TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Melihat Puan, Seolah Bang TK Lahir Kembali

Laporan: AY
Kamis, 02 November 2023 | 08:20 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Belakangan ini, kita menyaksikan Puan telah menjadi sosok yang berbeda. Penyataannya kalem, tidak bernuansa provokatif. Banyak kader banteng marah dengan manuver politik Jokowi-Gibran. Tapi, sikap Puan justru sebaliknya. Dia adem. Sabar. Pandai mengendalikan diri.

Tentang langkah Jokowi mendukung Prabowo, misalnya, Puan berulang kali mengatakan bahwa Presiden itu netral. Dia berusaha meyakinkan kader (mungkin meyakinkan dirinya juga) dengan ucapan itu. Bahwa Jokowi tidak akan memihak salah satu calon di Pilpres.

Lalu, saat akhirnya Jokowi menyatakan merestui Gibran, anaknya berkontestasi mendampingi Prabowo, Puan juga memilih komentar dengan diksi yang datar. Dia bilang wajar, seorang bapak merestui anaknya. Bapak pasti mendukung yang terbaik untuk anaknya.

Tentang Gibran yang kabarnya beralih partai ke Golkar, Puan juga tidak jengah. Di muka publik tidak memperlihatkan sikap bahwa partainya sedang dikhianati secara politik dan kadernya dicuri. “Jangan manas-manasi. Statusnya Mas Gibran baik-baik saja. Sudah menjadi cawapresnya Mas Prabowo,” katanya, lempeng.

Bukan berarti Puan tutup mata dengan apa yang terjadi. Saat rapat konsolidasi relawan di Jatim (21/10/2023), atau tepat sehari sebelum deklarasi Gibran menjadi cawapres Prabowo, Puan menggambarkan bahwa ada teman, saudara dan keluarganya yang tak lagi bersama.

“Apa iya situasi politik seperti ini. Teman, saudara, keluarga yang selama ini bersama kita, kok bisa nggak bersama kita lagi. Hati mengatakan nggak, nggak mungkin. Tapi kok terus-terusan begini, dan ternyata iya,” kata Puan. Itulah pernyataan dia paling keras mengomentari manuver politik Pilpres yang zigzag. Dan dengan cepat, Puan mampu menghandel diri. Terakhir, soal isu tiga periode, dia memilih berbeda pendapat dengan sejumlah petinggi kader banteng, demi menjaga hubungannya dengan pihak Presiden.

Sikap Puan mengingatkan pada almarhum ayahnya, Taufiq Kiemas. Yang dulu seringkali mengambil posisi penengah. Bang Taufiq atau Bang TK, dikenal sebagai Tokoh Jembatan Kebangsaan. Karena sangat piawai menjaga hubungan dengan banyak pihak. Pergaulan Bang TK sangat luas, sehingga handal mencairkan komunikasi yang buntu. Merekatkan hubungan antar elit politik. Tokoh senior PPP Suryadharma Ali menggambarkan Bang Taufiq begini: “TK itu seperti ahli dapur, mampu menyatukan bahan yang berbeda hingga menghasilkan masakan enak.”

Seperti halnya yang sering dilakukan ayahnya, Puan juga terus aktif bersilaturahmi ke semua partai. Kanan kiri depan belakang, semua dikunjungi. Dia buka komunikasi. Nyaris tak ada saluran politik yang tersumbat antara Puan dengan semua tokoh utama partai politik.

Saiful Mujani, pengamat politik senior, kepada Rakyat (Tangsel Pos Group) Merdeka menyebut, Puan kini makin matang berpolitik. Kapabilitasnya teruji. Puan sudah memahami, bagaimana strategi dan mencari cara menjaga partainya tidak retak. Dia juga tak ingin menodai hubungan baiknya dengan Presiden Jokowi.

Penting menyaksikan sikap Puan dalam berpolitik akhir-akhir ini. Sebagai anak Mega-Taufiq, trah Soekarno yang mengalir di darah Puan dinilai paling pas jadi bakal pemimpin jutaan kader banteng.

Sikap Puan yang adem, matang, menunjukkan sudah makan asam garam perpolitikan. Perjalanan karir dia hingga ke titik ini pun diperoleh dengan proses yang lama.

Meskipun dia anak Megawati, cangkokan dari Presiden ke-5, tapi kualitasnya bukan karbitan. Puan kini sudah tumbuh lebih bagus dari indukannya.

Kematangan sikap, apalagi dalam bermanuver politik, memang butuh waktu. Butuh tempaan. Tidak bisa instan.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo