TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Tinjauan Haji Dalam Berbagai Dimensi Spiritual

Makna Spiritual Ka`bah

Oleh: Prof. DR. KH. Nasaruddin Umar
Rabu, 13 Juli 2022 | 10:38 WIB
Prof. DR. KH. Nasaruddin Umar
Prof. DR. KH. Nasaruddin Umar

JAKARTA - Dalam berbagai riwayat diceritakan bahwa Ka’bah adalah makhluk Surga yang diutus untuk menjemput anak manusia di bumi penderitaan kembali ke Surga kenikmatan. Ka’bah juga berfungsi menenangkan kembali hati dan pikiran Adam dan Hawa beserta anak cucunya.

Yang lebih penting, Ka’bah mendekatkan kembali anak manusia setelah berjauhan dari Tuhannya. Tidak ada bentuk penderitaan paling pedih selain hamba berjarak dengan Tuhannya. Itulah sebabnya Allah SWT menurunkan sebuah ayat dalam rangkaian drama kosmik di dalam surah al-A’raf berikut ini:

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian in­dah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Q.S. al-A’raf/7:26).

Ka’bah adalah semacam rumah pertobatan umat manusia di muka bumi ini. Jalan penyelamatan Adam dan Hawa setelah tersesat karena pelanggaran ialah menutupi aurat sebagai simbol dosa dan kemaluan. Penutup aurat dan sekaligus dilengkapi dengan perhiasan dan aksesoris ialah pakaian ketakwaan (libaas al-taqwa).

Pakaian ketakwaan inilah yang mampu menutupi aurat kelemahan dan dosa kita sebagai umat manusia. Ingat kem­bali ketika kita mandi ihram sebelum menunaikan haji. Kita telanjang bulat. Kemudian kita membersihkan diri dengan air dalam bentuk mandi sunnat (anjuran) untuk ihram.

Setelah itu, kita menggunakan pakaian khusus yang mem­balut lekuk-lekuk tubuh kita. Sepotong kain ihram putih tak berjahit, sekaligus mengingatkan kita sebagai pakaian di dalam liang lahat.

Tidak ada satu pun menyertai kita selain selembar kain itu. Tidak ada atribut, pangkat dan jabatan. Tidak ada juga berbagai jenis harta kekayaan yang kita miliki.

Pakaian ketakwaan tidak pernah hancur bersama hancurnya tubuh sekalipun. Pakaian ini yang menyertai dan sekaligus mem­bela kita sepanjang zaman di akhirat kelak.

Tentu saja pakaian dalam ayat yang dihubungkan ke­pada Adam dan Hawa (Q.S. al-A’raf/7:22) bisa juga dipa­hami dengan makna simbolik, sebagai penutup aib setelah melakukan suatu pelanggaran yang memalukan.

Pelajaran berharga yang kita peroleh dari drama kosmik ini ialah, kita tidak boleh jatuh ke dalam lubang yang sama seperti kata pepatah.

Ayat Al-Qur’an juga menyatakan hal yang sama: “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari ked­uanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya.

Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beri­man”. (Q.S. al-A’raf/7:27).

Peringatan Allah SWT di atas akan sangat terasa jika kita berada di dalam rangkaian ibadah haji. Di situ secara psikologis kita berada di dalam sebuah alam yang lain.

Kita bisa bepergian ke tempat-tempat istimewa di seluruh penjuru dunia, termasuk ke planet lain dengan pesawat ulang-alik sekalipun, namun kita tidak pernah merasakan perasaan seperti ketika kita sedang menunaikan ibadah haji.

Betapa tidak, ibadah haji itu merupakan miniatur per­jalanan kosmik. Kita sedang menjadi aktor atau aktris dalam drama kosmik itu.

Perjalanan ibadah haji bagaikan napak tilas siklus per­jalanan kosmik. Kita seolah menjadi pemeran utama dalam drama kosmik itu.

Dan yang amat penting, kita terasa berada dalam perjalanan pulang ke kampung halaman rohani kita di Surga, tempat nenek moyang kita, Adam dan Hawa dicip­takan.

Tempatnya para Nabi dan para kekasih Tuhan yang lainnya. Bahkan kita pun merasa bagian dari kekasih Tuhan yang diundang secara khusus ke rumah-Nya, Baitullah, rumah pembebasan (Bait al-‘Atiq). Subhanallah! (rm id)

Komentar:
Berita Lainnya
Dahlan Iskan
James Surip
Selasa, 14 Mei 2024
Dahlan Iskan
James Today
Senin, 13 Mei 2024
Dahlan Iskan
DK Jakarta
Rabu, 08 Mei 2024
Dahlan Iskan
Visa Diaspora
Selasa, 07 Mei 2024
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo