TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Bikin Macet Di Jakarta Makin Parah

Please, Jualan Takjil Jangan Di Bahu Jalan

Laporan: AY
Kamis, 23 Maret 2023 | 11:35 WIB
Penjual takjil di Pasar Benhil. (Ist)
Penjual takjil di Pasar Benhil. (Ist)

JAKARTA - Masyarakat diimbau tidak menjual takjil atau makanan ringan untuk berbuka puasa di bahu jalan.Terutama, di jalan dengan arus lalu lintas padat. Sebab, hal tersebut bisa menyebabkan kemacetan.

Misalnya, di Pasar Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat (Jakpus). Lokasi pasar ini sangat strategis karena dekat dengan Jalan Sudirman dan Thamrin.

Sejak lama, pedagang takjil ramai di Pasar Benhil. Namun, karena banyak pedagang dadakan, mereka berjualan di bahu jalan. Akibatnya, jalan menjadi sangat macet.

Puncak kemacetan biasanya terjadi pada pukul 17.30 WIB atau setegah jam menjelang berbuka puasa. Penyebab utama kemacetan yakni para pengen­dara memarkirkan kendaraan di pinggir jalan sehingga jalan semakin sempit.

Kendaraan dari arah Sudirman yang ingin melintasi Jalan Bendungan Hilir, kesulitan lantaran banyak pengunjung yang berlalu lalang di depan pasar.

Selepas melewati Pasar Ben­hil, jalanan sedikit lengang. Na­mun di kawasan di depan Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, lalu lintas padat lagi. Karena, volume kendaraan menuju arah Pejompongan dan Tanah Abang, cukup tinggi. Be­gitu pun sebaliknya, kendaraan dari arah Pasar Tanah Abang menuju ke arah Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, juga macet.

Selain Pasar Benhil, pedagang takjil ramai di sekitaran Masjid Sunda Kelapa, Menteng dan Masjid Cut Meutia, Jakpus. Di dua lokasi ini, lalu lintas padat merayap karena para pedagang jualan di bahu jalan.

Masih di Jakpus, wilayah Kramat Raya juga menjadi pusat kuliner khas puasa. Pada pedagang biasanya menjajakan jajanan di dekat gedung Biskop Senen.

Di Jakarta Barat (Jakbar) pedagang takjil berpusat di Jalan Panjang, Kebon Jeruk. Untuk diketahui, pedagang tajil biasanya menjual kolak biji salak, bubur sumsum, es pisang ijo, gorengan dan jajan pasar.

Setiap bulan Ramadan, kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terutama, sektor makanan dan minuman, kebanjiran rezeki. Namun begitu, dampaknya memicu kemacetan.

Penjabat (Pj) Gubernur DKIJakarta Heru Budi Hartono mewanti-wanti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) DKIJakarta agar mengawasi aktivitas para peda­gang takjil.

Namun, Heru menekankan, agar penegakan Peraturan Daerah (Perda) dilakukan dengan humanis, tidak main kasar.

“Harus santun, namun tetap tegas,” kata Heru di Jakarta, akhir pekan lalu.

Heru mengapresiasi, peran Satpol PP dan Satlinmas yang selalu berupaya menyeleng­garakan ketenteraman, ketertiban umum serta perlindungan masyarakat. Hal yang sangat penting untuk Jakarta yang merupakan pusat kegiatan pergerakan perekonomian nasional.

Heru menuturkan, Jakarta menjadi tujuan penghidupan bagi masyarakat dari berbagai daerah dan beragam latar be­lakang. Kondisi ini melahirkan berbagai tantangan yang harus ditangani secara cermat dan tepat untuk menghadirkan ke­tentraman serta ketertiban umum bagi masyarakat Jakarta.

Peran Satpol PP dan Satlin­mas, lanjut Heru, sangat diperlu­kan dalam memastikan stabilitas kota Jakarta agar tetap dalam kondisi, aman, tentram, tertib, dan teratur untuk mendukung kebijakan kemudahan berusaha dan investasi di Jakarta.

“Tugas-tugas ke depan cukup banyak dan tantangan makin berat. Semoga bisa mengayomi masyarakat dan menegakkan aturan dengan baik,” tegasnya.

Kepala Satpol PP DKI Arifin mengimbau, masyarakat tak menjual takjil di sembarang tempat seperti di trotoar dan bahu jalan.

“Kami mengingatkan kepada semuanya, mari kita jaga ketertiban,” ucapnya di kawasan Monas, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (16/3).

Arifin mengingatkan, jualan di tempat yang dilarang bisa menyebabkan kemacetan dan mengganggu ketertiban.

Arifin menyebut, pihaknya bakal menggencarkan sosialisasi dan terus melakukan edukasi kepada masyarakat.

“Semua yang berkaitan dengan ketidaknyamanan yang mengganggu kesucian bulan Ramadan, pasti kami tindak,” tuturnya.

Jam Macet Berubah

Direktorat Lalu Lintas (Dit­lantas) Polda Metro Jaya mem­prediksi kemacetan di Ibu Kota Jakarta terjadi lebih awal di pagi dan sore hari pada pekan per­tama Ramadan 1444 Hijriah.

Menurutnya, biasanya kemacetan terjadi pada pukul 6 sore. Selama awal Ramadan kemung­kinan pukul 4 sore sudah mulai macet, karena para pekerja mengejar untuk berbuka puasa di rumah.

"Tapi di awal-awal puasa saja, nanti lalu lintas kembali lagi,” kata Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Latif Usman saat dihubungi di Jakarta, Selasa (21/3) dikutip dari Antara.

Begitu pula dengan kemacetan pada pagi hari. Ada kecenderungan pekerja berangkat setelah salat Subuh.

“Nanti kita lihat regulasi dari masing-masing instansi seperti apa,” katanya.

Latif menjelaskan, pihaknya telah mengantisipasi hal terse­but dengan melakukan pengaturan lalu lintas di titik-titik rawan pada jam macet menjelang buka puasa.

“Kami akan tempatkan sejum­lah personel di titik-titik rawan,” katanya.

Ditlantas Polda Metro Jaya telah memetakan sejumlah titik rawan macet selama Ramadan seperti di jalan-jalan arteri yang menghubungkan Jakarta dengan daerah penyangga.

"Termasuk di wilayah yang ada tempat-tempat kuliner, karena berpotensi terjadinya tersendatnya arus lalu lintas saat pengendara berhenti untuk membeli takjil,” katanya. rm.id

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo