TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Belum Sanggup Bawa Lukas Enembe

Preseden Buruk, KPK Makin Tidak Dianggap

Laporan: AY
Minggu, 08 Januari 2023 | 10:51 WIB
(Foto : Istimewa)
(Foto : Istimewa)

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhir-akhir ini dinilai lemah dalam penegakan hukum kepada koruptor. Indikasinya, beberapa nama yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, tidak ditahan.

Gubernur Papua, Lukas Enembe hingga kini belum juga ditahan. Padahal, Lukas sudah ditetapkan sebagai tersangka sejak 5 September 2022 dalam kasus kasus suap dan gratifikasi Rp 1 miliar. Mirisnya lagi, Lukas malah meresmikan Kantor Gubernur Papua di Jayapura pada 30 Desember 2022.

Tidak hanya itu, KPK juga kini belum berhasil menangkap buronan Harun Masiku, tersangka kasus dugaan suap Pergantian Antar Waktu (PAW) anggota DPR periode 2019-2024. KPK hanya mampu “mengendus” keberadaan eks politisi PDIP, tanpa bisa menangkapnya.

Selanjutnya, komisi antirasuah itu juga belum berhasil memeriksa mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal (Purn) Agus Supriatna yang namanya disebut dalam dakwaan Direktur PT Diratama Jaya Mandiri John Irfan Kenway atau Irfan Kurnia Saleh yang menerima Rp 17 miliar dalam dakwaan kasus korupsi pengadaan helikopter AW-101.

Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW), Agus Sunaryanto mengkritik lemahnya KPK kepada Gubernur Papua Lukas Enembe. KPK beralasan Enembe tidak ditahan dengan alasan sedang sakit dan ingin pergi berobat ke Singapura.

“Ini jadi satu hal yang tidak bagus un­tuk KPK sendiri, jadi kelihatan lemah di hadapan tersangka korupsi,” kritik Agus di Jakarta, kemarin.

Agus mendesak, saatnya KPK bergerak cepat menjemput paksa Lukas Enembe yang tampak sehat pada acara peresmian Kantor Gubernur Papua di Jayapura pada 30 Desember 2022 lalu. Fakta tersebut, kata dia, sinyal yang bagus untuk memproses atau memeriksa Lukas secara cepat.

“Beberapa tokoh adat Papua cukup terbuka terkait kasus korupsi yang men­jerat Lukas Enembe. Mereka justru mendorong agar Lukas Enembe bersikap kooperatif dalam proses pemeriksaan, agar kasus tersebut bisa jelas, apakah motif politis atau benar-benar kasus pi­dana,” ungkapnya.

Selain itu, kata Agus, Lukas Enembe bisa mendapat kesempatan untuk mem­buktian apakah dia benar-benar bersih dari tuduhan korupsi.

“Toh ruang hukum­nya ada, ada praperadilan kalau dia tidak melakukan,” ujar Agus.

Sementara, Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengatakan, kegiatan Gubernur Papua Lukas Enembe yang meresmikan Kantor Gubernur Papua akan menjadi perhatian KPK. Sebab, Lukas Enembe sempat beralasan ingin pergi berobat ke Singapura.

“Yang bersangkutan bisa jalan, bisa menyampaikan sambutan dan lain se­bagainya. Atau dengan kata lain bisa berpikir, tidak terganggu komunikasinya. Tentu menjadi perhatian kami,” katanya di Jakarta, kemarin.

Alexander mengatakan, Lukas Enembe boleh berobat ke Singapura, asalkan ber­status tahanan KPK. Lukas, kata dia, bisa berobat ke Singapura dengan didampingi petugas KPK.

Netizen khawatir bila Lukas Enembe tidak dikunjung ditahan dan terus be­raktivitas seperti biasa, bisa menjasi preseden buruk. KPK bakal makin tidak dianggap keberadaanya dalam kasus pemberantasan korupsi di Tanah Air.

Akun @Marcos_Halim heran, institusi sebesar KPK dan menjadi wakil negara, bisa dilecehkan oleh oknum warga negara seperti Lukas Enembe. Kata @Andy_Wong, apakah negara kalah dengan tersangka yang sampai sekarang belum juga di­tahan. “Mana wibawamu KPK,” kritik @Marcos_Halim. “Tontonan menggelikan penegakan hukum di bangsa konoha! KPK ayam sayur,” kritik @Farelindo_jaya.

Akun @Adityakarma menegaskan, penegakan hukum harus tegak lurus dan tidak boleh ragu-ragu, apalagi seperti kebingungan. Kasus Lukas, kata dia, bisa jadi preseden buruk karena KPK makin tidak dianggap keberadaannya.

“KPK lucu, yang sebenarnya diisi oleh orang-orang hebat ternyata hasilnya hanya lelucon aja,” kata @Azzura_Albahar.

Akun @Abdul_Muhammad_Ali me­nyesalkan sikap KPK yang lambat me­nahan Lukas Enembe. Dia menilai KPK terkesan kurang serius, setengah-setengah dan kurang tegas terhadap koruptor.

“KPK harus direformasi total karena punya wewenang hukum yang luar biasa, tapi tidak bisa menangkap koruptor,” ujar @Adams.

Akun @Parman menuding KPK pena­kut karena dikibulin sandiwara sakit sama Lukas Enembe percaya saja. Penilaian serupa dilontarkan @Purwo_Budiyanto. Kata dia, KPK diledek sama Lukas Enembe dengan alasan sakit.

“Ayo dong tunjukkan kesaktiannya KPK,” desak @Purwo_Budiyanto.

Menurut @Purwono_dalail, sudah menjadi modus para tersangka korupsi kalau dipanggil KPK, pasti beralasan sakit. Padahal, kata dia, mereka masih bisa main bola dan jalan-jalan.

Demi keadilan, kata @Harie_Trianto, sudah seharusnya dan wajib, KPK menngkap Lukas Enembe. Dia mengin­gatkan, jangan karena seorang tersangka yang tidak punya pendukung begitu mudah ditangkap.

“Tapi susah menang­kap Lukas Enembe karena banyak yang membetenginya,” katanya.

Sementara, @Jilzam_suanda tidak mempermasalahkan KPK belum me­nahan Lukas Enembe. Dia bilang, bi­arkan saja Lukas bebas berbuat dulu, setelah perbuatannya banyak diketahui masyarakat membuat dia diketahui sebe­narnya sehat. rm.id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo