TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

Indeks

Dewan Pers
Rapot Dunia dan Akhirat

Mengukur Kualitas Diri dari Cara Kita Menghargai Diri Sendiri

Oleh: Windi Nursandi Suhandi
Editor: Redaksi
Senin, 29 September 2025 | 11:42 WIB
Windi Nursandi Suhandi, S.T.   Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen, Universitas Pamulang. (Ist)
Windi Nursandi Suhandi, S.T. Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen, Universitas Pamulang. (Ist)

Kejujuran, iman, dan ikhlas adalah jalan untuk meraih nilai hidup terbaik, bukan hanya di mata manusia, tetapi juga di sisi Allah SWT.

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Setiap manusia pasti ingin memiliki rapot terbaik dalam kehidupannya. Rapot yang saya maksud tentu bukan sekadar nilai akademik di sekolah, melainkan penilaian atas kualitas diri yang kita jalani sepanjang hidup. 

 

Saya menyebutnya rapot dunia dan rapot akhirat. Rapot dunia adalah bagaimana masyarakat menilai kita: apakah kita dihargai, dipercaya, dan dicintai. Rapot akhirat adalah bagaimana Allah SWT menilai amal kita: apakah layak memperoleh rahmat dan surga-Nya. Keduanya sama-sama penting dan saling melengkapi. 

 

Namun, seringkali manusia hanya terpaku pada rapot dunia”mengejar prestasi, jabatan, atau penghargaan” padahal rapot akhirat justru lebih menentukan keselamatan abadi. 

 

Al-Qur’an memberikan petunjuk jelas mengenai hal ini. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 2 Allah berfirman: 

 

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” 

 

Pesan ini menegaskan bahwa pedoman hidup untuk meraih kualitas diri sejati sudah tersedia, yaitu dengan menjadikan kebaikan dan ketakwaan sebagai landasan.

 

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana cara memperoleh nilai terbaik dalam kedua rapot tersebut. Jawaban yang saya temukan dalam pengalaman pribadi adalah dengan menghargai diri sendiri. 

 

Menghargai diri bukan berarti memanjakan diri atau bersikap egois, melainkan mengapresiasi diri agar senantiasa terdorong melakukan kebaikan. 

 

Bentuknya bisa sederhana: bersikap jujur karena kejujuran menumbuhkan kepercayaan, memperkuat iman dan ibadah sebagai fondasi spiritual, berusaha dengan giat sambil berdoa agar usaha bernilai ibadah, menerima dengan ikhlas apapun hasilnya, serta menanamkan pikiran positif yang melahirkan sikap optimis dan konstruktif. 

 

Menghargai diri sendiri dengan cara tersebut membawa dampak nyata dalam kehidupan. Keimanan kita akan semakin kokoh, hati menjadi tenang karena doa dan usaha berjalan seimbang, semangat kerja meningkat karena yakin bahwa Allah selalu menjamin rezeki hamba-Nya yang berikhtiar, dan motivasi berbuat baik tumbuh lebih konsisten karena target hidup tidak berhenti pada dunia semata, melainkan juga keselamatan akhirat. 

 

Dari sana lahirlah pribadi yang amanah, jujur, serta peduli, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan sosial yang bernilai positif pula. Refleksi ini saya tulis bukan hanya sebagai wacana, melainkan pengalaman yang terus saya upayakan dalam keseharian. 

 

Saya menyadari bahwa kualitas diri bukanlah tentang banyaknya pujian atau penghargaan yang diterima, melainkan sejauh mana kita mampu menata diri dengan nilai-nilai kebaikan. Rapot dunia memang penting, karena membuat kita dihormati masyarakat. Namun rapot akhirat jauh lebih penting, karena menjadi tolok ukur Allah SWT dalam menentukan keselamatan abadi. Menghargai diri dengan jalan kejujuran, iman, doa, ikhtiar, keikhlasan, dan pikiran positif adalah kunci untuk meraih kedua rapot tersebut. 

 

Saat kita mampu menata diri dengan nilai-nilai itu, maka kita akan menjadi pribadi yang dihargai masyarakat sekaligus diridai Allah. Di situlah kualitas diri sejati tercermin: bukan hanya sukses di dunia, tetapi juga berbahagia di akhirat. 

 

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjaga rapot dunia dengan amal baik yang bermanfaat bagi sesama, sekaligus menyiapkan rapot akhirat yang penuh cahaya untuk menuju surga-Nya.

 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Windi Nursandi Suhandi, S.T.

Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen, Universitas Pamulang

Di bawah bimbingan Ibu Dr. Denok Sunarsi, S.Pd., MM., CHt.

Komentar:
Berita Lainnya
Dahlan Iskan
Tegangan Tinggi
Senin, 29 September 2025
Budi Rahman Hakim. Ph.D. Foto : Dok. Pribadi
Hati Kota Hati Kita
Jumat, 26 September 2025
Dahlan Iskan
Erros Kanan
Rabu, 24 September 2025
Dahlan Iskan
Umur Pendek
Selasa, 23 September 2025
Dahlan Iskan
Rekor Kambing
Senin, 22 September 2025
Dahlan Iskan
Crowding Out
Kamis, 18 September 2025
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit