TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Memperkuat Peran Perpustakaan Sekolah

Oleh: Muhammad Iqbal, M.Pd
Sabtu, 24 Februari 2024 | 08:30 WIB
Ilusrasi
Ilusrasi

SERPONG - Kegemaran siswa dalam membaca menjadi salah satu indikator kemajuan bangsa. Sebab, Lewat aktivitas membaca, siswa akan memiliki wawasan yang luas dan keterampilan yang luar biasa. Mereka akan menjadi benih yang menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, sesuai dengan harapan bangsa.

Tetapi, sampai sekarang ternyata  minat baca siswa di Indonesia masih sangat rendah, menurut data dari UNESCO, minat baca siswa di Indonesia sangat memprihatikan, hanya 0,001 % (artinya dari 1000 orang Indonesia cuma 1 orang yang rajin membaca). Selain itu, jika dilihat berdasarkan tingkat literasinya, perolehan nilai yang diperoleh juga masih rendah.

Berdasarkan Hasil Asesmen Nasional 2021 menunjukkan, satu dari dua siswa di Indonesia belum mencapai standar kompetensi minimum literasi. Buruknya tingkat literasi siswa Indonesia juga tergambar dari hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) 2018.

Survei itu menyebutkan, kemampuan membaca siswa Indonesia di urutan ke-71 dari 76 negara (Kompas, 2/3/2023).

Sungguh memperihatinkan. Salah satu fasilitas pendukung untuk menyelesaikan persoalan yang dibahas di depan adalah Perpustakaan Sekolah. Sebagai wadah yang menyediakan pelbagai koleksi buku bacaan bagi siswa, perpustakaan diharapkan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan minat baca atau literasi siswa.

Untuk itulah, menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, menyatakan bahwa semua sekolah wajib memiliki perpustakaan. Tetapi nyatanya, tidak semua sekolah mengindahkan peraturan tersebut.

Berdasarkan pelbagai data yang ditemui, menyatakan bahwa jumlah ketersediaan perpustakaan sekolah di Indonesia masih sangat minim. Hal ini disebabkan karena banyak sekolah yang menganggap bahwa Perpustakaan sekolah belum menjadi bagian penting untuk mendukung mutu pendidikan (Kompas, 18/10/21).

Menurut Mulyanto, yang juga kepala SMAN 73 DKI Jakarta, mindset (cara pandang) kepala sekolah, dinas pendidikan, dan pemerintah daerah belum melihat perpustakaan sekolah sebagai investasi jangka panjang pendidikan, sehingga wajar saja jika ketersediaan perpustakaan sekolah belum menjadi prioritas.

Selain itu, kalaupun tersedia perpustakaan, pengelolaannya hanya sekadarnya saja, itu pun dikelola dengan yang bukan ahlinya hanya diperbantukan oleh guru yang ingin mencukupkan beban mengajarnya saja.

Begitupun dengan buku yang tersedia, jauh dari yang diharapkan oleh pembaca. Alhasil, perpustakaan sekolah hanya sekedar bangunan pelengkap saja, diperlukan sebagai syarat akreditasi saja, sedangkan pemanfaatannya, benar-benar tidak dirasakan oleh seluruh warga sekolah.

Sungguh sangat disayangkan. Padahal, kalau dikelola dengan baik, pasti para pengunjung akan betah berlama-lama di dalamnya, menikmati pelbagai koleksi buku bacaan yang relevan dan update sesuai dengan kebutuhan pembaca. Tingkat literasi siswa pun setidaknya akan terdongkrak. Oleh karena itu, penguatan peran perpustakaan sekolah menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan.

Mengubah Mindset

Mengubah mindset atau pola pikir adalah kunci utama dalam mengubah sesuatu. Menurut Verywell Mind, mindset adalah sekumpulan kepercayaan atau pemikiran yang membentuk bagaimana kamu melihat dunia dan diri sendiri. Dalam hal ini, jika ingin memperbaiki pengelolaan perpustakaan sekolah.

Maka, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengubah mindset tentang perpustakaan sekolah. Seperti yang disampaikan di depan, banyak kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, dan pelbagai stakeholder lainnya yang  memiliki mindset, bahwa perpustakaan sekolah bukanlah sesuatu yang penting dalam proses pendidikan.

Hal tersebut terlihat dari pengelolaan yang dilakukan, umumnya hanya sekadarnya saja. Untuk itu, mindset seperti itu harus diubah. Para pemangku kebijakan tersebut harus memiliki pandangan bahwa perpustakaan sekolah begitu berarti, jauh sekadar pelengkap akreditasi, tetapi dalam rangka meningkatkan literasi siswa yang menjadi salah satu kunci kemajuan bangsa.

Dalam hal ini, untuk mengubah mindset tersebut tentu tidak dilakukan ujug-ujug. Mesti melalui serangkaian proses sistematis dan terukur, diantaranya, melalui sosialisasi penguatan peran perpustakaan sekolah oleh pengelola perpustakaan di daerah, provinsi atau pusat kepada kepala sekolah, dinas pendidikan, dan stakeholder lainnya.

Dengan sosialisasi tersebut, harapannya para pemangku kebijakan tersebut dapat mengetahui peran sebenarnya dari perpustakaan sekolah. Kemudian, selain sosialisasi juga diperlukan pendampingan, sekolah-sekolah yang belum memiliki perpustakaan sekolah, harus didampingi untuk mengadakan perpustakaan di sekolahnya, mulai dari desain bangunan, tata letak, pengadaan buku, dan pelbagai pengelolaan lainnya.

Begitu juga dengan sekolah yang telah memiliki perpustakaan, mereka harus didampingi terkait pengelolaannya, sehingga kebermanfaatan perpustakaan sekolah dapat dirasakan oleh seluruh warga sekolah.

Merawat kebermanfaatan perpustakaan

Perpustakaan, sekalipun indah dipandang mata, tetapi sepi dari pengunjung, bukanlah perpustakaan yang baik. Sebab, kebermanfaatan perpustakaan dilihat dari ramainya pengunjung yang mengunjunginya, dan banyaknya siswa duduk berdiskusi di dalamnya. Hal itulah yang menjadi target utama dari kehadiran perpustakaan sekolah.

Memang hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah untuk mewujudkannya. Pihak sekolah harus benar- benar melakukan kerja optimal dalam mengusahakannya, tidak boleh setengah-setengah.

Seperti memilih pengelola perpustakaan yang tepat, bukan  sembarangan orang apalagi yang bukan ahlinya, sedapat mungkin pengelolanya harus memiliki latar belakang ilmu perpustakaan, kalaupun tidak ada, maka harus memiliki pengalaman dalam mengelola perpustakaan sekolah sebelumnya. Sehingga perpustakaan dapat terkelola dengan baik.

Selain itu, koleksi buku bacaan juga perlu diupdate sesuai kesepakatan waktu yang ditentukan, jika dapat lebih cepat. Maka, itu lebih baik. Sehingga, buku bacaan akan relevan untuk dibaca, sebab sesuai kebutuhan dan kondisi pembaca. Jangan sampai, buku-buku yang ada di perpustakaan hanya sekadar tumpukan yang lambat laut usang dimakan rayap.

Sebab, jangankan dipinjam, disentuh pun tidak pernah ia dapatkan. Tetapi, kalau bukunya update dan disusun sesuai dengan jenisnya masing-masing. Maka, bisa dipastikan buku-buku tersebut akan menjadi bahan rebutan untuk dibaca, malah durasi peminjaman terasa sebentar, sebab pembaca begitu menikmati setiap kata, kalimat, dan cerita dari buku yang dibacanya. Inilah yang dinamakan perpustakaan sekolah penuh makna, yang punya manfaat untuk seluruh pembaca terutama para siswa.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo