TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Harga Beras Belum Stabil, Cuma Turun Sedikit

Laporan: AY
Senin, 04 Maret 2024 | 08:06 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Harga beras di sejumlah pasar tradisional masih belum stabil. Meskipun terjadi penurunan, harga beras masih relatif mahal. Sebab, turunnya harga beras cuma sedikit, cuma di kisaran seribuan rupiah per kilogramnya. 
Mulai turunnya harga beras terjadi di beberapa pasar tradisional di Jakarta maupun luar Jakarta. Di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, harga beras mulai turun pada kisaran Rp 1.000-1.500 per kilogram (kg).
Beras kualitas medium dibanderol Rp 14 ribu per kg, dari sebelumnya Rp 15 ribu per kg. Sedangkan yang kualitas medium turun dari Rp 14.500 per kg, menjadi Rp 13.000-13.500 per kg. 
Begitu juga di Pasar Johar, penurunannya juga sama, berkisar Rp 1.000-1.500 per kg. Harga beras premium semula Rp 15.700 per kg turun menjadi Rp 14.200 per kg. Sedangkan beras medium Rp 13.300 per kg dari sebelumnya Rp 14.600 per kg. 
Selain di dua pasar tersebut, penurunan juga terjadi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Saat ini harga beras medium dijual Rp 13 ribu per kg. Padahal awal bulan lalu, rata-rata pedagang menjual di kisaran Rp 15 ribu per kg. Begitu juga di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat. Para pedagang menjual beras di kisaran Rp 13 ribu dari sebelumnya Rp 15.800 per kg.

Memang harga beras sudah mulai turun, tapi jika merujuk pada Harga Eceran Tertinggi (HET), harga yang dijual di pasaran masih relatif tinggi. HET saat ini untuk beras medium zona 1 Rp 10.900, untuk zona 2 Rp 11.500, zona 3 Rp 11.800. Kemudian untuk beras premium zona 1 Rp 13.900, zona 2 Rp 14.400, dan zona 3 Rp 14.800 per kg.
Pembagian zona tersebut telah diatur oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) berdasarkan wilayah. Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi. Zona 2 meliputi Sumatera selain Lampung, Sumsel, NTT, dan Kalimantan. Sementara zona 3 meliputi Maluku dan Papua.

Perum Bulog mengungkapkan langkah strategis yang dilakukan oleh pihaknya untuk memperkuat stok pangan nasional menjelang Ramadan dan Idul Fitri 1445 Hijriah. Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyebut, ada tambahan kontrak impor beras sebanyak 300 ribu ton dari Thailand dan Pakistan. Beras tersebut masih dalam perjalanan menuju Tanah Air.
"Saat ini, ada 1,3 juta ton stok yang dikuasai Bulog. Jadi, dengan penambahan kontrak 300 ribu ton itu akan menjadi penguatan stok Bulog," tegas Bayu.

Bulog tak serta merta melakukan impor, tapi memperhatikan sejumlah faktor. Salah satunya soal masa panen. Kata Bayu, impor beras yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan, dan ketersediaan dalam negeri. Pertanyaan kemudian, apakah impor tersebut akan memengaruhi stabilitas harga?

Bayu memastikan, hal itu tidak mengganggu. "Langkah-langkah impor beras yang diambil oleh Bulog juga diarahkan untuk menjaga kepastian pemenuhan cadangan pangan pemerintah," ungkapnya.
Pasalnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut produksi beras nasional dari hasil panen raya yang akan berlangsung pada Maret-April 2024 diprediksi bisa mencapai 8,46 juta ton.
"Merujuk dari hasil pengamatan Kerangka Sampel Area atau KSA Badan Pusat Statistik, potensi produksi beras nasional dari hasil panen raya yang berlangsung dalam dua bulan yakni Maret-April mencapai 8,46 juta ton," urai Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi.
Menurutnya, pasokan beras dalam negeri akan aman sampai Ramadhan 1445 Hijriah. "Produksi beras awal tahun 2024 ini mencukupi kebutuhan nasional. BPS telah merilis data perkiraan produksi beras Maret-April sebesar 8,46 juta ton. Total produksi beras ini cukup besar, mampu mencukupi kebutuhan nasional," katanya.

Anggota Komisi IV DPR Firman Subagyo menilai, Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri sangat dibutuhkan dalam menjaga dan melakukan pengawasan komoditas pangan, sehingga tercipta stabilitas harga. Firman menambahkan, Satgas Pangan Polri harus diperkuat untuk menjaga momentum ekspektasi turunnya harga beras sejalan dengan mulai bertambahnya pasokan dan panen raya.

Menurutnya, Satgas Pangan juga perlu memiliki kewenangan mendapat dukungan dari Pemerintah dalam melakukan operasi atau penelusuran terhadap pihak-pihak yang memanfaatkan komoditas pangan strategis untuk kepentingan tertentu.
Firman menyebut masuknya beras impor yang bersamaan dengan panen raya juga perlu dikelola dengan baik. Sehingga distribusi harus diprioritaskan pada daerah yang belum mengalami panen raya.
"Jangan sampai beras-beras impor didistribusikan di wilayah-wilayah yang memang basis produk pertanian. Jadi harus mengendalikan distribusi impor kepada masyarakat, karena ini masuk masa panen," pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo