TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Tolak Politik Identitas

Gus Yahya Nggak Suka Kalau Ada Yang Kampanye ”Pilih Orang NU”

Oleh: Farhan
Jumat, 26 Mei 2023 | 09:40 WIB
Pertemuan tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah
Pertemuan tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah

JAKARTA - Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sepakat menolak politik identitas dalam Pilpres 2024. Kedua ormas Islam terbesar di Tanah Air itu, ingin pilpres berjalan damai dan sebagai ajang adu gagasan. Secara khusus, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mewanti-wanti agar para kandidat tidak bawa-bawa identitas NU untuk menarik dukungan publik. Ia mengaku nggak suka kalau ada kandidat yang jualan kampanyenya "pilih orang NU".

NU dan Muhammadiyah punya perhatian khusus dengan menghangatnya suhu politik di Tanah Air, seiring makin mendekatnya pilpres. Apalagi sejumlah elite politik mulai terlibat adu mulut untuk memenangkan jagoannya. Kedua ormas ini khawatir, jika pernyataan para elite ini tidak terkendali, bisa berujung pada pembelahan di masyarakat. 

Menanggapi situasi tersebut, pengurus teras kedua ormas ini sepakat untuk menggelar pertemuan, di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta, kemarin. Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir tiba di lokasi sekitar pukul 10 pagi. Ia didampingi Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas dan Bendahara Umum PP Muhammadiyah Hilman Latief. Lima menit berselang, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti didampingi Sa'ad Ibrahim, datang menyusul.

Mereka kemudian melakukan pertemuan dengan pengurus PBNU. Sekitar 1,5 jam kemudian, kedua pengurus ormas ini menggelar pernyataan pers bersama. Kepada wartawan, Gus Yahya menyampaikan, NU dan Muhammadiyah sepakat menolak politik identitas dalam pilpres nanti. Politik identitas dianggap berbahaya karena menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.

Gus Yahya menerangkan, politik identitas adalah praktik politik yang hanya menyandarkan penggalangan dukungan berdasarkan identitas-identitas primordial. Bukan menyangkut hal yang visioner atau tawaran agenda dan program.

"Maka saya sering katakan, kita tidak mau ada politik berdasarkan identitas Islam, bahkan tidak mau ada politik berdasarkan identitas NU. Jadi, kami nggak mau nanti ada kompetitor (mengatakan) 'pilih orang NU'. Kita nggak mau itu. Kalau mau bertarung, harus dengan tawaran-tawaran yang rasional," ucap Gus Yahya.

Dia mempersilakan jika ada kader NU maju sebagai capres atau cawapres di pilpres nanti. Namun, ia tak mau kalau identitas NU dijadikan modal politik. "Dia harus punya kredibilitasnya sendiri, harus punya prestasinya sendiri. Dia harus punya tawarannya sendiri, bukan hanya sekadar mengandalkan asal NU saja," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Gus Yahya menegaskan, NU tidak membahas dan mendukung soal capres atau cawapres tertentu. NU juga tidak pada posisi memberikan restu atau tidak pada capres-cawapres. Kata dia, masyarakat nanti menilai sendiri dan menentukan.

Haedar Nashir menyampaikan hal senada. Kata dia, Muhammadiyah dan NU sepakat menjadikan Pilpres 2024 sebagai pesta demokrasi yang bermartabat. Para kandidat diharapkan membawa visi moral dan kebangsaan sebagaimana yang sudah diletakkan para pendiri bangsa. Bukan hanya soal politik kekuasaan semata. Dengan begitu, kandidat yang terpilih akan menjadi pemimpin yang baik.

Haedar melihat, saat ini ada pernyataan-pernyataan yang mengarah pada polarisasi. Karena itu, Muhammadiyah dan NU terus menyerukan agar kontestasi elite tetap pada jalur yang konstruktif dan menolak politik identitas.

Menurut dia, politik identitas seperti menyandarkan pilihan pada SARA berpotensi membawa pada polarisasi. "Saya pikir kita semua clear untuk mari kita berkontestasi mengedepankan politik yang objektif yang rasional yang ada di dalam koridor demokrasi modern," paparnya.

Wapres Beri Apresiasi

Wapres KH Ma'ruf Amin mengapresiasi pertemuan PBNU dan Muhammadiyah itu. Menurut dia, seruan dari ormas Islam tersebut baik untuk mencegah terjadinya polarisasi dan pembelahan masyarakat.

Wapres mendorong kelompok-kelompok strategis seperti ormas-ormas lainnya untuk menjaga agar bangsa tidak terpecah karena Pemilu. “Ya supaya ini terus dijaga bangsa ini, peran dari pada kelompok strategis masyarakat ormas itu saya kira menjadi penting," pungkasnya. (RM.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo