TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Membaca Ulang Al-Qur’an (1)

Al-Qur’an: Membumi Untuk Melangitkan

Oleh: Prof. KH Nazaruddin Umar
Kamis, 23 Maret 2023 | 07:43 WIB
Prof. KH Nazaruddin Umar
Prof. KH Nazaruddin Umar

CIPUTAT - Setiap kali kita bicara tentang agama, setiap itu pula kita bicara tentang perbedaan. Bahkan tidak sedikit peristiwa memilukan terjadi dengan menggunakan isu dan dalil agama. Padahal, agama hadir justru untuk mengingatkan bahwa anak manusia itu satu.

Kehadiran kitab kitab suci setiap agama tidak pernah membicarakan umatnya sendiri, tetapi berbicara untuk umat manusia secara keseluruhan.

Al-Qur’an sendiri lebih banyak berbicara tentang manusia (al-nas/240x) daripada orang beriman (mu’min/229). Kita masih sering memperhadap-hadapkan antara satu kitab suci dengan kitab suci lain. Padahal semua kitab suci sesungguhnya lebih merupakan kitab kemanusiaan daripada kitab keagamaan.

Mungkin itulah sebabnya mengapa kitab suci umat Islam disebut Al-Qur’an (secara harfiah berarti: himpunan) karena dimaksudkan untuk menghimpun yang berserakan, menyatukan yang berbeda, dan mengutuhkan yang bertebaran.

Logika pembumian Al-Qur’an yang sering dipermainkan ialah memberikan pembenaran ayat/hadis terhadap kepentingan fragmatisme masyarakat. Kita tidak berdaya mewujudkan Negara Islam, maka ditawarkan Negara Islami.

Tidak berdaya muwujudkannya lalu ditawarkan komunitas/masyarakat Islam. Tidak berdaya mewujudkannya lalu ditawarkan komunitas/masyarakat Islami. Tidak berdaya mewujudkannya lalu ditawarkan keluarga muslim/ islami.

Tidak berdaya mewujudkannya lalu ditawarkan pribadi muslim. Tidak berdaya mewujudkannya lalu ditawarkan konsep maqashid syari’ah yang tersembunyi maksud untuk mengakal-akali teks untuk membenarkan konteks kehidupan yang sedemikian fragmatis

Akibatnya, ditinggalkanlah sejumlah hukum syari’ah, terjadilah kawin lintas agama, dikonsumsilah produk yang tidak halal, dan ditabraklah rambu-rambu syari’ah.

Seperti inikah konsep dan alur logika pembumian Al-Qur’an? Jika demikian adanya, maka yang terjadi sesungguhnya ialah parsialisasi, disfungsionalisasi, dan desakralisasi nilai-nilai Al-Qur’an.

Kita semua menunggu sisa waktu yang dimiliki Pak Quraish Shihab untuk membicarakan hal ini secara serius, walau pun sesungguhnya secara sporadis sudah dapat ditemukan pemikirannya tentang hal ini di berbagai bukunya.

Memuliakan Al-Qur’an tentu bukan saja menyimpannya di tempat atau di rak yang paling atas atau di dalam kotak antik, sehingga kadang kesulitan membukanya, melainkan juga bagaimana menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an selalu menuntun hidup kita selama 24 jam. Bagaimana menjadikannya sebagai sahabat setia manusia, baik sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan, juga sebagai bacaan yang dapat menenteramkan hati para pembacanya.

Bagaimana Al-Qur’an terlibat me manusiakan manusia di dalam la pis-lapis masyarakat yang berbeda. Al-Qur’an diturunkan untuk manusia, karena itu semua ayat-ayatnya harus dapat difahami oleh manusia.

Tidak manusiawi Al-Qur’an itu kalau ada ayat-ayatnya sulit difahami. Jika ada ayat-ayat yang berat difahami, misalnya ayat-ayat mutasyabihat, maka diupayakan untuk ditakwil. Takwil artinya mengalihkan makna denotatif kepada makna konotatif suatu ayat, demi memperoleh pemahaman kongkrit.

Namun, tidak bisa kita lupa bahwa pembumian Al-Qur’an sesungguhnya untuk melangitkan kembali umat manusia. Manusia pada awalnya penghuni langit (surga) tetapi karena pelanggaran yang pernah dilakukan nenek moyang kita, Adam dan Hawa, maka manusia dijatuhkan ke bumi.

Al-Qur’an bagaikan “surat undangan” Tuhan untuk mengundang kembali anak manusia kembali ke kampung halaman awalnya di surga. Siapa yang meng indahkan dan mengamalkan isi dan kandungan Al-Qur’an dalam kehidupannya, maka dia akan pasti kembali ke kampung halamannya di surga.

Komentar:
Berita Lainnya
Dahlan Iskan
Ngantuk Terkulai
Selasa, 23 April 2024
Dahlan Iskan
Emas Bodoh
Senin, 22 April 2024
Ilustrasi.
Budaya Dan Kemakmuran Fiktif
Minggu, 21 April 2024
Foto : Ist
Ekonomi Global Diterjang Badai
Sabtu, 20 April 2024
Dahlan Iskan
Nilai 70
Jumat, 19 April 2024
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo