TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Tak Mendukung Gencatan Senjata, AS Dihujat Rame-rame

Laporan: AY
Senin, 11 Desember 2023 | 09:50 WIB
Perwakilan Tetap AS untuk PBB Robert Wood (kedua dari kanan) saat Sidang Dewan Keamanan PBB (Foto : AFP)
Perwakilan Tetap AS untuk PBB Robert Wood (kedua dari kanan) saat Sidang Dewan Keamanan PBB (Foto : AFP)

AS - Sikap Amerika Serikat (AS) tidak mendukung rancangan resolusi gencatan senjata untuk menghentikan perang Israel-Hamas, dicibir dan dihujat dunia. Negara Paman Sam dinilai tutup mata terhadap banyaknya korban di Gaza.

Dalam forum Dewan Keamanan (DK) PBB, Jumat (8/12) petang, lebih dari 100 negara mendukung rancangan resolusi gencatan senjata yang diajukan Uni Emirat Arab (UEA). Dari 15 anggota tetap dan tidak tetap DK PBB, hanya AS yang memveto resolusi ini. Sementara Inggris memilih abstain.

Sikap AS ini disayangkan banyak pihak. Keputusan Washington dituding seolah-olah tutup mata dengan aksi pembantaian yang dilakukan pasukan Israel pada rakyat Palestina.

Hingga Minggu (10/12), sudah 18 ribu korban tewas di pihak Palestina. AS beralasan, gencatan senjata dalam waktu dekat hanya akan menjadi benih perang berikutnya. Pasalnya, Hamas (faksi Palestina yang memerintah di Jalur Gaza sejak 2007) tidak memiliki keinginan untuk mencapai perdamaian sepenuhnya.

“Kami menyatakan kekecewaan dan penyesalan yang besar karena rancangan tersebut telah diveto AS. Gencatan senjata segera adalah prasyarat utama,” ungkap Perwakilan Tetap China untuk PBB Zhang Jun dikutip media online Time, kemarin.

Hal senada disampaikan Perwakilan Tetap UEA untuk PBB, Mohamed Abushahab. Namun, dia menegaskan bahwa UEA akan terus meminta anggota DK untuk bertindak dan mengakhiri kekerasan di Jalur Gaza.

Perwakilan Tetap Prancis untuk PBB Nicolas de Riviere mengatakan, dia mendukung rancangan resolusi gencatan senjata kemanusiaan dan berkomitmen untuk memobilisasi DK PBB untuk mencapai keamanan dan kedamaian.

Sejarah Paling Kelam Timur Tengah

Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy mengatakan bahwa dunia tengah menyaksikan masa paling kelam dalam sejarah di kawasan Timur Tengah. “Karena AS memveto gencatan senjata dengan alasan yang tidak masuk akal,” sindir Polyanskiy.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga sudah menegaskan bahwa gencatan senjata sangat perlu dilakukan agar proses dialog damai untuk mencapai solusi dua negara segera tercapai.

Perwakilan Tetap Jepang untuk PBB Ishikane Kimihiro juga kecewa dengan sikap AS. Tokyo mendukung resolusi gencatan senjata karena hilangnya nyawa warga sipil, baik warga Palestina atau Israel, adalah hal yang tragis.

Tidak ketinggalan, Menteri Luar Negeri Korea Utara Kim Son Gyong ikut mengkritik AS yang menghalang-halangi rencana gencatan senjata di Gaza. Kim menuduh bahwa veto tersebut menunjukkan standar ganda AS.

“Penyalahgunaan hak veto Amerika Serikat untuk melindungi sekutunya yang membantai puluhan ribu warga sipil bukan hanya merupakan manifestasi dari standar ganda yang ilegal dan tidak masuk akal, tetapi juga puncak kejahatan yang tidak manusiawi,” ujar Kim dikutip KCNA.

Sementara itu, Menteri Pertama Skotlandia Humza Yousaf mengkritik Pemerintah Inggris karena abstain dalam resolusi DK PBB yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza.

Saya merasa tidak dapat mengerti bahwa Inggris tidak memilih gencatan senjata. Bagaimana Anda bisa memilih untuk terlibat dalam pembunuhan ribuan anak? Memalukan bagi Pemerintah Inggris dan Partai Buruh pimpinan Keir Starmer yang menolak mendukung #CeasefireNow,” tulisnya dalam akun X pribadinya.

Tak kalah geram, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyarankan agar DK PBB direformasi. Menurutnya, tak ada lagi yang bisa diharapkan dari DK PBB untuk mengakhiri perang di Gaza.

“Akibat veto AS, tidak ada kesepakatan yang dicapai. Sangat penting bagi Dewan Keamanan PBB untuk direformasi,” ujar Erdogan dalam pidatonya pada acara Hari Hak Asasi Manusia Sedunia di Istanbul, Turki, kemarin.

“Kami tidak lagi memiliki harapan atau keyakinan pada Dewan Keamanan PBB. Sejak 7 Oktober, Dewan Keamanan PBB, yang misinya adalah menciptakan perdamaian global, telah berubah menjadi pelindung Israel,” tegasnya.

Israel melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza pada 1 Desember setelah jeda kemanusiaan Israel-Hamas berakhir. Erdogan menekankan bahwa Pemerintah Israel, yang didukung penuh negara-negara Barat, telah melakukan kekejaman dan pembantaian di Gaza yang mempermalukan umat manusia.

“Dunia yang adil mungkin tercipta, tetapi tidak dengan keberadaan AS yang terus memihak Israel tanpa syarat,” cetus Erdogan.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo