TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Mungkinkah Anies Kesulitan Dapat Tiket Capres?

Oleh: Prof. Tjipta Lesmana
Minggu, 07 Mei 2023 | 08:12 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

CIPUTAT - Tiga hari terakhir, beredar luas wacana gagalnya Anies Baswedan menjadi calon presiden Koalisi Perubahan yang terdiri atas Partai NasDem, Partai Demokrat dan PKS. Koalisi ini digagas Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem dalam suatu acara yang sangat meriah dihadiri lebih dari 1.000 orang.

acara tersebut, Paloh meluncurkan pidato panjang-lebar, penuh semangat dan berapi-api dengan wajah berseri; seolah Paloh baru pulang dari medan pertempuran dengan kemenangan besar. Dalam pidatonya, ia menekankan tujuan partainya meluncurkan Anies Baswedan, mantan Gubernur Jakarta, sebagai bakal calon Presiden, didampingi 2 calon bakal presiden lainnya: Jenderal TNI Andika Perkasa (waktu itu masih Panglima TNI) dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Semula, pengumuman tiga bakal capres Koalisi Perubahan akan dilakukan pada Hari Pahlawan 10 Oktober 2022, tapi entah apa sebabnya, pengumuman dimajukan dua minggu.

Pengumuman Anies sebagai Capres mengejutkan masyarakat luas, sebab belum ada satu parpol lain yang melakukan. Deklarasi ini pasti mengejutkan Presiden Jokowi juga; boleh jadi Surya Paloh dianggap “menyodok” ramai-ramai Pilpres 2024. Belakangan masyarakat baru menyadari bahwa Jokowi tidak suka, bahkan jengkel dengan Surya Paloh karena “main sodok” ini.

Terbukti hubungan antara Jokowi dengan Paloh makin lama makin “dingin” paska deklarasi Anies sebagai capres. Tapi, tindakan Paloh membuahkan hikmah juga. Sejak Anies mengibarkan bendera “capres” ke berbagai daerah, termasuk beberapa negara (antara Australia dan AS), beberapa Ketua Umum parpol pun sibuk bolak-balik “bersilaturahmi” untuk membentuk koalisi. Koalisi Indonesia Raya (KIR) mungkin yang pertama: Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar mengeluarkan deklarasi maju sebagai capres-cawapres 2024. Disusul beberapa ketua umum parpol lain. PDI Perjuangan pun sibuk; muncul sejumlah spekulasi, antara lain, Prabowo Subianto dijagokan Jokowi untuk berpasangan dengan petinggi PDI Perjuangan. Ganjar Pranowo pun dijagokan Jokowi. Dua sosok ini, bahkan, dikabarkan calon kesayangan Jokowi.

Dalam tempo singkat, maka terbentuk dua koalisi lagi, antara lain KIB, Koalisi Indonesia Bersatu yang dipimpin Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menko Perekonomian dalam kabinet Jokowi. Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Amanat Nasional, pun dengan cepat turun panggung, mencari teman koalisi. PPP tidak mau tinggal diam. Muhamad Mardiono, Plt Ketua Umum PPP, dengan cepat masuk gelanggang merapat ke KIB, tapi kemudian merapat lagi ke PDIP setelah Megawati Soekarnoputri mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai capres partai berlambang banteng berkepala merah itu. PPP tidak mau kehilangan momentum, dengan alasan dua partai politik ini memang sudah lama bersahabat selama rezim Orde Baru; kantornya pun bersebelahan di jalan Diponegoro. Padahal awalnya, PPP sudah masuk ke KIB.

dalam politik memang selalu terjadi dinamika tinggi, loncat sini loncat sana seperti orang ketakutan tidak dapat “kursi”.

Dari semua manuver gesit itu, yang paling gencar lompat sini-sana mungkin Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan. Ia pun bersilaturahmi dengan sejumlah tokoh beken, termasuk Jusuf Kalla, Jenderal TNI (purn) Wiranto, para purnawirawan TNI dan lain-lain. Apa lagi tujuannya kalau bukan minta dukungan moril. Jenderal Wiranto langsung disebut-sebut pantas menjadi wapres Prabowo jika Prabowo berhasil memenangkan pertarungan politik dalam Pilptres 2024. Sementara itu, pertemuan Prabowo dengan Jokowi sangat intensif terjadi, termasuk di lahan pertanian di Kalimantan. Di mana pun ia berada untuk kampanye [halus]. Prabowo tidak pernah melemparkan senyumnya yang ceria. Seolah ia yakin sudah “setengah” memenangkan pertempuran politik di April 2024

Namun, kabar tentang Prabowo ingin masuk ke Teuku Umar (rumah kediaman Ibu Mega) untuk “minta tiket duet dengan Ganjar”, juga beredar. Bahkan kabarnya, Prabowo minta restu Jokowi untuk bisa berduet dengan Ganjar Pranowo. Tampaknya, Jokowi tidak berdaya “memaksakan” Prabowo berduet dengan Ganjar.

Pertemuan lima Ketua Umum Parpol dengan Presiden Jokowi di Istana beberapa hari yang lalu, tampaknya, berita terakhir yang paling menyedot perhatian medsos dan publik. Ada apa Jokowi sampai menggelar pertemuan akbar itu? Sejumlah pengamat dan cendikiawan mengkritik ulah Presiden ini yang dianggap sudah “melanggar konstitusi”. Jokowi membantah tudingan ini. Sebagai Presiden, saya bukan hanya mengurus masalah kabinet, ekonomi, tapi juga boleh mengurus masalah politik, kenapa tidak?

hal yang juga menyedot perhatian publik dari pertemuan Presiden dengan lima Ketum Parpol adalah tidak diundangnya Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, dalam pertemuan tersebut. Kenapa tidak diundang? Jawab Jokowi: lha NasDem kan sudah punya Calon Presiden, jawab Presiden diplomatis. Jujurkah jawaban ini? Jangan tanya saya.

Nah, sejak kosongnya kursi Ketum NasDem dalam pertemuan lima Ketum Parpol dengan Jokowi, ramai beredar spekulasi bahwa tekanan (pressure) Jokowi terhadap Paloh makin keras. Jokowi dikabarkan siap-siap melakukan reshuffle kabinet, mencopot semua kursi menteri NasDem dalam kabinet jika Anies Baswedan masih bercokol sebagai Capres Koalisi Perubahan!

Dalam dua hari terakhir, podcast Akbar Faizal mengangkat isu nasib Anies Baswedan dalam Koalisi Perubahan. Dua mantan petinggi NasDem ditampilkan dalam bincang-bincang pertama; yang kedua, Akbar Faizal berhasil berdiskusi dengan Amien Rais, Ketua Umum Partai Ummat; juga menyinggung soal nasib Anies Baswedan. Semuanya mengangkat kemungkinan hengkangnya Anies Baswedan sebagai capres dalam Koalisi Perubahan. Kenapa? Karena pada akhirnya Anies mungkin tidak dapat tiket dari Surya Paloh. Penentuan siapa cawapres saja sampai hari ini masih “ruwet”. Tim kecil yang dibentuk lima minggu yang lalu untuk menentukan cawapres, sampai sekarang masih deadlock. AHY seolah sudah harga mati untuk menjadi cawapres Anies; tapi politisi PKS tidak mau kalah. Paloh mengaku tidak mau memaksakan Anies, biar Anies sendiri yang pilih dari lima cawapres yang sudah ditetapkan Tim Kecil.

Sementara itu, Presiden Jokowi kabarnya terus memantau secara saksama apa yang bakal terjadi di kantor Pusat NasDem di jalan Gondangdia Raya. Memantau sambil bersiap-siap dengan “pisau reshuffle” yang bisa saja dilayangkan Jokowi jika aspirasinya tidak dipenuhi oleh Paloh? (RM.id)

Komentar:
Berita Lainnya
Ilustrasi
Sarjana Joki, Profesor Joki
Sabtu, 27 April 2024
Foto : Ist
Kerja Keras Jaga Ekonomi Rakyat
Sabtu, 27 April 2024
Dahlan Iskan
Jaga Hati
Kamis, 25 April 2024
Dahlan Iskan
Politik Hati
Rabu, 24 April 2024
Dahlan Iskan
Ngantuk Terkulai
Selasa, 23 April 2024
Dahlan Iskan
Emas Bodoh
Senin, 22 April 2024
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo