Kerek Ekonomi 8 Persen, Indonesia Butuh Investasi 11 Ribu T

JAKARTA - Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di angka 5,12 persen, lalu bisakah ekonomi tumbuh 8 persen pada tahun 2029 seperti yang diharapkan pemerintah? Jawabannya: bisa! Namun, ada syaratnya…
Syarat itu, dibeberkan mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah. Kata dia, Indonesia membutuhkan investasi hingga Rp 11.000 triliun untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Hal tersebut disampaikan Burhanuddin pada acara diskusi yang digelar lembaga riset Prasasti Center for Policy Studies di Jakarta, Selasa (12/8/2025).
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa tercapai jika investasi mencapai 52 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). “Kalau PDB kita Rp 22.000 triliun, maka kita perlu Rp 11.000 triliun,” ujar mantan Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran itu.
Bagaimana bisa meraih dana investasi segede itu? Dia menyarankan pemerintah mencari sumber-sumber baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satunya, melalui pengembangan ekonomi digital yang saat ini belum dimaksimalkan.
Burhanuddin menilai, ekonomi digital akan menjadi salah satu faktor kunci untuk mencapai target pertumbuhan 8 persen. Ia meminta pemerintah melanjutkan proses digitalisasi di berbagai sektor agar pertumbuhan ekonomi semakin efisien dan berdaya saing.
Kalau 8 persen itu bisa kita capai, maka kita bisa keluar dari middle income trap dengan lebih cepat,” jelasnya.
Senada, Research Director Prasasti Gundy Cahyadi mengatakan, pemerintah perlu memaksimalkan potensi ekonomi digital untuk mengejar target pertumbuhan 8 persen pada 2029.
Menurutnya, Indonesia berpeluang mengembangkan pemanfaatan ekonomi digital di berbagai sektor. Kontribusi ekonomi digital Indonesia pada 2030 diperkirakan mencapai 220–360 miliar dolar AS, dengan dominasi 40 persen dari nilai ekonomi digital ASEAN.
Berdasarkan riset Prasasti, pada 2024 nilai ekonomi digital Indonesia mencapai Rp 1,86 kuadriliun atau setara 117,2 miliar dolar AS, berkontribusi 8,4 persen terhadap PDB nasional. Laju, pertumbuhan ekonomi digital juga tercatat 5–6 persen, lebih tinggi dibanding tren pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5 persen.
“Pertumbuhan ekonomi digital lebih cepat dibanding pertumbuhan ekonomi nasional. Ke depan, kontribusinya akan terus meningkat,” ujar Gundy.
Sementara itu, Policy and Program Director Prasasti Piter Abdullah menambahkan, dari 17 sektor yang diteliti, pemanfaatan ekonomi digital terbukti lebih efisien dibanding sektor yang belum mengadopsinya. Hal itu tercermin dari indeks Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sektor ekonomi digital yang tercatat 4,3, sementara rata-rata 17 sektor ekonomi nasional berada di angka 10,6.
Artinya, setiap rupiah investasi di ekonomi digital mampu menghasilkan dua kali lipat output dibanding sektor konvensional. Semakin rendah angka ICOR menunjukkan semakin efisien suatu sektor dalam mengelola investasi menjadi output riil di perekonomian,” jelasnya.
Meski begitu, Piter mengingatkan adanya dua tantangan besar untuk mencapai pertumbuhan 8 persen, yakni tantangan global dan domestik. Tantangan global antara lain konflik geopolitik yang tak kunjung usai.
“Belum selesai Ukraina, sudah ada masalah Israel. Belum selesai Israel, muncul Thailand vs Kamboja yang sudah di depan mata. Persoalan geopolitik ini memunculkan ketidakpastian dan berdampak pada rantai pasok global,” katanya.
Tantangan domestik, lanjutnya, adalah perlunya reformasi struktural yang sudah lama dibicarakan.
Sehari sebelumnya, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Ace Hasan Syadzily menilai, Danantara akan berperan penting dalam mencapai target pertumbuhan 8 persen.
“Salah satu instrumen utamanya adalah investasi,” ujar Ace saat membuka seminar nasional Program Pendidikan Pimpinan Nasional Angkatan ke-25 (P3N 25) Lemhannas RI di Jakarta, Senin (11/8/2025).
Menurut Ace, Danantara mendapat mandat besar mengelola aset BUMN dengan total nilai mencapai Rp 14.000 triliun. Lembaga ini diharapkan menjadi instrumen pembiayaan utama proyek-proyek strategis nasional.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Untuk itu, ia mengingatkan agar pengelolaan ekonomi dilakukan secara efisien, berbasis logika, dan perhitungan akurat.
Prabowo juga menekankan pentingnya peran sektor swasta dalam pembangunan nasional, khususnya di bidang infrastruktur.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan II-2025. Pertumbuhan ini ditopang oleh tiga faktor: permintaan domestik, pemulihan ekspor, dan peningkatan investasi.
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu