrasi. Foto : Ist

JAKARTA - Senayan menyoroti data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) soal dua juta anak di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental. Ini merupakan peringatan serius bagi seluruh pihak untuk memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan jiwa anak dan remaja.

 

Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani mengatakan, angka ini bukan sekadar data statistik, tapi sinyal darurat sosial yang harus ditanggapi bersama. "Anak-anak yang mengalami tekanan mental adalah generasi masa depan bangsa. Jika tidak segera ditangani, kita berisiko kehilangan potensi besar mereka,” ujarnya, Sabtu (1/11/2025).

 

Diketahui, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, ada sekitar dua juta anak yang mengalami gangguan kesehatan mental. Angka itu didapat dari data pemeriksaan kesehatan jiwa gratis yang dilakukan Kemenkes.

 

Dari laporan yang kami terima dalam pemeriksaan kesehatan jiwa gratis dan telah menjangkau sekitar 20 juta jiwa, terdapat lebih dari dua juta anak yang mengalami gangguan kesehatan mental," kata Dante dalam acara Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang, Kamis (30/10/2025).

 

Netty mendukung langkah Kemenkes membuka data dan menyediakan layanan konseling daring atau online untuk membantu masyarakat mengakses dukungan psikologis secara mudah dan anonim. Upaya tersebut perlu diperkuat dengan pendekatan yang lebih sistematis, berkelanjutan, dan menjangkau hingga pelosok daerah. “Layanan daring sangat membantu, tapi belum semua anak memiliki akses internet," ungkap dia.

 

Pemerintah perlu memperkuat layanan konseling di sekolah, puskesmas, dan komunitas agar lebih inklusif atau terbuka bagi semua orang. Diharapkannya, Kemenkes menjelaskan lebih rinci cakupan dan validitas data yang dirilis terkait jumlah anak dengan gangguan mental. Tujuannya agar publik memahami konteksnya secara utuh.

 

Transparansi data akan membantu publik melihat persoalan ini dengan lebih tepat. Penjelasan tentang metode, cakupan, dan validitas data sangat penting, bukan untuk meragukan hasil. "Agar kita bisa bersama-sama menentukan langkah intervensi yang paling efektif,” ujar politikus PKS ini.

 

Dengan penjelasan yang lebih komprehensif, lanjutnya, semua pihak akan memiliki dasar yang kuat dalam merancang program pencegahan dan pendampingan anak. Sebab anak-anak sekarang hidup di era tekanan digital dan ekspektasi sosial yang tinggi. "Kita perlu membangun budaya komunikasi yang hangat di keluarga dan sekolah agar anak merasa aman untuk bercerita dan meminta bantuan,” jelasnya.

 

Netty bilang, perhatian terhadap pengokohan ketahanan keluarga menjadi hal yang harus terus dilakukan secara serius oleh Pemerintah. Keluarga yang memiliki ketahanan fisik, ekonomi, sosial budaya, dan psikologis spiritual tentu menjadi bagian dari solusi gangguan kesehatan mental pada anak dan remaja.

 

Sementara, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, pihaknya telah menyediakan layanan konseling daring secara gratis yang bisa diakses kapan saja. Masyarakat yang mengalami stres, depresi atau memiliki keinginan bunuh diri bisa melakukan pengobatan melalui healing 119.id.

 

"Platform ini bisa menjadi tempat untuk berbagi keluh kesah secara anonim, difasilitasi oleh psikolog sosial dan klinis yang siap mendengarkan 24 jam," ujar Dante dalam keterangannya, Jumat (31/10/2025).

 

Dalam waktu hanya tiga bulan, sebut Dante, platform ini telah dikunjungi lebih dari 45 ribu pengguna. Ini adalah langkah kecil, tetapi berarti besar bagi upaya penyembuhan jiwa bangsa. "Stres dan tantangan kesehatan jiwa adalah hal yang tidak dapat dihindari setiap hari," kata dia.

 

Kemenkes, lanjutnya, mengajak masyarakat untuk saling mendukung dan memperkuat dukungan psikososial bagi siapa pun yang tengah berjuang dengan kesehatan jiwanya. "Kami juga mengajak masyarakat yang sehat jiwa untuk peduli dengan warga di sekitarnya. Caranya sederhana dengan menyapa dan mengucapkan apa kabar," saran dia.

 

Dia bilang, sapaan kecil seperti itu mungkin menjadi sumber energi positif yang mampu menyelamatkan seseorang dari keputusasaan. "Mereka tidak hanya pulih dari pikiran yang semrawut atau overthinking, tetapi juga dapat kembali merasakan kebahagiaan, kedamaian, dan kebersamaan dengan sesama," kata dia.

 

Sementara, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Adi Leksono mengatakan, penerapan sistem deteksi dini perlu dilakukan di lingkungan sekolah dan komunitas. Hal ini sebagai langkah nyata mencegah kasus pelajar yang nekat mengakhiri hidupnya.

 

Anak yang menunjukkan perubahan perilaku, penurunan semangat belajar, atau tanda-tanda stres berat harus segera mendapat perhatian dan pendampingan psikologis sejak awal,” ujar Aris dalam keterangannya, Jumat (31/10/2025).

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit