TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

SEA Games 2025

Indeks

Dewan Pers

Kehidupan di Aceh Utara Mulai Normal

Kantor Pemerintahan Sudah Buka, Pasar Dan Warung Kopi Rame

Reporter & Editor : AY
Minggu, 14 Desember 2025 | 09:58 WIB
Salah satu jembatan di Aceh Utara yang terputus. Foto : Ist
Salah satu jembatan di Aceh Utara yang terputus. Foto : Ist

ACEH - Ketika melintasi jalan protokol Aceh Utara, dua pekan setelah banjir dahsyat, kabupaten ini seakan tidak terdampak bencana. Jalanan bersih, aktivitas pasar berjalan normal, kantor-kantor pemerintahan buka, masjid aktif, termasuk warung kopinya: rame. 

 

Kondisi ini berbeda sekali dengan Aceh Tamiang-wilayah yang beberapa hari lalu saya kunjungi. Di Aceh Tamiang, lumpur tebal masih menumpuk di mana-mana, tapi di Aceh Timur, hanya terlihat bekas-bekas genangan air dan lumpur tipis-tipis di deretan ruko di Lhoksukon, ibu kota Aceh Utara.

 

Padahal, Bupati Aceh Utara Ismail A. Jalil mencatat ada 27 kecamatan yang terdampak banjir bandang. Hanya dua kecamatan yang aman. 

 

“Bencana di Aceh Utara itu sebenarnya lebih dari tsunami. Jalan dan jembatan putus, irigasi putus, tebing putus, bendungan jebol,” kata Ayah Wa, sapaan akrab Bupati Aceh Utara saat ditemui Rakyat Merdeka, di kantornya. 

 

Sementara 2 kecamatan yang terlihat aman, juga harus berjibaku meng hadapi masalah lain; pemadaman listrik, putusnya jaringan komuni kasi, dan kesulitan air bersih. 

 

Salah seorang warga Desa Leubok Pusaka, Kecamatan Langkahan, Munawardi (41) menceritakan peristiwa kelam di Rabu (26/11/2025). Hujan yang tak kunjung reda selama sepekan, mengakibatkan banjir dahsyat seperti air bah menghantam desa. 

 

“Ukurannya, lantai dua rumah tenggelam. Masuk air hingga lantai 3 sekitar 30 senti,” katanya saat berbincang dengan Redaksi. 

 

Setelah 4 hari, banjir akhirnya surut. Namun, menyisakan lumpur tebal. Ia memperkirakan ketinggian lumpur mencapai sepinggang. 

 

Selain itu, warga juga harus menghadapi kiriman gelondongan kayu yang dibawa arus. Hingga kaki anaknya, Zuhlika terluka terkena kayu-kayu tersebut. 

 

Sekarang kondisinya makin parah, membengkak dan bernanah,” lanjutnya menceritakan kondisinya anaknya yang masih duduk di bangku kelas 6 SD itu. 

 

Titik terparah lainnya di Aceh Utara adalah Kecamatan Sawang. Hingga jalan lintas utama menuju Banda Aceh tak bisa dilewati. Rumah dan jalan utama tertimbun lumpur hingga 2 meter. 

 

Beberapa desa pedalaman di Kecamatan Lhoksukon juga sempat terendam banjir hingga di atas 4 meter. Hanya saja, ketika surut hanya menyisakan lumpur tipis. 

 

Kepala Desa Matang Pupanji AB bilang, saat banjir, warganya terpaksa mengungsi di atap rumah sampai air surut. “Yang kita sayangkan anak bayi,” katanya yang ditemui saat mengecek kesehatan di pos pengobatan gratis Tim Relawan Pemkab Abdya. 

 

Hingga ditemui, Rabu (10/12/2025), Desa Matang Pupanji AB belum sama sekali tersentuh bantuan. Namun, ia memaklumi, karena ada daerah lain yang lebih parah. 

 

Parah di tempat kita, masih parah di kampung lain lagi,” ucapnya tabah, di depan sebuah gedung yang atapnya hancur ditiup angin kencang. 

 

Sikap tabah juga ditunjukkan mantan Kepala Desa Trieng Pantang Syafi’ie (70). Meskipun semua perabotan dan alat elektroniknya rusak dihantam banjir, ia tak mengeluh. 

 

Diusianya yang tak muda lagi, ia sangat bersemangat membantu tim relawan mencari genset, membeli BBM hingga mentraktir makan siang relawan Pemkab Abdya yang membuka pos pengobatan di kampungnya. “Saya berterima kasih sekali, relawan yang jauh-jauh dari Abdya mau menjenguk kami di sini. Kami terharu,” ungkapnya. 

 

Ketua MPR Ahmad Muzani ikut turun langsung melihat kondisi Aceh Utara, pascabanjir, Sabtu (13/12). Ia mencatat, ada 100 ribu warga yang mengungsi. Banyak rumah rusak. Namun sebagian besar belum tertampung di hunian sementara. 

 

Warga berharap pemerintah segera membangun hunian sementara agar bisa kembali menjalani kehidupan normal. Mengingat sebentar lagi akan masuk bulan Ramadan. “Mereka berharap kepada pemerintah pusat untuk segera membangun rumah-rumah yang mereka tinggalkan atau yang hancur karena bencana tersebut,” kata Muzani.

Komentar:
Bu rumi
ePaper Edisi 12 Desember 2025
Berita Populer
01
04
Genoa Vs Inter Milan, Neraka Luigi Ferraris

Olahraga | 14 jam yang lalu

05
3.508 Warga Di Jiput Diberhentikan Santap MBG

Pos Banten | 2 hari yang lalu

09
Bupati Hasbi Belajar Kelola Pasar Ke Jakarta

Pos Banten | 2 hari yang lalu

GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit