Melihat Kegiatan Warga Pandeglang Sulap Sampah dari Masalah Menjadi Rupiah
Bupati Dewi Dukung Warga untuk Mandiri Kelola Sampah
PANDEGLANG - Pengurus Bank Sampah Pelangi di Perumahan BCI, Cadasari, merupakan ibu-ibu nampak cekatan memilah sampah kiriman warga. Sampah yang dikirim warga berupa sampah anorganik seperti plastik, botol dan gelas plastik bekas minuman, kardus dan kertas. Selain dipilah untuk nantinya dijual ke pengepul, beberapa jenis sampah dibuat berbagai kerajinan tangan yang bisa memiliki nilai ekonomi lebih.
Jumat (8/8/2025) pagi itu, Nurwati (35) yang merupakan Direktur Bank Sampah Pelangi bersama rekan-rekannya tengah beraktivitas di gubuk sederhana yang dibangun secara swadaya oleh warga. Gubuk berukuran sekitar 3x6 meter yang menjadi pusat kegiatan Bank Sampah Pelangi ini menjadi saksi perjalanan warga Perumahan BCI yang merintis kegiatan “non profit” sejak tiga tahun lalu tersebut.
Nurwati menerangkan, awalnya ia melihat tayang berita soal bank sampah di media dan saluran YouTube. Menurut dia, bank sampah sangat bagus dalam hal pengelolaan sampah domestik di tingkat rumah tangga. Akhirnya pada November 2022 ia bersama warga lainnya menginisiasi pembentukan bank sampah di Perumahan BCI yang disepakati bernama Bank Sampah Pelangi.
“Kita tertarik (bank sampah, red) di media-media, jadi melihat ada bank sampah kok kayaknya kalau dibikin di komplek ini kayaknya bagus. Karena selama ini kan melihat warga buang sampah segala macam dibuang sekaligus dan begitu saja tidak jadi uang dan dengan adanya bank sampah bisa menjadi tambahan pemasukan bagi warga,” ungkap Nurwati saat diwawancara tangselpos.id.
Setelah berkonsultasi dengan rekannya yang bertugas di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pandeglang terkait pembentukan bank sampah, akhirnya setelah berkoordinasi dengan berbagai pihak termasuk Desa Ciinjuk, Bank Sampah Pelangi bisa terbentuk di akhir 2022.
“Adapun jenis sampah yang kami terima yakni jenis sampah anorganik berupa botol dan gelas plastik, kardus, kertas, plastik, buku dan sejenisnya. Sementara ini kita belum bisa mengolah sampah organik karena tidak ada alat dan memang bau juga,” tukasnya.
Kata dia, setiap warga yang menyerahkan sampah ke Bank Sampah Pelangi dicatat menjadi tabungan dan ada juga yang langsung mengambil uang. Setiap jenis sampah ditimbang dan dikonversi menjadi tabungan uang.
“Setiap jenis sampah itu harganya berbeda-beda, kita timbang per jenis dan dicatat di buku tabungan. Tabungannya bervariasi ada yang belasan ribu sampah ratusan ribu rupiah. Kadang jika ada warga yang keperluan bisa mengambil uangnya dan juga ngambil beras atau beli token listrik, karena kebetulan saya buka warung sembako di rumah,” bebernya.
Terkait dengan sampah organik, Nurwati mengaku, sempat membudidayakan maggot selama satu bulan dan berhasil hingga panen. Namun setelah dipanen, pihaknya kesulitan untuk memasarkan maggot tersebut. “Sempat kita membudidayakan maggot dan berhasil, tapi setelah panen tidak tahu dijualnya ke mana. Akhirnya kita kasih aja ke ayam dan tidak dilanjutkan lagi,” tambahnya.
Menurut dia, kegiatan ini selain mampu memberikan tambahan pemasukan bagi warga dan juga turut serta dalam upaya pelestarian lingkungan yang bersih dan sehat. Pihaknya mengajak warga Perumahan BCI untuk sama-sama menjaga lingkungan dengan bijak mengelola sampah.
“Tujuan kita sih sebenernya untuk mendukung lingkungan. Maksudnya biar lingkungan kita bersih terus tidak terlalu banyak sampah yang dibuang, karena kan kalau kita buang semua sampah tanpa dipilah otomatis sampah di pusat (TPA Bangkonol, red) pasti akan penuh,” pungkasnya.
Warsih, pengurus Bank Sampah Pelangi mengaku, terpanggil untuk mengurus sampah meski secara ekonomi tidak terlalu besar yang diperolehnya. Sebab, para pengurus tidak memiliki gaji atau honor atas pengelolaan bank sampah.
“Sempat sih suami nanya, emang dapat gaji berapa di bank sampah? Kita dapat uang selain juga ikut menabung sampah dan juga ada sedikit keuntungan saat penjualan sampah ke pengepul, itupun tidak besar,” akunya.
Dikatakan Warsi, warga selain datang sendiri ke Bank Sampah Pelangi untuk menjual sampahnya dan juga dijemput oleh pengurus. Sebab, sebagian besar warga Perumahan BCI merupakan pekerja yang pada hari kerja jarang ada di rumah.
Sementara, Irma (50) salah seorang warga Perumahan BCI mengaku, terbantu dengan adanya Bank Sampah Pelangi. Sebab, selain bisa mengurangi volume sampah domestik dan juga tentunya bisa mendapatkan uang. “Senang lah dengan adanya bank sampah, selain dapat uang dan juga lingkungannya bersih,” kata Irma.
Senada disampaikan warga lainnya, Siti Fatiha (43). Ia mengaku, terbantu dengan adanya Bank Sampah Pelangi yang dibentuk sejak 2022 lalu. Menurut dia, keberadaan Bank Sampah Pelangi sangat memiliki manfaat dan dampak positif bagi warga dalam hal pengelolaan sampah dan juga ekonomi. “Selain untuk melestarikan lingkungan, bank sampah ini juga bisa jadi tabungan bagi warga. Jadi kalau kita punya kebutuhan mendesak bisa ngambil uangnya kapanpun,” ucapnya.
Fatiha berpendapat, sampah saat ini bukan lagi menjadi masalah namun justru bisa mendatangkan keuntungan ekonomi. Dengan adanya Bank Sampah Pelangi ini juga turut mendorong kesadaran warga untuk ikut melestarikan lingkungan yang bersih dan sehat.
Bupati Dewi Mendukung Pembentukan Bank Sampah di Tingkat RW
Terpisah, Bupati Pandeglang, Raden Dewi Setiani mengatakan, sangat mendukung apa yang dilakukan warga di Perumahan BCI yang membentuk bank sampah sejak 2022 lalu. Menurutnya, meski langkah tersebut kecil namun bisa berdampak besar dalam upaya pelestarian lingkungan bersih, sehat dan terbebas dari sampah.
“Pembentukan bank sampah ini sangat baik dan perlu ditiru oleh warga lain. Pemerintah daerah sangat mendukung apa yang dilakukan warga di Perumahan BCI dan Insyaallah saya ke sana untuk silaturahmi dan memberikan penghargaan bagi ibu-ibu pejuang lingkungan,” ujarnya.
Dirinya mendorong, masyarakat untuk secara swadaya membentuk bank sampah minimal di tingkat Rukun Warga (RW). Sebab, pembentukan bank sampah cukup sederhana dan tidak membutuhkan perizinan dan yang terpenting adalah adanya kemauan dari warga.
Tujuannya adalah agar warga mampu mengelola sampah domestik secara mandiri. Sebab, idealnya sampah domestik bisa selesai di tingkat rumah tangga dan untuk sampah yang tidak bisa ditangani oleh warga maka itu menjadi tugas pemerintah.
“Nanti saya instruksikan Dinas Lingkungan Hidup untuk mendorong pembentukan bank sampah hingga tingkat RW. Semakin banyak bank sampah tentunya akan semakin bagus, nantinya volume sampah dapat ditekan, ada manfaat ekonomi dan juga tercipta lingkungan yang lestari,” pungkas mantan Kepala Dinas Kesehatan Pandeglang ini.(*)
Olahraga | 8 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 16 jam yang lalu
Opini | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Opini | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu