TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Idul Fitri Di Sudan, Perang Berlanjut Usai Pengumuman Gencatan Senjata

Laporan: AY
Sabtu, 22 April 2023 | 10:59 WIB
Warga Sudah pada mengungsi ketempat yang aman. Foto ; Ist
Warga Sudah pada mengungsi ketempat yang aman. Foto ; Ist

SUDAN - Pertempuran masih berkecamuk di Khartoum, Sudan, meski tentara mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari untuk merayakan Idul Fitri. Kegagalan gencatan senjata itu merupakan pukulan bagi upaya internasional untuk mengakhiri hampir satu pekan perang saudara antara militer dan kelompok paramiliter Sudan yang dimulai Sabtu (15/4).

Militer Sudan mengatakan Jumat malam (21/4), pihaknya menyetujui gencatan senjata tiga hari agar rakyat bisa tenang merayakan Idul Fitri. Lawannya, Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF), mengatakan pada hari sebelumnya telah menyetujui gencatan senjata 72 jam, untuk menandai Idul Fitri.

"Angkatan bersenjata berharap para pemberontak akan mematuhi semua persyaratan gencatan senjata dan menghentikan setiap gerakan militer yang akan menghalanginya," kata pernyataan militer.

Pengumuman tentara itu menyusul bentrokan lainnya di Khartoum dan pengerahan pertama tentara dengan berjalan kaki di ibu kota sejak pertempuran Sabtu lalu. Tentara dan pasukan RSF saling menembak di pelosok kota, termasuk selama adzan subuh di hari Idul Fitri

Hiba Morgan dari Al Jazeera, melaporkan dari Khartoum, mengatakan, penduduk di sekitar ibu kota melaporkan serangan artileri tidak kunjung berhenti. 

“Warga mengatakan ada pertempuran sengit dan konfrontasi langsung antara tentara dan RSF di bagian selatan ibu kota. Warga meyakini, gencatan senjata tidak akan bertahan,” katanya.

Perang saudara antara pasukan bersenjata Sudan itu tidak kunjung membaik. Mereka memperebutkan objek vital, antara lain terjadi di Istana Presiden, Markas Komando Militer dan Bandara Internasional Khartoum.

Jumlah korban tewas dalam bentrokan antara tentara Sudan dan RSF terus bertambah. Pembaruan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (21/4) menyebutkan, lebih dari 400 orang tewas dan 3.551 terluka. Tak kurang dari 20.000 orang Sudan melarikan diri ke negara tetangga Chad.

Dengan bandara terperangkap dalam pertempuran, negara-negara termasuk Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Jerman dan Spanyol tidak dapat mengevakuasi staf kedutaan. 

Dalam jumpa pers Jumat (20/4), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Pemerintah Indonesia terus mempersiapkan proses evakuasi para WNI yang tinggal di Sudan. Berdasarkan data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum, terdapat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan, sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa.

“Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat yang tepat untuk bisa melakukan evakuasi dengan tetap mempertimbangkan keselamatan WNI,” kata Retno.

Tim pelindungan WNI dari KBRI Khartoum telah mengevakuasi 43 WNI yang terjebak di lokasi pertempuran ke safe house KBRI.

Amerika Serikat sedang bersiap untuk mengirim sejumlah besar pasukan tambahan ke pangkalan militernya di Djibouti jika terjadi evakuasi darurat warga negara Amerika dari Sudan.

Setidaknya empat pekerja lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tewas terdampak pertempuran di Sudan. Tiga di antaranya merupakan karyawan bantuan pangan PBB, World Food Programme (WFP), terbunuh di wilayah Darfur ketika pertempuran berkecamuk antara militer Sudan dan paramiliter. WFP telah menghentikan semua pekerjaannya di Sudan karena insiden ini.

Seorang pekerja di Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) tewas di kota El-Obeid, Jumat setelah kendaraannya terkena baku tembak ketika dia mencoba untuk memindahkan keluarganya ke tempat yang aman. (RM.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo