TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

Indeks

Dewan Pers

Banjir Menerjang Pohon Tumbang, Pramono Hadapi Ujian Tahunan

Reporter: Farhan
Editor: AY
Minggu, 02 November 2025 | 08:56 WIB
Pohon tumbang meninpa pohon. Foto : Ist
Pohon tumbang meninpa pohon. Foto : Ist

JAKARTA - Ujian tahunan bagi Pemerintah Provinsi Jakarta datang lagi. Intensitas hujan yang tinggi, membuat sejumlah wilayah di Jakarta diterjang banjir, pohon tumbang, dan macet horor di mana-mana. Gubernur Jakarta Pramono Anung mengaku sudah punya jurus hadapi ujian tahunan itu. 

 

Hujan berintensitas tinggi disertai angin kencang mengguyur Ibu Kota, Kamis (30/10/2025) malam. Akibatnya, 33 RT di Jakarta Selatan terendam banjir dengan ketinggian air antara 30 sampai 150 sentimeter. Kawasan Mampang, Bangka, Pela Mampang, hingga Kuningan Barat jadi langganan. 

 

Di Kelurahan Bangka, ketinggian air mencapai 110 sentimeter akibat luapan Kali Mampang. Sementara di Kelurahan Kuningan Barat, ada 11 RT terendam. Di Pela Mampang 10 RT, Duren Tiga 5 RT, Pejaten Barat 1 RT, dan Jati Padang 5 RT. 

 

BPBD Jakarta mencatat, puluhan warga mengungsi. Sebanyak 30 jiwa bertahan di Mushola Al Hinayah, Pejaten Barat, dan 10 jiwa di Masjid Al Ridwan. 

 

Bukan cuma air yang jadi ancaman, tapi juga pohon tumbang. Di kawasan Dharmawangsa Raya, Kebayoran Baru, pohon rengas besar roboh menimpa lima mobil sekaligus, Kamis (30/10/2025) sore. Satu orang tewas akibat tertimpa batang besar. 

 

“Korban meninggal saat tiba di Rumah Sakit Pusat Pertamina,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan. 

 

Pohon tumbang juga terjadi di depan Pintu 11 Gelora Bung Karno (GBK), Jumat (31/10/2025). Jalan sempat tersisa satu lajur, membuat macet panjang. Sebelumnya, kejadian serupa menimpa Pondok Indah, yang menewaskan pengemudi mobil mewah Toyota Lexus. 

 

Di waktu bersamaan, kemacetan parah melanda seluruh penjuru kota. Kawasan Kemang, MT Haryono, hingga Lingkar Luar Cengkareng lumpuh total. Mobil nyaris tak bergerak. Warga yang pulang kerja harus berjibaku dengan genangan dan antrian panjang kendaraan. 

 

Menghadapi situasi ini, Gubernur Pramono turun tangan. Ia memerintahkan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) selama 25 hari ke depan bekerja sama dengan BMKG dan BNPB. 

 

Kami akan menekan curah hujan yang kini di atas 150–200 milimeter. Dalam 25 hari ke depan akan ada cuaca ekstrem. Ini langkah pencegahannya,” ujar Pramono, Jumat (31/10/2025). 

 

Mas Pram, begitu ia disapa, juga me­merintahkan seluruh pasukan pelangi. Mulai dari Dinas Pertamanan, Satpol PP, Dinas Sumber Daya Air, Gulkar­mat, hingga Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) untuk turun ke lapangan. “Semua kami kerahkan. Kami juga akan rutin memberikan informasi cuaca melalui kanal resmi pemerintah,” tegasnya. 

 

Soal pohon tumbang di Dharmawangsa, Pramono menyebut perawatan pohon sebenarnya rutin dilakukan. Namun, angin kencang membuat batang besar tercabut sampai akar. “Kami turut berduka. Seluruh biaya penanganan ditanggung Pemprov. Pohon-pohon akan segera dipangkas, ditopang, dan diperiksa ulang,” janji Pramono. 

 

Ia juga mengingatkan warga pesisir untuk waspada banjir rob pada 6–8 November mendatang. “Mudah-mudahan rob, banjir kiriman, dan banjir lokal tidak datang bersamaan,” doanya. 

 

Anggota DPRD Jakarta Fraksi PDIP Hardiyanto Kenneth menilai, banjir dan pohon tumbang adalah alarm keras bagi Pemprov Jakarta. “Ini tanda sistem kesiapsiagaan dan pemeliharaan infrastruktur kita belum maksimal,” ujar Kenneth, yang juga Kepala BAGUNA DPD PDIP Jakarta. 

 

Pemprov Jakarta di bawah Pramono perlu memperbaiki tata kelola pena­nganan risiko bencana secara menyeluruh. Penanganan pohon rawan tumbang, saluran air tersumbat, serta sistem drainase tidak optimal adalah isu klasik yang tidak boleh lagi ditunda penyelesaiannya. “Pak Gubernur Pramono Anung harus mampu melihat siapa yang benar-benar bekerja dan siapa yang tidak,” tegas Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta itu. 

 

Jangan sampai, anggaran besar yang sudah disiapkan tiap tahun, tidak berbanding lurus dengan hasil di lapangan. “Kami ingin transparansi, evaluasi teknis, dan percepatan program penataan ling­­kungan perkotaan yang baik,” pintanya. 

 

Ketua Komisi D DPRD DKI, Yuke Yurike, menambahkan pentingnya antisipasi bagi warga terdampak. “Evakuasi harus siap, apalagi kalau banjir datang bersamaan. Koordinasi antarwilayah penyangga juga harus intens,” pesannya. 

 

Menurut Yuke, upaya pengerukan kali, pemeriksaan turap, tanggul, dan jembatan harus digarap cepat. “Jangan nunggu viral baru turun tangan,” katanya. 

 

Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah menilai, masalah tahunan Jakarta tak bisa diselesaikan sendiri. Ia mendesak Pemerintah Pusat membentuk Dewan Aglomerasi Jabodetabek agar penanganan banjir dan kemacetan terkoordinasi. 

 

“Perlu political will dari kementerian terkait untuk menyinergikan kepala daerah Jabodetabek. Tanpa itu, banjir Jakarta akan terus berulang,” ujarnya. 

 

Trubus juga mengingatkan, mitigasi Pemprov harus lebih sigap. “Kalau BMKG sudah kasih peringatan cuaca ekstrem, anak buah Gubernur harus langsung gerak,” katanya. 

 

Menurutnya, edukasi warga masih rendah dan pengawasan dinas lemah. Selama ini nunggu viral baru bertindak. Harusnya tiap musim hujan sudah rutin periksa pohon, saluran, dan sediakan peringatan dini. “Kalau pencegahan jalan, warga pun sadar nggak parkir di bawah pohon besar, nggak buang sampah sembarangan, dan nggak bangun di saluran air,” pungkas Trubus.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit