TangselCity

OLIMPIADE PARIS 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Penderita TBC di Tangsel Capai 1.949 Orang, Dinkes Gencarkan Skrining

Laporan: Rachman Deniansyah
Selasa, 04 Juni 2024 | 15:53 WIB
Kepala Dinkes Kota Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar saat dijumpai di Puspemkot Tangsel, Selasa (4/6/2024). (tangselpos.id/rmn)
Kepala Dinkes Kota Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar saat dijumpai di Puspemkot Tangsel, Selasa (4/6/2024). (tangselpos.id/rmn)

CIPUTAT - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mencatat, jumlah penderita Tuberculosis (TBC) di wilayahnya mencapai 1.949 orang.

Hal tersebut dipaparkan Kepala Dinkes Kota Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar saat dijumpai di Puspemkot Tangsel, Selasa (4/6/2024). 

Allin mengatakan, ribuan kasus tersebut terdeteksi setelah Dinkes Tangsel melakukan serangkaian pemeriksaan atau skrining kepada masyarakat. 

"Dari Januari sampai Mei itu ada 1.949 kasus. Jadi kalau untuk TBC itu kita terus melakukan skrining. Misalnya ketika ada pada saat satu orang yang terinfeksi kita harus mencari minimal 10-15 orang di sekitarnya untuk dicek dahaknya, ataupun kalau tidak dicek dahaknya bisa dites Tuberculin. Pada saat dia positif itu hrus diobati juga. Nah inilah, pada saat dilakukan skrining ini angka TBC kita itu pada saat ini ada di angka 1.949 orang. Itu yang sedang diobati," jelas Allin. 

Ia melanjutkan bahwa dari ribuan, rentang usia dewasa menjadi mayoritas penderita TBC di wilayahnya. 

"Rentang usianya kira-kira kebanyakan dewasa ya, 15-40 usianya. Usia anak-anak juga ada. Jadi sebenarnya satu, TBC ini memang bisa disembuhkan. Mereka tidak boleh putus obat. Tetapi TBC itu tidak melulu masalah minum obat. Bagaimana dia dengan asupan makanannya, bagaimana dengan lingkungannya. Karena kan TBC ini istilahnya penularannya lewat drop plate ya seperti Covid," kata Allin. 

Ia mengingatkan, penderita TBC wajib meminum obat secara intensif. 

"Obat itu kan besar-besar, tergantung berat badan. Misalnya berat badan kurang dari 50 itu harus minum 3 tablet dalam masa intensif itu 56 hari. Dan harus sama jamnya setiap hari dalam keadaan perut kosong. Kalau dalam perut isi tidak efektif. Jadi 56 hari itu untuk fase intensif," tegasnya.

Tak berhenti sampai di situ setelah meminum obat dalam fase intensif, pemeriksaan harus dilakukan kembali. 

"Kalau positif obat yang gede ini diteruskan. Kalau negatif nanti ganti obat, yang ukurannya lebih kecil. Sampai nanti bulan keenam. Diminumnya satu kali 3 tablet itu namanya fase lanjutan. Kemudian nanti dicek lagi dahaknya," jelasnya. 

Atas hal itu, Allin mengimbau kepada masyarakat agar segera memeriksakan diri jika merasakan sejumlah gejala. 

"Misalkan ada yang batuk lebih dari dua minggu, kemudian juga panas gak kelar-kelar, berat badan makin turun, kadang-kadang ada keringat malam juga segera untuk diperiksakan. Karena itu sudah salah satu tanda orang mengidap TBC," paparnya. 

Selain itu, lanjut Allin, Dinkes Tangsel juga tengah menggencarkan pemantauan di tengah masyarakat melalui jejaring yang dimiliki.

"Jejaring kita kan selain Puskesmas, ada klinik, ada dokter swasta, dan ada juga lembaga kemasyarakatan yang ditunjuk oleh Kemenkes, mereka terus bergerak. Termasuk juga kader-kader TBC yang ada di lapangan terus bergerak, bagaimana masyarakat yang hsrus terus minum obat ini disiplin atau enggak," imbuhnya. 

Pemantauan tersebut, kata Allin, harus dilakukan secara intensif. Sebab penderita yang sudah dinyatakan sembuh, bisa saja tertular kembali. 

Allin mengatakan, saat ini di wilayahnya sudah terdapat rumah sakit rujukan penderita TBC. 

"RSU Tangsel ini menjadi rujukan untuk Multidrug-resistant TB (MDR-TB). Terjadi kalau orang drop out minum obat," jelasnya. 

Ia menjelaskan, penderita MDR-TB penanganan yang berbeda. Sebab orang yang menderita sudah tidak sensitif terhadap obat. 

"Ada pemeriksaannya dia itu masih sensitif terhadap obat atau sudah resisten. Kalau yang sudah resisten itu yang ribet. Karena dia bisa menularkan obat seumur hidup dia, sebab sudah tidak sensitif sama obat. Angkanya, 20 persen dari jumlah TBC," tuturnya. 

Atas hal itu, Ia kembali mengingatkan kepada masyarakat agar jangan malu untuk memeriksakan diri jika merasakan gejala-gejala TBC. 

"Kemudian untuk para penderita, harus disiplin minum obat. Kemudian juga keluarga pun harus aware," pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo