TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo
Ketum Partai Gelora Anis Matta

Pilpres Makin Dekat, Umat Islam Jangan Mau Dorong Mobil Mogok

Oleh: HES/AY
Kamis, 07 Juli 2022 | 16:04 WIB
Ketum Partai Gelora Anis Matta. (Ist)
Ketum Partai Gelora Anis Matta. (Ist)

JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta merasa prihatin dengan kondisi umat Islam sekarang. Jumlahnya besar. Tapi mindset-nya kecil.  

Kondisi ini, kata Anis, bisa dimanfaatkan oleh partai politik (parpol) yang hanya semata-mata mencari dukungan.

"Sebagai kelompok mayoritas dari warga negara Indonesia, peran umat Islam belum dioptimalkan secara penuh. Sepertinya, hanya dibutuhkan sebagai pendorong mobil mogok. Tapi setelah mobilnya jalan, yang mendorong malah ditinggalkan," kata Anis dalam diskusi Gelora Talks bertajuk: Politik Dorong Mobil Mogok: Menentukan Visi Baru Politik Keumatan, yang digelar secara daring, Rabu (6/7) sore.

Anis menegaskan, sudah saatnya umat Islam mengubah aksi kerumunan menjadi sebuah kekuatan. Harus mampu menciptakan perubahan besar dalam peta politik nasional.

"Jangan hanya jadi badai di dalam secangkir kopi. Orientasinya harus perubahan besar. Harus terkonsolidasi dengan arah serta perjuangan bersama," ujarnya.

Karena itu, Anis berpendapat, umat Islam perlu mengajukan visi baru masa depan Indonesia. Dalam pandangannya, sekarang ini ada Lima Visi Perjuangan Keumatan Indonesia.

"Jadi sebenarnya, umat Islam sudah menyadari, agama bukan sekadar identitas. Tapi jauh lebih serius dari itu. Umat Islam besar, tapi kesejahteraannya minim. Dalam berdemokrasi, juga tidak mengalami perubahan," papar Anis.

Ini tentunya sangat disayangkan. Mengingat umat Islam punya potensi besar dalam mewarnai hajatan politik. Termasuk, dalam Pemilu 2024.

"Umat muslim harus ambil alih atau berperan lebih besar dalam kepemimpinan. Jangan malah jadi minoritas, atau tukang tepuk tangan saja," tegas Anis.

Anis Matta berharap, Indonesia bisa menjadi model pemberlakuan kombinasi antara agama, demokrasi dan kesejahteraan di tengah upaya perubahan sistem tatanan global baru sekarang. Kombinasi tersebut, akan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan lima besar dunia.

Visi Kebangsaan

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto menilai, umat Islam sekarang tidak memiliki gagasan besar dan visi kebangsaan. Sehingga, setiap kelompok tidak mencapai titik temu, termasuk dalam hal perjuangan visi politik.

"Inilah problem umat Islam sekarang, yang harus diurai. Jadi kalau menurut saya, tidak hanya sebagai pendorong mobil mogok saja. Mobilnya bahkan, sudah rusak berantakan, karena setiap kelompok tidak memiliki titik temu," beber Sunanto, yang akrab disapa Cak Nanto.

Menurutnya, tak mudah mencari problematika umat Islam sekarang ini. Bagai mencari mana yang lebih dulu, ayam atau telur?

"Tapi yang paling penting sekarang adalah target utama membangun kerukunan, persatuan dan kesatuan. Kita tidak bisa lagi sekedar teriak-teriak, tapi tidak bisa mempengaruhi kebijakan," katanya.

Dia mengingatkan, umat Islam harus terus membangun kesadaran berpolitik dengan gagasan-gagasan yang berbeda dengan satu nilai kebangsaan. Agar dapat mempengaruhi berbagai kebijakan pemerintah.

Terkait hal ini, Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Raihan Ariatama menilai, identitas politik dalam konteks ke-Indonesia-an juga harus dilihat dari keberagaman dan budaya lokal.

Terbukti, keberagaman itu mampu melahirkan berbagai organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persis dan lain-lain yang menghormati tradisi keagamaan di masing-masing daerah.

"Tentunya, ini merupakan satu fakta yang harus kita ketahui, bahwa kekuatan politik di Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai wilayah dan berbagai macam konsep lain, selain dari Islam. Ada juga nasionalis demokratis dan segala macamnya. Inilah titik persoalan yang harus kita pahami hari ini," ucap Raihan.

Dia sependapat dengan Anis, bahwa umat Islam harus memiliki visi besar. Tidak hanya untuk kepentingan Pemilu 2024, tetapi juga Indonesia Emas 2045.

"Kita tidak bisa lagi tonjolkan politik identitas, karena hanya menyebabkan polarisasi. Hari ini, Umat Islam harus memiliki visi besar hingga tahun 2045," tegas Raihan. (rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo