TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Catatan Prof. Tjandra Yoga Aditama

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 dan Penanganan Masalah Kesehatan

Laporan: AY
Minggu, 04 Juni 2023 | 13:05 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto : Ist
Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto : Ist

SERPONG - Dunia menghadapi berbagai masalah kesehatan yang memerlukan penanganan yang menyeluruh. Salah satu aspek yang sangat penting adalah kesehatan lingkungan. Untuk itu, sejak tahun 1972, PBB sudah menetapkan adanya Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day (WED) yang diperingati setiap 5 Juni. Keputusan itu diambil pada Stockholm Conference on the Human Environment (5-16 June 1972) dan peringatan WED pertama dilakukan pada tahun 1973, temanya ketika itu adalah Only One Earth.

Sejak tahun 1973 hingga tahun 2023 ini, sudah banyak tema yang diusung guna menyadarkan masyarakat tentang pelestarian dan permasalahan lingkungan hidup. Mengutip dari laman world environment day global, tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2023 akan berfokus pada solusi polusi plastik di bawah kampanye #BeatPlasticPollution.

Dunia memang sedang dibanjiri oleh plastik. Lebih dari 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahun, setengahnya dirancang untuk digunakan hanya sekali. Dari jumlah itu, kurang dari 10 persen didaur ulang. Diperkirakan 19-23 juta ton berakhir di danau, sungai, dan laut. Saat ini, plastik yang terbuang itu menyumbat tempat pembuangan sampah kita, larut ke laut dan menjadikannya salah satu ancaman terbesar bagi planet ini. Banyak pula produk plastik mengandung aditif berbahaya, yang dapat mengancam kesehatan kita. Polusi plastik adalah ancaman nyata yang berdampak pada setiap komunitas di seluruh dunia. Diproyeksikan oleh UNEP (United Nations Environment Programme) bahwa pada tahun 2040 akan terdapat 29 juta ton plastik masuk ke ekosistem perairan.

Tidak hanya itu, yang jarang diketahui adalah bahwa mikroplastik bisa masuk ke dalam makanan yang kita makan, air yang kita minum, dan bahkan udara yang kita hirup. Plastik juga ada yang dibakar menjadi asap beracun. Semua itu berkontribusi pada polusi udara, yang adalah kontaminasi udara lingkungan akibat berbagai bahan kimia, fisik (termasuk plastik) dan biologik.

Polusi udara merupakan masalah kesehatan penting dunia, dan bahkan disebutkan sebagai ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan masyarakat dunia. Polusi udara dan perubahan cuaca (climate change) saling berhubungan satu dengan lainnya, dan juga berhubungan dengan dampak gas rumah kaca (greenhouse gases).

WHO (World Health Organization) menyampaikan bahwa 9 dari 10 orang di dunia hidup di lingkungan yang kadar polusi udaranya melebihi ambang batas. Juga disebutkan bahwa gabungan polusi luar dan dalam ruangan menyebabkan 6,7 juta kematian di dunia. Data lain bahkan menyebut angka lebih tinggi lagi. Disebutkan bahwa di tahun 2019 ada 4,2 juta kematian setiap tahun akibat polusi udara luar ruangan dan di tahun 2020 ada 3,2 juta orang yang meninggal akibat polusi udara dalam ruangan.

Negara kita juga menghadapi masalah yang sama. Laman Greenpeace Indonesia pada 14 Maret 2023 menuliskan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama negara dengan polusi tertinggi se-Asia Tenggara berdasarkan laporan World Air Quality (IQAir) tahun 2022. Adapun dalam daftar negara paling berpolusi di seluruh dunia, Indonesia berada di posisi ke-26. Merujuk laporan tersebut, tingkat konsentrasi PM 2.5 harian Indonesia mencapai 30.4 µgram/m3 dan 36.2 µgram/m3 untuk Jakarta. Angka ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas udara dibanding tahun sebelumnya, yakni 11 persen secara nasional dan 7 persen di lingkup Jakarta. Meskipun demikian, tingkat konsentrasi tersebut masih enam hingga tujuh kali lipat lebih tinggi dari standar yang ditetapkan WHO.

Sementara itu, laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan pada 4 April 2023 juga menyebutkan bahwa polusi udara menjadi masalah lingkungan yang berdampak pada kesehatan manusia di negara kita, karena ada sejumlah penyakit respirasi yang diakibatkan polusi udara dengan prevalensi tinggi. Disebutkan bahwa, dari 10 penyakit dengan kasus terbanyak per 100.000 penduduk di negara kita maka 4 di antaranya merupakan penyakit respirasi, antara lain Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan 78,3 ribu kematian, kanker paru dengan 28,6 ribu kematian, pneumonia dengan 52,5 ribu kematian, dan asma dengan 27,6 ribu kematian.

Sebagai salah satu upaya pengendalian dampak buruk plastik maka pada United Nations Environment Assembly (UNEA-5.2) tanggal 2 Maret 2022 di Nairobi-Kenya telah diadopsi Resolusi Polusi Plastik (Plastic Pollution Resolution) yang secara spesifik membahas soal penanggulangan polusi plastik dalam satu siklus penuh, mulai dari sumbernya sampai ketika berakhir di laut, antara lain dengan merancang produk dan material yang bisa didaur ulang dan digunakan kembali. Diproyeksikan perumusan rancangan perjanjian global yang mengikat secara hukum dengan target rampung di akhir tahun 2024.

Sebagai penutup dapat disampaikan bahwa polusi plastik dan dampaknya akan merugikan kesehatan, ekonomi, dan juga lingkungan hidup. Untuk itu kita perlu solusi yang benar, efektif dan kuat serta tindakan nyata di lapangan. Marilah kita gunakan momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2023 agar dunia, negara kita, kalangan bisnis, serta kita semua lebih meningkatkan upaya untuk menggunakan bahan secara lebih berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pemakaian plastik serta mencegah terjadinya polusi plastik. Selain itu, segala upaya maksimal juga perlu kita lakukan untuk mencegah perburukan polusi udara di dunia, dan juga di negara kita.

Tidak ada pilihan lain, kita harus menjaga dan memelihara lingkungan hidup, demi kesehatan kita kini dan anak cucu di masa datang. (RM.id)

Prof Tjandra Yoga Aditama

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI/Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara/Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes/Penerima rakyat Merdeka Award 2022 bidang Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo