Memahami Makna dan Hakekat Basmalah (1)

CIPUTAT - Apapun yang akan kita lakukan dianjurkan untuk memulainya dengan membaca basmalah (bi ism Allah al-rahman al-rahim). Basmalah memiliki banyak keutamaan. Dalam beberapa riwayat disebutkan Basmalah bukan hanya populer bagi Nabi Muhammad SAW dan para umatnya, tetapi juga di kalangan nabi-nabi sebelumnya. Bahkan ada yang mengatakan semenjak Nabi Adam sudah familiar dengan basmalah.
Dalam suatu riwayat dikatakan Nabi Ibrahim As sebelum membaca doa ia membaca Basmalah. Yang dibaca Nabi Isa ketika menghidupkan orang mati ialah Basamalah, Nabi Nuh menjalankan perahunya dengan Basmalah (bi ism Allah majraha wa mursaha/Q.S. Hud/11:23), dan surat sakti yang membuat Ratu Balqis takluk kepada Nabi Sulaiman ialah suratnya yang berisi Bi ism Allah al-rahman al-rahim (Q.S. al-Naml/27:30).
Kalimat Basmalah juga menghimpun tiga Nama Tuhan, satu lafdz al-Jalalah (Allah), dan dua sifat utama-Nya (al-Rahman dan al-Rahim) yang sering disebut sebagai Umm al-Asma’.
Di dalam Islam, Basmalah menjadi sangat penting karena mengawali surah al-Fatihah (al-fatihah al-Kitab), surah yang wajib dibaca pada setiap rakaat shalat. Setiap surah Al-Qur'an diawali penulisannya dengan Basmalah, pengecualian surah al-Taubah karena beberapa penjelasan.
Allah SWT juga memerintahkan kita untuk mengkonsumsi suatu makanan, khususnya daging, yang disembelih dengan membaca basmalah. Wa la ta'kulu mimma lam yudzkari ism Allah (Dan janganlah mengkonsumsi binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya/Q.S. al-An'am/6:121).
"Maka konsumsilah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya/Q.S. al-An'am/6:118). Nabi sendiri selalu mengingatkan kita untuk memulai setiap pekerjaan dengan membaca Basmalah.
Dalam Tafsir Al-Kâfi, mengambil riwayat dari Al-Baqir: “Kitab yang pertama kali Tuhan turunkan dari langit ialah Bi ism Allah al-Rahmân al-Rahîm, apabila membacanya jangan lupa untuk tidak memohon perlindungan terhadap Allah SWT. Jika dibaca maka Allah akan melindunginya dari apa-apa yang ada antara langit dan bumi”. (Al-Kasyani dalam Tafsir al-Shafi, juz 1, h. 82).
Sebagian lagi menjelaskan Basmalah dengan mengatakan al-ba’u Bahaullah, wa al-sin sanaullah, wa al-mim mulkullah, wa al-Allah Ilahu kulli syai wa al-rahman bi jami’i khalqihi wa al-rahman bi al-mu’minin khashah (Al-Qummi, Tafsir al-Qummi, juz56, h.56). Riwayat Ibn Abbas: Anna likulli syai’in usas”. Hadis lain: Wa usas Al-Qur’an al-Fatihah wa usas al-Fatihah yakni Bi ism Allah al-Rahmân al-Ra”. (Majma’al-bayân, oleh Al-Thabrisi, juz 1 h. 20).
Almarhum Nurcholish Madjid suka menggunakan arti yang kedua, karena kalau yang pertama terkesan unsur mistiknya menonjol, sedangkan yang kedua usrur tanggung jawabnya menonjol. Dengan membaca Basmalah maka melekat sebuah tanggung jawab besar, kita tidak boleh main-main karena kita memperatas namakan Allah SWT.
Terjemahan ini sesuai dengan kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi (inni ja'ilun fi al-ardh khalifah). Apapun yang dilakukan memang untuk dan atas nama Allah SWT. Dicontohkan jika seorang Rektor berhalangan maka Wakil Rektor mewakili rektornya membuka atau meresmikan acara, maka sang Wakil Rektor tentu akan mengatakan: Iin the name of Rector (Atas nama rektor).
Manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi juga harus menjalankan fusngsinya dengan baik, karena itu Nabi memerintahkan apapun yang akan dilakukan mulailah dengan Basmalah.
Terdapat berbagai pendapat penulisan huruf ba didempetkan dengan kata ism, yang menyalahi teori ilmu penulisan bahasa Arab ('ilm ram). Biasanya huruf ba ditulis terpisah dengan kata berikutnya, seperti penulisan kata: Iqra' bi ismi Rabbik (terpisah dengan kata ism). Sebagian ulama mengatakan karena itu perintah langsung dari Nabi untuk menghilangkan alif (hamzah washl) sesudah huruf ba lalu huruf ba disambungkan dengan kata ism, maka jadilah bism, bukan bi ism.
Sebagian ulama menekankan hikmahnya bahwa pendempetan antara huruf ba dengan ism dalam Basmalah karena ada huruf Allah sesudah ism. Berbeda dengan bi ism Rabb yang tidak ditulis bersambung. Dalam perspektif tasawuf dibedakan dengan jelas antara kata Allah sebagai Lafz al-Jalalah berada dalam level Ahadiyyah, sedangkan Rabb himpunan dari nama-nama-Nya yang berada di level Wahidiyyah. Allahu a'lam.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu