Siswa SMAN 72 Masih Trauma, Belajar Tetap Online
JAKARTA - Para siswa SMAN 72 Jakarta masih trauma dengan insiden ledakan yang terjadi pada Jumat (7/11/2025) lalu. Mereka masih waswas untuk masuk sekolah. Seminggu terakhir, kegiatan belajar mengajar (KBM) pun dilakukan secara online. Pekan depan, pembelajaran jarak jauh masih akan diterapkan.
Selama sepekan kemarin, kondisi sekolah masih tampak sepi. Tak ada siswa yang masuk. Hanya ada beberapa guru dan penjaga yang standby.
KBM berlangsung daring. Itu pun bukan materi pembelajaran seperti biasanya. KBM diisi materi trauma healing yang disampaikan tim psikolog Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Salah satu orang tua murid, Djumiaty Hatong, menyebut bahwa siswa masih trauma. Seperti putrinya, Bunga (17 tahun), siswa Kelas XI SMAN 72, yang masih takut masuk sekolah. Sebab, saat terjadi ledakan, Putri berada di samping masjid, karena baru selesai mengikuti acara keputrian. Karena dekatnya dengan lokasi ledakan, Bunga sempat mengalami gangguan pendengaran.
"Anak saya masih suka menangis setiap malam mengingat kejadian itu. Ingat tamennya yang terluka," aku Djumiaty, dilansir dari Beritajakarta, Sabtu (15/11/2025).
Kata dia, PJJ juga melibatkan pendampingan para orang tua. Materi trauma healing salah satunya berisi tentang persiapan mental peserta didik sebelum kembali ke sekolah.
Saya ikut online Zoom Meeting bersama anak. Saya akan terus mendampingi anak saya hingga pulih traumanya, bisa kembali ke sekolah dengan tenang, aman dan nyaman," ungkapnya.
Kepala Sekolah SMAN 72 Tetty Helena Tampubolon menyebut, pekan depan, proses KBM masih jarak jauh. Siswa belum bisa belajar tatap muka karena masih trauma. Pembelajaran tatap muka akan dilakukan jika mendapat izin dari para wali murid. Selain itu, menunggu hasil penyelidikan menyeluruh penegak hukum.
"Hari Senin (17/11/2025) itu masih PJJ. Kami belum bisa memastikan kapan belajar luring. Masih ada sebagian yang trauma," kata Tetty, di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Sabtu (15/11/2025).
Selain itu, kata dia, sampai saat ini masih ada beberapa korban luka yang dirawat. Dia meminta doa seluruh pihak agar korban luka segera diberi kesembuhan dan bisa kembali bersekolah.
"Pesan saya, anak-anak berdoa dan bersemangat, mudah-mudahan segera pulih, supaya tak ketinggalan dari sekolah lain pembelajarannya," harap Tetty.
Tetty mengatakan, seluruh pihak telah memberikan perhatian kepada sekolahnya. Dari mulai Kepolisian, Dinas Pendidikan Jakarta, Dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, hingga Himpunan Psikologi Indonesia.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memberi keleluasaan bagi SMAN 72 Jakarta untuk menerapkan metode pembelajaran. Ia telah berkomunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Jakarta Nahdiana dan sepakat memberi kebebasan kepada pihak sekolah untuk memilih metode pembelajaran, baik daring maupun luring.
"Yang mau daring boleh, yang mau langsung juga boleh," kata Pramono sembari berharap, kegiatan belajar mengajar kembali normal.
Mengenai nasib pelaku, yang diduga penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP), Pramono menegaskan, Pemprov DKI belum mengambil keputusan. "Saya belum memutuskan apa pun," tuturnya.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Farah Savira mendukung kebijakan PJJ di SMAN 72. Sebab, kondisi di lapangan belum sepenuhnya normal dan trauma siswa masih terasa. Belajar tatap muka bisa dilakukan setelah kondisi di lingkungan sekolah benar-benar pulih dan siswa siap secara mental.
"Jadi, keputusan ini sudah benar. Harus pulih dulu semua aspeknya agar proses belajar mengajar berjalan tanpa menambah beban psikologis para siswa," ujar Farah, dalam keterangannya.
Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri mengatakan, total ada 96 korban ledakan di SMAN 72 Jakarta Sebanyak 3 orang di antaranya mengalami luka berat.
Total korban akibat peristiwa tersebut tercatat sebanyak 96 orang dengan rincian 67 orang luka ringan, 26 luka sedang, dan 3 orang luka berat," kata Irjen Asep.
Polda Metro Jaya mengungkap dugaan motif di balik aksi peledakan bom rakitan itu. Pelaku yang masih berstatus anak berkonflik dengan hukum (ABH) diduga bertindak atas dorongan emosional dan merasa terisolasi dari lingkungan sekitarnya. "Berdasar hasil penyelidikan, pelaku bertindak mandiri tanpa keterkaitan dengan jaringan teror mana pun," ungkap Asep.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Iman Imanuddin menyatakan, pelaku dikenal pribadi tertutup, jarang bergaul, dan punya ketertarikan terhadap konten kekerasan serta hal-hal ekstrem. Dia menduga, kondisi psikologis dan perasaan terisolasi menjadi pemicu utama.
Saat ini, polisi masih melakukan pendalaman. Berdasarkan hasil pemeriksaan saksi, alat bukti, dan analisis Laboratorium Forensik Polri, penyidik menduga terdapat unsur pelanggaran hukum. Namun, pihaknya bersama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjamin proses penyidikan mengedepankan prinsip perlindungan anak.
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 16 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu



