TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Survei Parpol Versi SMRC Terbaru

Tanda Tanya, Kenapa Beringin Disalip PKB

Laporan: AY
Senin, 20 Maret 2023 | 09:27 WIB
(Foto : Istimewa)
(Foto : Istimewa)

JAKARTA - Elektabilitas partai politik setahun jelang pemilu mulai mengalami perubahan. Dalam survei terbaru yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), posisi Partai Golkar kini disalip PKB. Temuan ini tentu saja jadi tanda tanya, mengingat selama ini partai yang dinakhodai Airlangga Hartarto itu, selalu masuk 3 besar bersama PDIP dan Gerindra.

Survei SMRC ini dilakukan melalui wawancara tatap muka pada 2-11 Maret 2023. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu, dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1.220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1.061 atau 87 persen yang kemudian dianalisis. 

Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasilnya, PDIP sebagai jawara dua kali pemilu masih merajai di posisi puncak dengan elektabilitas 23,4 persen atau naik 4,1 persen dari suara yang diraihnya pada Pemilu 2019. Di posisi kedua, ada Gerindra dengan 14,1 persen atau naik dibanding dengan 2019 yang mendapat 12,6 persen. 

Temuan yang mengejutkan justru di posisi ke-3. Posisi tersebut dalam survei terbaru SMRC ini tidak lagi milik Golkar, tapi PKB. Dalam survei tersebut, partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar alias Imin naik 0,6 persen dari 9,7 persen di tahun 2019 menjadi 10,3 persen.

Sedangkan Golkar yang pada 2019 meraih 12,9 persen turun sekitar 3 persen menjadi 9,1 persen. Dengan demikian Golkar menempati peringkat ke-4 di bawah PKB.

Kenapa beringin anjlok hingga 3 persen? Direktur Riset SMRC, Deni Irvani mengatakan, pihaknya membuat beberapa variabel dalam survei yang dilakukannya tersebut.

“Dalam survei ini kita bertanya referensi masyarakat terkait parpol dan mereka menyebutkan partai yang ingin dipilih, Golkar dan seterusnya,” kata Deni, kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group) kemarin.

Meskipun anjlok 3 persen, Deni menganggap, penurunan itu secara statistik tidak signifikan. Artinya, bisa saja dalam Pemilu 2024 suara pemilih Partai Golkar masih stabil seperti pada Pemilu 2019.

"Karna dalam survei ada margin of error,” jelasnya.

Namun, jika diamati dalam beberapa survei yang dilakukan dari Pemilu sebelumnya, memang suara pemilih Golkar tidak pernah lebih baik dari Pemilu 2019.

“Bisa kita katakan cenderung melemah,” katanya. 

Deni menduga ada beberapa alasan kenapa partai penguasa Orde Baru itu belakangan elektabilitasnya melemah. Pertama, faktor elektabilitas partai adalah refleksi dari sosialisasi partai tersebut ke tengah masyarakat. Peningkatan suara itu, kata dia, bisa didongkrak dengan sikap Golkar dalam mengusung capres dan cawapres di 2024.

Selain itu, elektabilitas partai juga bisa terangkat dengan adanya calon anggota legislatif yang memproklamirkan diri sebagai perwakilan Partai Golkar. Apalagi menurutnya, Golkar memiliki banyak figur yang berpengaruh di tingkat lokal. Sehingga hal itu bisa punya efek positif terhadap perolehan suara Golkar di masa kampanye.

“Tapi karena belum kampanye, maka pengaruh dari figur atau tokoh-tokoh itu belum bisa tertangkap. Artinya Golkar tentu punya peluang naik kembali seperti di 2019 atau bisa lebih baik lagi,” jelas Deni.

Apa tanggapan Golkar? Ketua DPP Partai Golkar, Dave Laksono mengaku pihaknya tidak khawatir dengan hasil survei tersebut. Sebab, ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan perolehan suara tidak seperti kondisi riil di lapangan.

“Hasil survei itu kan fluktuatif dikarenakan berbagai faktor. Bisa karena isu-isu terkait, atau tokoh-tokoh tertentu yang bisa mengubah hasil survei itu,” kata Dave, saat dihubungi Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group), semalam.

Ke depan, lanjut dia, Golkar akan terus fokus meningkatkan kinerja organisasi dengan memperjuangan dan menyuarakan isu-isu sensitif di tengah kehidupan masyarakat pada umumnya.

Menurunya, gebrakan itulah yang saat ini sedang ditunggu oleh masyarakat. Sebab mereka akan memilih partai yang dirasa dapat memperjuangkan hak-haknya.

“Hal itulah yang ditunggu masyarakat dan akan terus kita perjuangkan,” jelasnya.

Dave pun mengaku bahwa Golkar masih punya cukup waktu untuk meningkatkan elektabilitas partai. Sebab Pemilu 2024 masih menyisakan waktu 10 bulan lagi. Yana artinya suara Golkar bisa merangsek naik dari urutan keempat.

Dia juga menilai ke depan, akan banyak kesempatan dan momentum bagi Golkar untuk memperkenalkan diri ke hadapan pemilih milenial sebagai upaya dalam penguatan basis massa. Tak lupa, mensosialisasikan hasil kerja bos Golkar yang juga Menko Perekonomian kepada masyarakat.

"Karena beliau adalah calon presiden kami di Pemilu yang akan datang,” tandasnya.

Anggota Komisi III DPR Fraksi Golkar, Adde Rosi Khoerunnisa mengaku berterima kasih kepada SMRC tentang hasil survei terbarunya. Hasil survei itu disebutnya, bakal dijadikan acuan untuk meningkatkan suara Golkar pada Pemilu yang akan datang. Hal itu merupakan komitmen seluruh kader Golkar yang ada di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto.

“Kami akan terus melakukan sosialisasi dan juga kerja-kerja politik serta pendekatan selalu dengan masyarakat. Kami yakin bahwa dengan cara-cara tersebut akan efektif untuk meraup suara sebanyak-banyaknya,” singkatnya.

Dikonfirmasi terpisah, pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai merosotnya suara Golkar dikarenakan partai masih mengandalkan pemilih generasi lama.

Meskipun banyak kader muda, tetapi tidak bisa mendongkrak suara Golkar secara signifikan, meskipun dalam momentum tertentu Golkar masih tetap bertahan.

"Indonesia Political Opinion sendiri di survei Maret masih melihat Golkar justru menguat, sehingga situasi saat SMRC survei bisa saja ada situasi tertentu yang membuat Golkar menurun,” ujarnya.

Tetapi secara umum, kata Dedi, suara partai Golkar tetap akan kuat dibandingkan dengan partai lain, meskipun memang tidak tampak ada kenaikan yang cukup besar.

“Membuat Golkar naik, bisa saja sama sulitnya dengan membuatnya turun, karena sebagian besar pemilihnya adalah kelompok fanatik,” jelasnya.

Sedangkan Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai suara Golkar menurun pada survei tahun ini disebabkan belum terlibat secara atraktif dalam kampanye capres-cawapres definitif sebagaimana PDIP, Gerindra, dan Nasdem.

Sehingga menurutnya, Golkar perlu akselerasi pencapresan atau pencawapresan Airlangga Hartarto, agar mampu mendongkrak suara partai. Kedua, nilai Agung, secara institusional kerja-kerja publik Golkar yang selama ini memiliki wakil di kabinet belum terintegrasi dengan di parlemen. Sehingga publik seringkali mendapati Golkar kurang terlibat merespons isu-isu akar rumput. rm.id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo