TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers
Pemerintah Mau Impor GKP

Harga Gula Petani Bisa Hancur-hancuran Lho

Reporter: AY
Editor: admin
Senin, 26 Desember 2022 | 10:10 WIB
Pedagang gula pasir di pasar tradisional. (Ist)
Pedagang gula pasir di pasar tradisional. (Ist)

JAKARTA - Pemerintah memutuskan mengimpor Gula Kristal Putih (GKP) sebanyak 991 ribu ton. Keputusan impor ini disesalkan asosiasi petani tebu, karena harga gula petani bisa hancur.

Keputusan impor GKP di­ungkapkan langsung Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.

“Sudah diputuskan dalam ra­pat terbatas (ratas), tahun depan akan mengimpor gula kristal putih sebanyak 991 ribu ton atau hampir 1 juta,” ungkapnya di Pasar Kebon Kembang, Bogor, akhir pekan ini.

Zulhas-sapaan akrab Zulkifli Hasan, mengatakan, selain GKP, Pemerintah juga mengimpor Gula Kristal Rafinasi (GKR) sebanyak 3,6 juta ton, yang nantinya akan disalurkan untuk indus­tri makanan dan minuman.

Tak hanya itu, Pemerintah juga dipastikan akan mengimpor gula kebutuhan khusus sebanyak 50 ribu ton.

Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) memper­tanyakan keputusan impor GKP yang menjadi konsumsi masyarakat.

Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen menjelaskan, dulu Indonesia mampu memproduksi gula hingga 15 ton per 1 hektar lahan. Saat ini, angka itu menyusut tinggal 5 juta ton per 1 hektar lahan. Akhirnya, Indonesia tak bisa lepas dari impor gula.

“Mestinya, kalau kita khawatir cadangan pangan terutama gula habis, seluruh produksi pangan ya digenjot. Jangan hanya di spanduk saja,” katanya.

Sumitro membeberkan stok gula awal di tahun 2022 sebesar 1,1 juta ton. Kemudian, Pe­merintah mengimpor 980 ribu ton raw sugar (gula mentah) dan 150 ribu ton gula kristal putih.

Dengan begitu, kata dia, total gula 2,2 juta ton. Dan jika ditambah produksi nasional sebesar 2,4 juta ton, totalnya 4,6 juta ton.

“Konsumsi gula nasional per tahun itu, kita pakai 3 juta saja. Berarti sisa 1,6 juta. Artinya, cu­kup kalau untuk gula konsumsi,” jelasnya.

Dia mengatakan, masuknya gula konsumsi impor justru menurunkan daya saing harga petani di pasar.

“Kalau mau dijual ke pasar, gula petani panen, harganya su­dah pasti hancur,” ucapnya.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira ikut menanggapi rencana Pemerintah impor gula konsumsi, di tengah banjir stok dalam negeri.

Menurutnya, ada tren atau pola yang menunjukkan impor gula kerap terjadi menjelang Pemilu. “Itu perlu dipertanya­kan,” katanya curiga.

Indonesia, kata Bhima, meru­pakan salah satu negara pengimpor gula tertinggi dibanding­kan negara lainnya. Padahal, Indonesia punya potensi perke­bunan tebu sebagai bahan baku gula yang cukup besar.

Untuk itu, dia menilai perlu ada perubahan tata niaga dari komoditas gula secara nasional. “Revitalisasi industri gula mendesak dilakukan,” ucapnya. rm id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit