TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Peringatan May Day Di Berbagai Negara Tuntut Gaji Layak

Jutaan Buruh Tumpah Ke Jalanan

Laporan: AY
Selasa, 02 Mei 2023 | 06:34 WIB
Ribuan buruh di Filipina berunjuk rasa saat memperingati Hari Buruh Internasional di dekat Istana Kepresidenan Malacanang di Manila.   Foto : Ist
Ribuan buruh di Filipina berunjuk rasa saat memperingati Hari Buruh Internasional di dekat Istana Kepresidenan Malacanang di Manila. Foto : Ist

KORSEL - Jutaan buruh di berbagai negara turun ke jalan, kemarin, memperingati Hari Buruh Internasional. Aksi unjuk rasa itu fokus menuntut kenaikan gaji, pengurangan jam kerja dan menuntut lingkungan kerja yang layak.

Diberitakan Associated Press (AP), kemarin, sekitar 300 ribu buruh di Korea Selatan berkumpul di Seoul. Ini menjadi aksi buruh terbesar dalam tiga tahun terakhir.

Massa menuntut kenaikan gaji serta menyinggung soal kebijakan ekonomi Pemerintah pasca pandemi Covid-19.

“Semua harga naik. Hanya upah kami yang tidak naik. Naikkan upah kami!” teriak seorang aktivis di Seoul.

“Kurangi jam kerja kami!” sorak yang lainnya.

Polisi Seoul mengerahkan ribuan petugas untuk menjaga ketertiban. Kerumunan orang yang memadati lingkungan Gwanghwamun di pusat kota Seoul memegang plakat, menyanyikan lagu, dan mendengarkan pidato anggota serikat pekerja.

Mereka kemudian berparade di sepanjang jalan. Peserta demo menuding pemerintahan konservatif Presiden Yoon Suk Yeol menekan beberapa anggota serikat atas nama reformasi sistem pekerja yang menyimpang.

Pemerintahan Yoon telah menyerukan reformasi tenaga kerja, menuntut serikat pekerja punya transparansi keuangan dan mengakhiri praktik suap atau memaksa perusahaan mempekerjakan anggota serikat pekerja. Biasanya hal tersebut terjadi di sektor konstruksi.

Sementara di Prancis, demo para buruh menjadi pemandangan lumrah. Beberapa bulan belakangan, Pemerintahan Presiden Emmanuel Macron memang dihadapkan dengan rangkaian unjuk rasa menentang kebijakan kenaikan umur pensiun dari 62 menjadi 64 tahun.

Organisasi buruh di Prancis menilai, reformasi pensiun sebagai ancaman terhadap hak-hak pekerja serta jaring keamanan sosial Prancis. Rancangan undang-undang pensiun memicu protes terbesar Prancis dalam beberapa tahun ini, dan demonstrasi 1 Mei menjadi salah satu yang terbesar.

Sedangkan di Negeri Sakura, ribuan anggota serikat pekerja, politisi dari kubu oposisi dan akademisi berkumpul di Taman Yoyogi untuk meminta kenaikan gaji, sebagai imbas kenaikan biaya hidup pasca pandemi. Mereka mengatakan, langkah-langkah Pemerintah untuk kenaikan gaji tidak cukup dan tidak sesuai dengan kenaikan harga.

Massa juga mengkritik rencana Perdana Menteri Fumio Kishida untuk menggandakan anggaran pertahanan. Menurut mereka, uang itu harus digunakan untuk kesejahteraan dan jaminan sosial serta meningkatkan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Ayo terus berjuang. Para pekerja bersatu dan mencari perdamaian dan demokrasi di Jepang,” ujar Kepala Dewan Serikat Pekerja Regional Tokyo, Yoshinori Yabuki.

“Ayo, lakukan yang terbaik!” sorak yang lain.

Sebelumnya, PM Kishida mengisi acara peringatan Hari Buruh di Taman Tokyo. Acara itu berlangsung Sabtu (29/4), diikuti puluhan pekerja, politisi dan perwakilan serikat pekerja.

“Saya ambil bagian karena saya ingin membangun momentum menuju upah yang lebih tinggi. Tujuan terpenting kebijakan ‘kapitalisme baru’ saya adalah upah yang lebih tinggi,” ujar Kishida di hadapan orang banyak.

Sementara di Indonesia, para pendemo mendesak Pemerintah mencabut Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Menurut mereka, UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja tersebut hanya akan menguntungkan pebisnis, namun mengorbankan pekerja dan lingkungan.

“Undang-Undang Cipta Kerja harus dicabut demi perbaikan kondisi kerja. Ini hanya berorientasi untuk menguntungkan pengusaha, bukan pekerja,” pinta pengunjuk rasa, Sri Ajeng saat berdemo di Jakarta.

Jerman, para pekerja melakukan aksi protes bertema “Take Back the Night” yang diinisiasi kelompok feminis dan LGBTI. Aksi pada malam May Day itu untuk memprotes kekerasan yang diarahkan pada perempuan dan kelompok LGBTI. Ribuan orang ikut serta dalam pawai tersebut, yang sebagian besar berjalan damai, meski terkadang terjadi bentrokan antara peserta dan polisi.

Tak hanya kelompok feminis dan LGBTI, anggota serikat buruh dan kelompok sayap kiri juga beraksi dalam peringatan Hari Buruh di Jerman, kemarin.

Di Taiwan, sejumlah pekerja turun ke jalan mendesak partai penguasa lebih peduli terhadap pekerja menjelang Pilpres Taiwan 2024. Dengan berpusat di ibu kota, Taipei, anggota kelompok buruh mengibarkan bendera yang mewakili organisasi mereka.

Beberapa pekerja medis yang mengenakan alat pelindung diri (APD) memegang plakat dengan pesan menyerukan subsidi kesehatan. Sementara yang lain memegang spanduk yang mengkritik kebijakan ketenagakerjaan Presiden Tsai Ing-wen.

Di Korea Utara, media Pemerintah Rodong Sinmun menerbitkan editorial yang mendesak para pekerja negeri tersebut untuk terus mendukung Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un.

“Kita harus menjadi pekerja sosialis sejati yang menjunjung tinggi gagasan dan kepemimpinan sekretaris jenderal yang dihormati dengan hati nurani dan kesetiaan yang murni,” tulis surat kabar itu, sambil menyebut gelar Kim di Partai Buruh.

Kim juga meminta rakyatnya untuk lebih gigih dan mandiri menghadapi kehidupan pasca pandemi. Terlebih lagi Korut tengah bersitegang dengan Amerika Serikat soal rudal balistiknya. (RM.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo