TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers
Membaca Ulang Al-Quran (24)

Memahami Makna dan Hakekat Basmalah (1)

Oleh: Prof. KH Nasaruddin Umar
Editor: admin
Sabtu, 15 April 2023 | 09:20 WIB
Prof. KH Nasaruddin Umar
Prof. KH Nasaruddin Umar

CIPUTAT - Apapun yang akan kita laku­kan dianjurkan untuk memu­lainya dengan membaca bas­malah (bi ism Allah al-rahman al-rahim). Basmalah memiliki banyak keutamaan. Dalam be­berapa riwayat disebutkan Bas­malah bukan hanya populer bagi Nabi Muhammad SAW dan para umatnya, tetapi juga di kalangan nabi-nabi sebelumnya. Bahkan ada yang mengatakan semenjak Nabi Adam sudah familiar dengan basmalah.

Dalam suatu riwayat dikatakan Nabi Ibrahim As sebelum membaca doa ia membaca Basmalah. Yang dibaca Nabi Isa ketika menghidupkan orang mati ialah Basamalah, Nabi Nuh men­jalankan perahunya dengan Basmalah (bi ism Allah majraha wa mursaha/Q.S. Hud/11:23), dan surat sakti yang membuat Ratu Balqis takluk kepada Nabi Sulaiman ialah suratnya yang berisi Bi ism Allah al-rahman al-rahim (Q.S. al-Naml/27:30).

Kalimat Bas­malah juga menghimpun tiga Nama Tuhan, satu lafdz al-Jalalah (Allah), dan dua sifat utama-Nya (al-Rahman dan al-Rahim) yang sering disebut sebagai Umm al-Asma’.

Di dalam Islam, Basmalah menjadi sangat penting karena mengawali surah al-Fatihah (al-fatihah al-Kitab), surah yang wajib dibaca pada setiap rakaat shalat. Setiap surah Al-Qur'an diawali penulisannya dengan Basmalah, pengecualian surah al-Taubah karena beberapa penjelasan.

Allah SWT juga memerin­tahkan kita untuk mengkonsumsi suatu makanan, khususnya daging, yang disembelih dengan membaca basmalah. Wa la ta'kulu mimma lam yudzkari ism Allah (Dan janganlah mengkonsumsi binatang yang tidak disebut nama Al­lah ketika menyembelihnya/Q.S. al-An'am/6:121).

"Maka konsumsilah bina­tang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya/Q.S. al-An'am/6:118). Nabi sendiri selalu mengingatkan kita untuk memulai setiap pekerjaan dengan membaca Basmalah.

Dalam Tafsir Al-Kâfi, mengambil riwayat dari Al-Baqir: “Kitab yang pertama kali Tuhan turunkan dari langit ialah Bi ism Allah al-Rahmân al-Rahîm, apabila membacanya jangan lupa untuk tidak memohon perlindungan terhadap Allah SWT. Jika dibaca maka Allah akan melindunginya dari apa-apa yang ada antara langit dan bumi”. (Al-Kasyani dalam Tafsir al-Shafi, juz 1, h. 82).

Sebagian lagi menjelaskan Basmalah dengan mengatakan al-ba’u Bahaullah, wa al-sin sanaullah, wa al-mim mulkullah, wa al-Allah Ilahu kulli syai wa al-rahman bi jami’i khalqihi wa al-rahman bi al-mu’minin khashah (Al-Qummi, Tafsir al-Qummi, juz56, h.56). Riwayat Ibn Abbas: Anna likulli syai’in usas”. Hadis lain: Wa usas Al-Qur’an al-Fatihah wa usas al-Fatihah yakni Bi ism Allah al-Rahmân al-Ra”. (Majma’al-bayân, oleh Al-Thabrisi, juz 1 h. 20).

Almarhum Nurcholish Madjid suka menggunakan arti yang kedua, karena kalau yang pertama terkesan unsur mistiknya menonjol, sedangkan yang kedua usrur tanggung jawabnya me­nonjol. Dengan membaca Basmalah maka melekat sebuah tanggung jawab besar, kita tidak boleh main-main karena kita memperatas namakan Allah SWT.

Terjemahan ini sesuai dengan kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi (inni ja'ilun fi al-ardh khalifah). Apapun yang dilakukan memang untuk dan atas nama Allah SWT. Dicontohkan jika seorang Rek­tor berhalangan maka Wakil Rektor mewakili rektornya membuka atau meresmikan acara, maka sang Wakil Rektor tentu akan mengatakan: Iin the name of Rector (Atas nama rektor).

Manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi juga harus menjalankan fusngsinya dengan baik, karena itu Nabi memerintahkan apapun yang akan dilakukan mulailah dengan Basmalah.

Terdapat berbagai pendapat penulisan huruf ba didempetkan dengan kata ism, yang menyalahi teori ilmu penulisan bahasa Arab ('ilm ram). Biasanya huruf ba ditulis terpisah dengan kata berikutnya, seperti penulisan kata: Iqra' bi ismi Rabbik (terpisah dengan kata ism). Sebagian ulama mengatakan karena itu perintah lang­sung dari Nabi untuk menghilangkan alif (hamzah washl) sesudah huruf ba lalu huruf ba disambungkan dengan kata ism, maka jadilah bism, bukan bi ism.

Sebagian ulama menekankan hikmahnya bahwa pendempetan antara huruf ba dengan ism dalam Basmalah karena ada huruf Allah sesudah ism. Berbeda dengan bi ism Rabb yang tidak ditulis bersambung. Dalam perspektif tasawuf dibedakan dengan jelas antara kata Allah sebagai Lafz al-Jalalah berada dalam level Ahadiyyah, sedangkan Rabb himpunan dari nama-nama-Nya yang berada di level Wahidiyyah. Allahu a'lam.

Komentar:
Berita Lainnya
Kiki Iswara Darmayana. Foto : Ist
Jangan Curi Uang Rakyat
Senin, 12 Mei 2025
Dahlan Iskan
Bebas Bully
Jumat, 09 Mei 2025
Prof DR. Nasaruddin Umar. Foto : Ist
Berguru Kepada Semut
Jumat, 09 Mei 2025
Dahlan Iskan
Manna Haikal
Kamis, 08 Mei 2025
Dahlan Iskan
Kucing Timah
Rabu, 07 Mei 2025
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit