TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Harga Bawang Sangat Jomplang, Di Petani Rp 20 Ribu Di Konsumen Rp 60 Ribu

Laporan: AY
Kamis, 02 Mei 2024 | 08:59 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Tata niaga komoditas bawang merah saat ini dinilai hanya menguntungkan kelompok pedagang. Sebab nyatanya, selisih harga bawang merah di tingkat petani hingga konsumen itu bisa mencapai 4 kali lipat.
ANGGOTA Komisi IV DPR KRT Darori Wonodipuro menga­takan, Bawang merah di ­(petani) Brebes seharga Rp 22 ribu per kilogram. “Tapi di pasaran, di supermarket itu bisa sampai Rp 60 ribu-70 ribu per kilogram. Itu dengan kualitas yang sama,” kata dia kepada Redaksi, kemarin.
Dia pun menyesalkan feno­mena tingginya harga bawang merah ini sampai ke konsumen. Sebab, seringkali petani dituding menjadi penyebab kenaikan komoditas ini. Padahal, faktanya, harga di tingkat petani hingga ke konsumen itu bisa berkali-kali lipat selisihnya.

“Ini harga di petani sampai ke konsumen selisihnya bisa sampai Rp 40 ribu lebih. Tapi siapa yang untung? Bukan petani, tapi pedagang,” katanya.

Situasi ini pula, sambung dia, membuat petani menjadi tidak bergairah . Untuk itu, dia mendorong adanya kebijakan yang dapat mengatur stabilitas harga yang membuat petani untung. Pedagang tidak mempermainkan harga, dan disisi konsumennya juga tidak terbebani.

­Pemda turun tangan menanggung ­angkutan khusus untuk bahan pangan ini. Namun sejauh mana implementasinya di daerah masih menjadi tanda tanya.

“Jadi Pemda menyediakan biaya angkut misal dari Brebes ke Lampung agar tidak terlalu jauh (selisih harganya). Karena kalau pengusaha yang tanggung, biasanya suka-suka. ­Bayangkan di Brebes Rp 20 ribu, tapi begitu masuk Tangerang sudah Rp 75 ribu. Hampir Rp 40 ribu selisihnya. Ini apakah sengaja diku­rangi pasokannya, atau bagaimana, kan bisa saja,” tambahnya.
Terpisah, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura Kemen­terian Pertanian (Kementan) Andi Muhammad Idil Fitri mene­gaskan, pihaknya telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mengendalikan harga ­bawang merah . Langkah-langkah stategis tersebut antara lain, mengoptimalkan pasokan dari champion (mitra petani Ditjen Hortikultura), percepatan tanam dengan memberi bantuan benih di lokasi terdampak banjir, serta menyelenggarakan gelar bawang merah murah untuk masyarakat.

Idil mengungkapkan, permintaan bawang merah jelang dan pascalebaran tahun ini cenderung lebih tinggi. Sementara, saat ini situasi Pasar Induk dan retail masih belum stabil. Para pedagang banyak yang mudik.

“Tenaga kerja rogol, pengi­rim, distributor, bandar hingga pengecer belum sepenuhnya beraktivitas normal, sehingga pasokan belum bisa maksimal. Sementara permintaan di bulan Syawal masih cukup tinggi. Kondisi ini secara psikologi pasar langsung memicu kenaikan harga,” ujar Idil.
Idil melanjutkan, untuk pasar Jabodetabek, masyarakat cen­derung memilih bawang merah jenis Bima Brebes. Namun, pada Februari-Maret lalu, lebih dari 7.500 hektare lahan bawang merah di sepanjang Pantura Jawa seperti Brebes, Kendal, Demak, Pati, Grobogan, hingga Probolinggo terdampak banjir. Bahkan, sekitar 2.500 hektare di antaranya mengalami puso atau mati sebelum masuk umur panen.
Kondisi tersebut membuat pasokan bawang merah jenis Bima Brebes dari sentra utama Jawa menjadi terganggu. Namun demikian, dia meyakini dalam 10 hari ke depan, harga sudah berangsur normal, seiring ­dengan makin banyaknya panen di beberapa daerah sentra utama seperti Solok, Enrekang, Bima, Bandung, dan Garut.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo