TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pekerja Rawan Terkena Saraf Terjepit

Laporan: Irawan
Rabu, 20 Desember 2023 | 16:33 WIB
dr Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT (K) Spine, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Konsultan Tulang Belakang RS Eka Hospital BSD saat menjelaskan tentang penyakit saraf terjepit. Foto : Ist
dr Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT (K) Spine, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Konsultan Tulang Belakang RS Eka Hospital BSD saat menjelaskan tentang penyakit saraf terjepit. Foto : Ist

BSD - Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau biasa disebut dengan saraf terjepit merupakan sebuah kondisi ketika tulang belakang menerima tekanan berlebih sehingga menyebabkan bantalan yang terletak diantara tulang belakang mengalami kerusakan. 

dr. Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT (K) Spine, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Konsultan Tulang Belakang

Eka Hospital BSD menyebut banyak salah kaprah terkait saraf terjepit dengan low back pain, dimana low back pain atau nyeri pinggang bawah memiliki penyebab yang lebih luas, seperti cedera otot atau fraktur tulang. 

"Saraf terjepit sendiri disebabkan karena keluarnya bantalan tulang belakang dari posisi aslinya sehingga menaruh tekanan pada saraf disekitarnya dan menyebabkan rasa nyeri yang bisa berlangsung lama," ucapnya saat Media Gathering Eka Hospital di Jakarta Selatan, Rabu (20/12/2023). 

Lebih lanjut ia menyebut saraf kejepit dapat terjadi pada hampir setiap bagian tulang seperti kaki hingga leher, namun biasanya paling sering terjadi pada tulang punggung bagian bawah. 

"Terlepas dari di mana letak saraf kejepit, hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri, mati rasa, hingga kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu atau kedua kaki," paparnya. 

Adapun ciri dan gejala penyakit saraf kejepit atau HNP sangat khas, yaitu adanya nyeri yang menjalar dari leher sampai ke tangan, terasa kebas, kesemutan, terasa terbakar, hingga sensasi kesetrum, yang sifatnya terus-menerus dan tidak hilang dalam jangka waktu yang panjang. 

"Namun secara umum, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk terkena saraf terjepit seperti usia yang semakin tua, berat badan, dan adanya riwayat saraf terjepit," jelas dr. Rizki. 

Umumnya, saraf kejepit memang biasanya menyerang orang–orang yang memiliki risiko tinggi, salah satunya yaitu para pekerja. 

"Beberapa pekerjaan seperti pekerja bangunan, pengantar galon air, hingga pekerja pabrik dan logistik memiliki rutinitas yang membuat mereka terbiasa untuk sering mengangkat beban berat. Tanpa disadari hal ini menjadi salah satu risiko yang dapat menyebabkan orang mengalami low back pain dan saraf terjepit," paparnya lagi. 

Namun meski begitu, lanjut dr. Rizki bahwa bukan berarti saraf terjepit hanya terjadi pada pekerja lapangan, pekerja kantoran juga memiliki risiko tersendiri yang dapat menyebabkan mereka bisa mengalami low back pain dan saraf terjepit. 

"Pekerja kantoran menghabiskan sebagian waktunya duduk di kursi, dimana ini bisa menaruh lebih banyak kompresi pada tulang belakang dibandingkan pada saat berdiri," ujar dia. 

Untuk penanganan low back pain bisa dilakukan secara konservatif atau operatif, dalam kasus yang tidak terlalu parah, low back pain bisa diatasi dengan pemberian obat pereda nyeri dan pelaksanaan metode fisioterapi untuk membantu proses pemulihan lebih cepat. 

Fisioterapi dilakukan untuk meredakan nyeri dan mengembalikan fungsi memaksimalkan fungsi fisik secara keseluruhan. 

"Mengatasi saraf terjepit kini sudah dimudahkan dengan adanya kemajuan metode dan teknologi untuk mengatasi masalah tulang belakang seperti low back pain dan HNP (saraf terjepit), yaitu melalui endoskopi tulang belakang," papar dr. Rizki. 

Endoskopi merupakan sebuah teknologi berbentuk selang kecil yang dilengkapi dengan kamera dan lampu sorot di ujungnya yang digunakan untuk melakukan inspeksi ke bagian dalam tubuh tanpa harus melakukan pembedahan besar. 

"Penggunaan endoskopi hanya memerlukan luka sayatan kecil sebesar 1-2 cm sehingga proses operasi serta pemulihan pasca operasi juga menjadi lebih efisien dan cepat. Endoskopi biasa digunakan untuk pemeriksaan organ tubuh dalam seperti saluran pencernaan, namun juga bisa dan sering digunakan untuk mengatasi permasalahan tulang belakang, salah satunya yaitu saraf terjepit," jelas dr. Rizki. 

Ada banyak jenis endoskopi tulang belakang dengan metode dan penanganan yang berbeda, seperti Biportal Endoscopic Spinal Surgery (BESS), Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy (PELD), dan masih banyak lagi. 

Hanya dokter yang dapat menentukan metode mana yang tepat bagi setiap pasien, karena setiap kasus saraf terjepit memiliki permasalahannya tersendiri. 

Namun, dalam beberapa kasus saraf terjepit yang lebih berat dan membutuhkan pemasangan implan atau bantalan artifisial, dokter dapat menggunakan Robotic Navigation Spine Surgery, metode terbaru dalam dunia kedokteran yang menggunakan teknologi robot untuk menangani masalah tulang belakang. Hanya dokter spesialis tertentu yang mendalami dan memiliki kemampuan khusus yang dapat mengoperasikan teknologi tersebut. 

"Penggunaan Robotic Navigation Spine Surgery memiliki kelebihan yaitu memiliki tingkat akurasi penempatan implan mencapai 99,9% dan tingkat keberhasilannya mencapai 100%. Penggunaan teknologi ini juga dapat mempersingkat waktu operasi serta risiko infeksi yang lebih kecil." 

"Selain saraf terjepit, Robotic Navigation Spine Surgery juga sering digunakan untuk mengatasi masalah tulang belakang lainnya, seperti skoliosis hingga tumor tulang," pungkas dr. Rizki.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo