Ditemukannya Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Prof Bambang: Ada Indikasi Aktivitas Manusia
BOGOR – Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan sekaligus Kepala Pusat Studi Bencana IPB University, Prof. Bambang Hero Saharjo, angkat bicara terkait temuan kayu gelondongan pasca banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah Sumatera.
Menurut Prof. Bambang, karakteristik kayu yang ditemukan di lokasi bencana menunjukkan adanya indikasi kuat keterlibatan aktivitas manusia. Ia menilai material kayu tersebut tidak sepenuhnya dapat dijelaskan sebagai kayu lapuk ataupun hasil runtuhan alami.
Per Sabtu (6/12/2025), bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah menyebabkan 883 orang meninggal, 520 hilang, serta 4.200 orang luka-luka.
“Kondisi tersebut tidak dapat sepenuhnya dijelaskan sebagai fenomena alami. Ada indikasi aktivitas manusia,” ujar Prof. Bambang melalui keterangan resminya di laman IPB University.
Hutan Sehat Mampu Menahan Air
Prof. Bambang merujuk pada kasus serupa yang pernah ia tangani beberapa tahun lalu di kawasan hutan lindung Sumatera Utara. Ia menjelaskan bahwa hutan yang sehat memiliki struktur tajuk yang rapat dan bertingkat sehingga mampu memecah, memperlambat, dan menahan laju air hujan.
“Walaupun ada hujan deras, air tidak langsung menyentuh permukaan tanah. Ia dipecah oleh tajuk, sebagian mengalir melalui batang,” jelasnya.
Keberadaan tumbuhan bawah serta serasah juga berperan penting dalam menyerap air dan menjaga kestabilan ekosistem hutan. Lapisan vegetasi yang berjenjang—mulai dari tajuk atas hingga tanaman bawah—menjadi sistem penyangga alami bagi kelestarian lingkungan.
“Tuhan menciptakan sistem ini untuk kebaikan manusia dan lingkungannya,” ujarnya.
Kayu Tumbang Alami Tidak Pernah Masif
Dalam kondisi alami, tumbangnya satu atau dua pohon tidak mengancam ekosistem.
“Kalaupun ada pohon tumbang, jumlahnya tidak banyak. Biasanya hanya satu atau dua, dan itu wajar terjadi,” tutur Prof. Bambang.
Ia menambahkan, akar pohon besar yang kuat membuat hutan tetap stabil. Ketika satu pohon roboh, ruang terbuka itu cepat diisi oleh regenerasi vegetasi baru.
Pembalakan Liar Buka Celah Kerusakan
Masalah muncul ketika aktivitas pembalakan liar memasuki kawasan hutan. Kerusakan dan berkurangnya kerapatan tajuk membuka celah yang menyebabkan perubahan drastis pada aliran air maupun stabilitas tanah.
“Ketika pembalakan liar masuk, celah antar tajuk semakin terbuka,” katanya.
Hilangnya fungsi tajuk membuat air hujan jatuh langsung ke permukaan tanah tanpa proses pemecahan alami, sehingga erosi terjadi lebih cepat dan risiko longsor meningkat.
“Kayu-kayu besar yang ditemukan pasca bencana merupakan konsekuensi dari rusaknya lapisan vegetasi akibat aktivitas manusia,” tegas Prof. Bambang.
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu


