TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
90 Persen Pasien Kanker Meninggal

Menkes Bakal Pasok Alat Skrining Buat 514 Daerah

Laporan: AY
Selasa, 21 Februari 2023 | 10:19 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. (Ist)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. (Ist)

JAKARTA - Pemerintah menganjurkan masyarakat rajin melaku­kan deteksi dini alias skrining kesehatan. Tujuannya, supaya tingkat keparahan, kecacatan dan kematian bisa dikendalikan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin bilang, deteksi dini berpeluang besar meningkatkan kesempatan seseorang menjadi penyintas untuk penyakit tidak menular seperti kanker.

Dengan demikian, biaya perawatan, tingkat keparahan, kecacatan, bahkan kematian bisa dikendalikan.

Budi bilang, kanker dapat dikendalikan. Angka survival rate-nya tinggi, asalkan terdeteksi dini.

“Sekitar 90 persen bisa dikendalikan,” ujarnya, di Jakarta, kemarin.

Sayang, sebagian besar pasien yang memeriksakan diri saat kanker sudah dalam stadium lanjut. Akibatnya, 90 persen pasien kanker tidak mendapatkan penanganan optimal yang bera­khir pada kematian.

Faktor penyebabnya beragam. Pertama, masyarakat takut melakukan pemeriksaan, khawatir karena keterbatasan dana.

Kedua, keterbatasan peralatan. Belum banyak fasilitas kesehatan, utamanya di daerah, yang mampu melakukan skrining kanker. Ketiga, kurangnya tenaga kesehatan berkompeten.

Ketiga faktor tersebut kini tengahmenjadi fokus Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk direformasi.

Reformasi dilakukan dengan melakukan transformasi kesehatan layanan rujukan yang merupakan pilar kedua transfor­masi kesehatan.

Dari sisi pembiayaan, saat ini skrining kanker sudah ditanggung BPJS Kesehatan, sehingga masyarakat bisa memanfaat­kanya secara gratis di fasilitas pelayanan kesehatan.

“Misalnya untuk kanker kolorektoral, sekarang untuk laki-laki usia di atas 50 tahun sudah bisa melakukan deteksi dini gratis di fasyankes,” ungkap Budi.

Kemudian dari segi peralatan medis, Kemenkes berupaya memenuhinya berdasarkan jenis kanker yang paling banyak diderita masyarakat.

Di antaranya, ada mammo­grafi dan USG di 514 kabupaten/kota untuk deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks pada perempuan.

Diingatkan mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini, kanker payudara paling banyak diderita perempuan. Kemenkes sudah memasang 6.000 USG.

"Mudah-mudahan 10 ribu USG bisa kita penuhi tahun ini. Kedua, ada (kanker) serviks, kita sudah wajibkan vaksinasi HPV. Testingnya nanti kita geser dari tes IVA dan papsmear ke HPV DNA, ini untuk pencegahan,” ungkapnya.

Kemudian, Kemenkes juga berupaya menyediakan alat CT Scan di 514 kabupaten/kota untuk deteksi dini kanker kolorektoral pada laki-laki.

Serta, pemenuhan 10.000 hematoanalyser untuk mende­teksi kelainan darah putih pada anak-anak.

Selain upaya preventif melalui skrining kesehatan, Kemenkes juga mendorong seluruh daerah mampu melakukan perawatan dan pengobatan kanker.

“Kami mendorong agar 514 kabupaten/kota mampu melaku­kan bedah onkologi dan kemoterapi serta 34 provinsi bisa melakukan radioterapi,” tutur Budi.

Selanjutnya, dari segi tenaga kesehatan, Kemenkes berupaya mempercepat pemenuhan tenaga kesehatan (nakes) yang ber­mutu dan berkualitas di seluruh fasyankes di Indonesia.

Hal ini dipenuhi dengan be­berapa program khusus. Seperti, pengiriman dokter spesialis adaptan luar negeri, penugasan khusus, dan program pengampuan.

Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), sebagai salah satu organisasi profesi yang dekat dengan layanan ini, diminta membantu Pemerintah dalam penyediaan tenaga kesehatan yang dibutuhkan.

Sementara, Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) Cosphiadi Irawan mengatakan, pada tahun 2020 setidaknya ada sekitar 10 juta penduduk dunia yang meninggal akibat kanker.

Dari tahun ke tahun, jumlah ini dilaporkan terus meningkat. Tahun ini diperkirakan ada sekitar 13 juta kematian akibat penyakit berbahaya tersebut.

Cosphiadi membeberkan, tingginya angka kematian kanker tersebut disebabkan pola hidup yang kurang sehat. Seperti, kon­sumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas fisik, merokok dan mi­num alkohol.

Kebiasaan buruk ini diper­parah dengan rendahnya kesada­ran masyarakat untuk melaku­kan deteksi dini.

Pada stadium awal, kanker ti­dak menunjukkan gejala, sehing­ga seringkali tidak disadari oleh penderita. Akibatnya, banyakkasus kanker yang terdeteksi pada stadium lanjut.

“Kebiasaan ini menyumbang hingga 30 persen. Karena itu deteksi dini sangat penting untuk pencegahan,” ingatnya.

Dia berharap, upaya Pemerintah untuk memperkuat de­teksi dini penyakit kanker, dapat menekan jumlah kesakitan dan kematian akibat kanker.

Di Puskesmas, nantinya akan ada 10 ribu USG yang akan digunakan untuk deteksi dini kanker payudara, sehingga delay of diagnosis bisa dikurangi.

“Ini tidak terlepas dari peran teman-teman di rumah sakit. Saatnya kita duduk bersama men­dukung Pemerintah melakukan reformasi layanan kanker yang lebih baik,” kata Cosphiadi. rm.id

Suasana rapat di Menko Perekonomian. (Ist)
Pos Sebelumnya:
Para Menteri Sibuk Banget
Pos Berikutnya:
Amali Mundur Dari Menpora
Menpora Zainudin Amali saat konferensi pers selepas Pengurus Baru PSSI  diterima Presiden Jokowi. (Ist)
Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo