TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Tolak Bantuan Selandia Baru

Di Papua, TNI Ogah Direcokin Asing

Laporan: AY
Jumat, 10 Maret 2023 | 11:55 WIB
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono saat menerima Dubes Selandia Baru Y.M Kevin Burnett. (Ist)
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono saat menerima Dubes Selandia Baru Y.M Kevin Burnett. (Ist)

JAKARTA - Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono terus berupaya mencari Pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens yang diculik Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. Beragam cara ditempuhnya.

Namun, dia menolak bantuan Selandia Baru--negara asal si pilot--yang sudah menawarkan diri siap membantu. Yudo memastikan, pihaknya masih sanggup mencari dan membebaskan si pilot.

Yudo mengatakan, penawaran bantuan Selandia Baru itu, disampaikan Duta Besar Selandia Baru Y.M Kevin Burnett kepada Yudo, saat keduanya bertemu di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (3/3) lalu.

Mendapat tawaran bantuan itu, Yudo mengatakan, pihaknya masih mampu membebaskan Kapten Philip yang disandera kelompok teroris Papua pimpinan Egianus Kogoya.

“Mereka menawarkan bantuan, tapi saya masih mampu menyelesaikan. Akhirnya, mereka menyerahkan kepada kita, percayakan kepada kita,” kata Yudo, di Mabes TNI, Jakarta Timur, Rabu (8/3).

Dalam pertemuan itu, kata eks KSAL ini, Pemerintah Selandia Baru juga berpesan agar pembebasan sandera tidak memakan korban. Mereka meminta pilot Susi Air tersebut agar selamat.

Menurut Yudo, pihaknya terus berupaya melakukan pembebasan. Bahkan, dilakukan oleh tim gabungan TNI-Polri.

"Jadi ini bukan penyelamatan di tempat seperti penyelamatan sandera di suatu pesawat, nggak, ini dibawa pindah-pindah dan bersama dengan masyarakat,” sambungnya.

Untuk itu, dia memerintahkan personel TNI-Polri menyebar ke titik-titik yang menjadi daerah pelarian dari rombongan Egianus Kogoya.

“Kita tidak bisa menentukan ‘ohh di sini, ohh di sini’, tapi dari deteksi dari surveilans tadi kita dapat,” ujarnya.

Hanya saja, sambung dia, dalam operasi penyelamatan Kapten Philip, pihaknya sangat berhati-hati. Tidak serta merta mengambil tindakan terukur berupa operasi militer terhadap Egianus cs. Dikarenakan khawatir dapat membahayakan sandera ataupun masyarakat setempat.

“Kalau kita mau operasi istilahnya (penyerbuan) serentak, itu khawatir penduduk yang akan terkena karena mereka ini bersama-sama dengan penduduk,” jelas dia.

Ia menambahkan, apabila memang ingin mengambil opsi penyerbuan, hal tersebut sejatinya sudah akan dilakukan sejak lama. Pasalnya, TNI mempunyai prajurit dan alutsista yang memadai untuk menunjang operasi tersebut.

"Tapi, ini bukan operasi militer, ingat ini adalah operasi penegakan hukum, sehingga harus mengedepankan hukum,” terang Yudo.

Terpisah, Komandan Satgas Damai Cartenz Kombes Pol. Faizal Rahmadani mengakui, posisi Kapten Philip belum dapat dipastikan. Menurut dia, KKB selalu membawa sandera berpindah-pindah, dan diduga tidak bersama Egianus Kogoya.

Menurut dia, saat ini Satgas Damai Cartenz masih terus melakukan pencarian tanpa batas waktu. Saat ini, sudah sebulan Kapten Philip disandera.

“Tidak ada batas waktu untuk membebaskan sandera karena semuanya harus matang guna meminimalisasi jatuhnya korban, baik di masyarakat maupun aparat keamanan,” ujar Kombes Faizal.

Ketika ditanya tentang penambahan personel, dia mengaku tidak ada penambahan personel. Menurutnya, pencarian terhadap Kapten Philip terus dilakukan dan diperluas termasuk dilakukan di Kabupaten Lanny Jayapura.

Lalu apa kata pengamat? Pengamat militer dan intelijen dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Robi Sugara memuji, ketegasan Yudo yang menolak bantuan Selandia Baru untuk membebaskan Philips.

“Sikap TNI dengan menolak bantuan dari Selandia Baru adalah keputusan tepat,” kata Robi kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group), kemarin.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo