TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Negara Lain Sudah Melambung

Awas, Harga Si Manis Melonjak Di Tanah Air

Laporan: AY
Sabtu, 27 Mei 2023 | 11:01 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Harga gula di Tanah Air rawan melonjak seiring terus melambungnya harga gula Internasional. Untuk mengantisipasinya, Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA) telah mengambil sejumlah kebijakan mendasar.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa mengatakan, Pemerintah merespons cepat perkembangan harga gula internasional.

Mitigasi dan antisipasi lang­sung dilakukan sejalan dengan upaya penguatan ekosistem gula nasional yang saat ini terus didorong.bapanas

“Kenaikan harga gula inter­nasional itu memang nyata, disebabkan berbagai faktor. Mulai dari perubahan peruntukan tebu menjadi etanol di Brazil, hingga menurunnya produksi di India dan Thailand,” ujar Ketut dalam keterangannya di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan data situs Tradingeconomics, Kamis (25/5), harga perdagangan gula inter­nasional bergerak di 25,22 sen dolar Amerika Serikat (AS) per pon. Setelah sempat cetak rekor di 26,99 sen dolar AS pada 27 April lalu, rekor level tertinggi dalam 11 tahun.

Sementara di situs web Infor­masi Pangan Jakarta, harga gula pasir per Jumat (26/5) Rp 14.059 per kilogram (kg). Naik tinggi dari harga normal di kisaran Rp 12.500 per kg.

Tradingeconomics juga me­nyebut lonjakan harga gula disebabkan turunnya pasokan gula global. Ini juga terjadi akibat aksi organisasi gula internasional yang merevisi surplus pasokan global tahun 2022/2023 sebanyak 850 ribu ton dari sebelumnya dipatok 4,15 juta ton.

Ketatnya pasokan menyusul revisi produksi oleh Eropa, Chi­na, Thailand dan India karena produksi di bawah ekspektasi. Sementara, konsumsi diprediksi naik 233 ribu ton.

Kondisi ini, lanjut dia, mengakibatkan pasokan secara global turun dan harga gula dunia menjadi naik.

Ini turut berdampak kepada har­ga berbagai aspek yang berkaitan dengan gula di dalam negeri.

Untuk mengantisipasi kon­disi tersebut, Ketut mengatakan, Pemerintah telah melakukan sejumlah langkah. Paling men­dasar, memastikan perhitungan Neraca Gula Nasional sesuai dengan angka produksi dan kebutuhan/konsumsi di lapangan.

Kemudian, penguatan koordi­nasi melalui pertemuan secara rutin dengan Kementerian/Lem­baga (K/L) dan seluruh stake­holder pergulaan nasional.

Mitigasi selanjutnya, dengan percepatan review dan penyesuaian Harga Acuan Pembelian/Pen­jualan (HAP) gula konsumsi.

“Dua hal yang paling men­dasar adalah memastikan kesiapan dan akurasi Neraca Gula Na­sional dan melakukan koordinasi dengan teman-teman stakeholder gula nasional,” ujarnya.

Saat ini, Bapanas sedang melakukan koordinasi dengan K/L terkait serta BUMN (Badan Usaha Milik Negara), BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Gabungan Pengusaha Tebu Indonesia (Gapgindo), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI), Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APP­SI), hingga Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (APRINDO).

Sebelumnya, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menilai, kon­disi harga gula dunia yang naik akibat pasokan yang berkurang, bisa menjadi peluang untuk In­donesia.

“Ini jadi peluang bagi In­donesia untuk meningkatkan produksi gula nasional secara bertahap. Sehingga Indonesia bisa kembali menjadi salah satu produsen gula yang diperhitung­kan,” kata Arief.

Bapanas juga mendorong pembenahan tata kelola industri gula nasional dari sisi on farm dan off farm.

Arief menegaskan, prioritas Pemerintah saat ini adalah men­jaga keseimbangan harga gula nasional baik di tingkat petani, pelaku industri, pedagang mau­pun konsumen.

“Ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang me­minta agar harga komoditas pan­gan dipastikan stabil, sehingga petani, pedagang dan konsumen bisa mendapatkan benefit yang wajar,” tegas Arief. (RMmid)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo