TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Jelang Grand Prix Italia, Tim Ferrari Tegang

Reporter: Farhan
Editor: AY
Sabtu, 06 September 2025 | 06:21 WIB
Pembalap Tim Ferrari. Foto : Ist
Pembalap Tim Ferrari. Foto : Ist

ITALIA - Tim Formula 1 Ferrari menghadapi tekanan besar jelang Grand Prix Italia akhir pekan ini. Alih-alih optimistis, tim Kuda Jingkrak justru dihantui bayang-bayang kegagalan bangkit di depan tifosi sendiri.

 

Balapan di sirkuit Monza se­lalu jadi momen spesial. Tribun penuh warna merah, bendera berkibar, sorakan menggema. Itu berarti ekspektasi memuncak.

 

Dua pembalap Ferrari, Charles Leclerc dan Lewis Hamilton, datang dengan kondisi mental berbeda. Leclerc lebih tenang, Hamilton justru dalam tekanan.

 

“Jelas ada banyak tekanan pada kami sebagai sebuah tim. Lebih-lebih bagi saya karena musim ini tidak berjalan baik. Kami akan mencoba menyerap energi dari para penggemar,” kata Hamilton, yang baru ber­gabung dengan Ferrari musim ini, seperti dikutip ESPN, ke­marin.

 

Situasinya tak mudah. Ham­ilton sudah enam tahun puasa podium di Monza. Podium terakhirnya terjadi pada 2019. Kini, di usia 40 tahun, ia harus menanggung beban besar seka­ligus penalti lima posisi start.

 

Leclerc mencoba memberi dukungan. “Saya bilang ke­padanya, Monza melelahkan tapi penuh energi positif. Atmos­fernya gila,” kata Leclerc, yang sudah dua kali menang di Monza pada 2019 dan 2024.

 

Namun, pembalap asal Mon­ako itu juga realistis. “Kami bukan favorit. McLaren sedang dominan. Tapi, di Monza, se­galanya bisa terjadi,” ujarnya.

 

McLaren memang jadi mo­mok. Mereka merajai beberapa seri terakhir dan datang ke Monza dengan rasa percaya diri tinggi. Sementara Ferrari masih mencari kemenangan pertama musim ini.

 

Tifosi berharap keajaiban. Tapi jika Ferrari kembali gagal, tekanan di sisa musim bakal makin berat. Monza pun bisa berubah dari “Kuil Kecepatan” menjadi panggung kekecewaan.

 

Sekadar informasi, GP Italia adalah seri terakhir di Eropa sebelum Formula 1 melanjutkan perjalanan ke Asia dan Amerika. Karena itu, kemenangan di Monza bukan sekadar soal poin. Ini soal gengsi, moral, dan iden­titas tim.

 

Jika Ferrari kembali gagal, tekanan publik akan semakin besar. Bahkan, spekulasi soal masa depan Hamilton bisa men­cuat lebih cepat. Apakah ia akan bertahan? Apakah Ferrari harus melakukan perubahan besar? Semua pertanyaan ini akan men­cuat jika mereka gagal bangkit di Monza.

 

Namun, jika Ferrari berhasil menang, ceritanya akan berbeda. Kemenangan di Monza bisa jadi titik balik, memberi energi baru untuk menghadapi sisa musim.

 

Apakah Ferrari sanggup menulis kisah manis di depan pendukungnya? Atau justru pu­lang dengan kepala tertunduk? Semua akan terjawab akhir pekan ini.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit