Semarak Hari Kemerdekaan, Pemkot Tangsel Jadi Panggung Lenggak-Lenggok Bak Model Terkenal

CIPUTAT – Suasana Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan, Kamis (14/8), berubah bak ajang peragaan busana. Dalam rangka peringatan HUT RI ke-80, sederet lomba digelar, dan yang paling menyedot perhatian tentu saja lomba fashion show yang memamerkan beragam busana adat hingga kreasi unik penuh warna.
Deretan peserta melangkah percaya diri di atas catwalk sederhana, sambil membawakan narasi tentang busana yang dikenakan. Bukan sekadar bergaya, para peserta juga harus memahami makna pakaian yang dipakai.
“Tidak hanya berjalan di catwalk, tapi juga harus membuat narasi. Kalau narasinya tidak paham, berarti belum mengerti secara detail,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Tangsel, Heru Sudarmanto, yang juga bertindak sebagai juri sekaligus koordinator lomba.
Dinas Pariwisata Tangsel mendapat tugas memimpin tiga lomba, yaitu fashion show, lomba tumpeng, dan rias wajah.
Menurut Heru, fashion show kali ini bukan hanya soal kemegahan busana, tetapi juga kesesuaian penggunaannya serta pesan budaya yang ingin disampaikan.
“Dari sisi pariwisata, banyak budaya yang ditampilkan. Harapannya, keragaman ini juga bisa dihadirkan di event-event lain,” ujarnya.
Untuk menilai penampilan peserta, panitia menghadirkan juri istimewa, antara lain Wakil Wali Kota Tangsel, praktisi fashion Ibu Ella, dan perwakilan Tangsel Fashion.
Di tengah kemeriahan, Bapenda Tangsel tampil impresif. Mereka memborong juara di berbagai kategori: juara 1 fashion show, juara 1 lomba tumpeng, juara 3 rias wajah, juara 1 lomba tangkap belut kategori perempuan, dan juara 1 lomba sarung laki-laki.
“Sebenarnya ini untuk memeriahkan rangkaian HUT RI saja, tapi kami bawa semangat pantang pulang sebelum juara,” kata Sekretaris Bapenda, Rahayu Sayekti, sambil tersenyum.
Bapenda memilih pakaian adat Lampung untuk fashion show, menyesuaikan dengan asal model yang mereka tampilkan.
Sementara untuk lomba tumpeng, tema yang diangkat adalah permainan rakyat, lengkap dengan ornamen panjat pinang, kelereng, dan simbol permainan tradisional lainnya—sebagai pengingat di era anak-anak yang lebih akrab dengan gawai ketimbang bermain di lapangan.
"Motivasinya, pokoknya jangan pulang sebelum juara," tandasnya.
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 23 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu