MBG Buka Peluang Kerja Dan Rezeki Untuk Lansia

JAKARTA - Tidak hanya meningkatkan gizi anak sekolah, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto itu, juga membuka peluang kerja dan rezeki untuk lansia.
Di Dapur MBG milik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Seyegan 01, Sleman, Yogyakarta, aroma nasi hangat dan sayur bening telah tercium sejak pagi buta. Ditengah kesibukan tangan-tangan yang cekatan menanak nasi, meracik lauk, hingga membungkus kotak makan, tampak sosok perempuan paruh baya yang tak kalah gesit dibanding para pekerja muda. Namanya Suratina, usianya 63 tahun.
“Setiap pagi saya bikin makanan untuk anak-anak. Saya jadi teringat cucu saya di rumah,” ujarnya dalam video yang diunggah akun Instagram Presidential Communication Office (PCO), @pco.ri, Rabu (6/8/2025).
Suratina adalah seorang janda yang hidup sederhana bersama satu cucu laki-laki. Anak-anaknya telah menikah dan hidup mandiri. Ia menjadi satu-satunya penopang ekonomi keluarga kecilnya.
Yang tinggal sama saya cuma satu cucu. Nggak ada lagi yang cari nafkah. Saya sudah tua begini,” ucapnya pelan.
Pekerjaan di dapur MBG bukan hanya sebagai penghasilan tambahan, tapi juga tempat untuk mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang bermakna. “Kalau di rumah terus, ya cuma ngelamun. Nggak ada kerjaan. Di sini banyak teman, jadi senang,” sambung Suratina.
Bagi Suratina, setiap porsi nasi yang dimasaknya mengandung kenangan. Ia menyisipkan cinta dalam setiap kotak makan yang dibagikan.
Saya teringat cucu dan anak saya dulu suka bawa bekal ke sekolah,” tuturnya dengan senyum penuh rindu.
Tak hanya menyerap tenaga lansia, Dapur MBG di Seyegan juga memberdayakan ibu-ibu desa menjadi tenaga dapur yang profesional.
Adalah Irawan, asisten chef di dapur tersebut, yang berperan besar dalam proses perekrutan dan pelatihan. Ia menjelaskan bahwa mayoritas tenaga masak yang direkrut adalah ibu-ibu tradisional dari desa sekitar.
“Mereka ini ibu-ibu yang biasa masak untuk keluarga. Tapi di Dapur MBG, mereka kami latih agar bekerja sesuai standar operasional prosedur (SOP) dari tim BGN,” ujar Irawan dalam video yang diterima wartawan.
Meski begitu, perekrutan dari komunitas lokal punya tantangan tersendiri. Salah satunya adalah budaya gotong royong khas masyarakat Yogyakarta yang kadang berbenturan dengan jadwal dapur.
Kalau ada hajatan atau acara keluarga, semua anggota wajib terlibat, termasuk masak. Jadi, kadang mereka absen dari dapur MBG. Karena itu, kami merekrut dari berbagai kampung, tidak hanya satu lokasi,” jelas pria berusia 40 tahun itu.
Saat ini, Dapur MBG Seyegan mempekerjakan sekitar 50 orang. Komposisinya terdiri atas: 10 tukang masak, 12 pencuci, 12–14 tim pengemasan, serta beberapa sopir dan kondektur distribusi.
Irawan juga mengamati dinamika menarik antara pekerja muda dan lansia. “Yang lebih tua biasanya loyal, meski agak sulit diarahkan karena merasa lebih berpengalaman. Tapi mereka yang paling rajin datang subuh-subuh. Justru yang muda lebih sering bermasalah,” ujarnya.
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu