TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Biden Ke Saudi, Putin Pedekate Ke Iran

Oleh: MEL/AY
Kamis, 21 Juli 2022 | 11:58 WIB
Putin (kiri) Ali Khameni (tengah). (Ist)
Putin (kiri) Ali Khameni (tengah). (Ist)

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pendekatan alias pedekate ke Iran, usai kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden Ke Arab Saudi.

Perjalanan dinas Putin ke Negara Mullah itu merupakan kunjungan kerja perdana ke luar negeri sejak serangan ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Di Ibu Kota Iran, Teheran, Selasa (19/7), Putin bertemu Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Mereka membahas sejumlah kerja sama dan memperkuat kongsi kedua negara.

Kedatangan Putin ini hanya berselang beberapa hari usai kunjungan Biden ke Arab Saudi dan beberapa negara di Timur Tengah pekan lalu. Dalam kunjungannya, Biden berupaya membentuk kerja sama untuk menghalangi Iran memiliki senjata nuklir. Namun, Putin menekankan, Rusia akan menjalin kerja sama erat dengan Iran, China hingga India.

Dilansir CNN, kemarin, Khamenei mengatakan kepada Putin, kedua negara harus waspada terhadap tipu daya negara-negara Barat. Dolar AS, kata Khamenei, harus dikeluarkan dari perdagangan global.

“Ini dapat dilakukan secara bertahap,” kata Khamenei selama pertemuan di ruangan sederhana berlatar bendera Iran dan potret mendiang Pemimpin Revolusi Iran, Ayatollah Khomeini.

Putin juga bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Teheran. Ini menjadi pertemuan tatap muka pertama antara Putin dengan salah satu pemimpin negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Pertemuan Putin dan Erdogan membahas kesepakatan ekspor biji gandum di Laut Hitam, Ukraina. Termasuk membahas konflik berkelanjutan di Suriah.

AS menanggapi miring kedatangan Putin ke Iran. “Perjalanan Putin menunjukkan betapa terisolasi dan tertekannya Rusia, setelah invasinya ke Ukraina,” ujar Kepala Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby.Menurutnya, Iran akan menyediakan bantuan untuk Rusia berupa pesawat nirawak atau drone serta senjata. Namun, tudingan itu telah dibantah Teheran.

Berbicara kepada wartawan setelah kunjungan ke Iran, Putin mengatakan, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menawarkan diri menjadi penengah antara Rusia dan Ukraina. Ketika ditanya soal pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Putin mengatakan, Kiev tidak memiliki keinginan itu.

Rusia tidak melihat kemauan Ukraina melaksanakan kesepakatan Maret lalu. “Hasil akhir tentu saja tergantung pada kemauan para pihak untuk melaksanakan kesepakatan yang telah dicapai,” kata Putin.

Moskow dan Kiev memulai pembicaraan damai empat hari setelah dimulainya serangan militer Rusia di Ukraina pada akhir Februari lalu. Kedua belah pihak bahkan telah mengadakan beberapa pertemuan secara langsung di Belarus, dan melanjutkan pembicaraan virtual.

Perundingan Rusia-Ukraina juga digelar secara offline pada 29-30 Maret lalu di Istanbul, Turki. Namun, sejak itu pembicaraan benar-benar terhenti. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Rusia telah memberikan Ukraina rancangan perjanjian, tetapi Kiev mengabaikannya.

Negosisi berlangsung lagi pada 13 Juli lalu, dalam upaya memecahkan kebuntuan atas ekspor biji-bijian, yang telah membuat harga pangan melonjak dan jutaan orang menghadapi kelaparan. Namun pertemuan yang melibatkan pejabat PBB dan Turki di Istanbul, lagi-lagi gagal. Pertemuan tersebut dikabarkan bubar setelah lebih dari tiga jam tanpa ada tanda-tanda kesepakatan akan dicapai.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba menyampaikan, syarat tercapainya negosiasi damai adalah Rusia harus kalah di medan perang. Berbicara dalam sebuah wawancara dengan ForbesUkraina yang diterbitkan pada Senin (18/7), Kuleba menyebut, perilaku agresif Rusia sebagai alasan tidak adanya pembicaraan damai.

“Rusia harus duduk di meja perundingan setelah kekalahannya. Jika tidak, itu akan menjadi bahasa ultimatum lagi,” pungkasnya, dikutip dari Ukrinform. (rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo