TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Saran Dirut Rakyat Merdeka Cegah Keterbelahan Di Pemilu 2024

Pilihlah Pasangan Capres-Cawapres Yang Menyatukan

Oleh: AN/AY
Jumat, 17 Juni 2022 | 10:57 WIB
Kiki Iswara Darmayana menjadi pembicara pada seminar Pers, Partai Politik, dan Pemilu dalam rangka Rakernas Partai Nasdem. (Ist)
Kiki Iswara Darmayana menjadi pembicara pada seminar Pers, Partai Politik, dan Pemilu dalam rangka Rakernas Partai Nasdem. (Ist)

JAKARTA - Memasuki hari kedua Rapat Kerja Nasional (Rakernas), Partai NasDem menggelar seminar kebangsaan. Seminar ini membahas mengenai politik indentitas dan peran pers saat pemilu.

Ada dua sesi seminar kebangsaan yang digelar NasDem, kemarin. Sesi pertama temanya tentang ‘Masa Depan Bangsa Di Tengah Maraknya Politik Identitas”. Pada sesi ini Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla jadi keynote speaker.

Sedangkan pembicaranya Ketua Mahkamah NasDem Saur Hutabarat, Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra, Cendikiawan Prof Yudi Latif, Ketua Divisi Pendidikan LHKP PP Muhammadiyah Alfan Alfian, Katib Syuriah PBNU Abu Yazid dan Ketua PGI Pendeta Gomar Gultom.

Sesi kedua menyoroti “Pers, Partai Politik, dan Pemilu”.

Pada sesi ini, pematerinya pimpinan media dan dari NasDem. Yaitu, Ketua Mahkamah NasDem Saur Hutabarat, Pemred IDN Times Uni Z. Lubis, Ketua Forum Pemred yang juga Pemred Kumparan Arifin Asydhad, Jurnalis Senior Harian Kompas Budiman Tanuredjo, dan Direktur Utama Rakyat Merdeka Iswara Darmayana.

Acara dibuka oleh Sekjen qPartai NasDem yang juga Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate. Dalam sambutannya, Johnny membahas masalah ekonomi.

Dia juga mengajak pers untuk menjaga qsoliditas nasional. Menurut dia, pers berperan dalam menyaring informasi dan menjaga demokrasi.

Pada kesempatan ini, Kiki-sapaan akrab Iswara Darmayana-membahas peran media di tengah polarisasi masyarakat pasca Pilpres 2014 dan 2019. Kata Kiki, media perlu bantuan parpol untuk menyelesaikan persoalan ini.

“Parpol bukan waktunya lagi atau memikirkan hal-hal sekadar mencari suara. Kemudian mengambil isu-isu populis yang merupakan bagian dari benih-benih perpecahan bangsa,” kata Kiki.

Menurut Kiki, sudah waktunya media dan parpol menyudahi pengistilahan cebong, kampret, bahkan kadrun sekalipun.

“Sulit memang. Terlihat kelompok A dan kelompok B hanya dapat lokomotif, tapi gerbongnya sama saja. Jika dibiarkan, dampaknya bisa ke politik dan ekonomi,” ujarnya.

“Mba Uni Lubis sempat mengatakan sejak 2016 masuk 2017 ada keterbelahan dari sisi kiri dan kanan menjadi sangat jauh. Kemudian lanjut pada Pilpres 2019, kita akhirnya jadi sangat terbelah. Maka saat ini peran parpol sebenarnya besar untuk menghentikan keterbelahan ini,” tambahnya.

Kiki pun mengajak parpol berpikir out of the box menyudahi masalah keterbelahan ini. Caranya? Dengan menjaring capres dan cawapres yang mampu mengentaskan masalah ini. Jadi, semua tergantung parpol.

“Kalau di 2024 itu tidak mau terbelah lagi, tergantung pada pasangan yang akan terwujud. Pasangan dua-duanya pasangan yang menyatukan, tapi kalau tidak menyatukan, saya prediksi keterbelahan itu akan terus terjadi,” tegas dia.

Sementara, Arifin Asydhad mengibaratkan perjalanan bangsa sebagai kereta api yang melaju di rel dan memiliki tujuan. Peran pers, kata dia, memastikan kereta tersebut sampai.

“Kalau nanti kereta api ini ke rel yang salah, ini fungsi pers, tapi pers tidak hanya bicara polarisasi, residu politik, lebih dari itu. Bagaimana kita bisa wujudkan berbagai kualitas. Masyarakat adil makmur, sejahtera,” kata Arifin.

Pers juga memiliki peran penting dalam mendorong perbaikan partai politik. Salah satu yang dikawal oleh pers, lanjut Arifin, yakni soal kualitas pemilu, termasuk soal pemilih. Pers dinilai punya peran mengawal agar pemilu berjalan dengan luber jurdil. (rm id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo