Vaksin DBD Untuk Warga Tolong Digratiskan Dong
JAKARTA - Kasus lonjakan demam berdarah dengue (DBD) terjadi empat kali dalam setahun. Untuk mencegah penyakit itu terus terulang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta didorong memberikan warga vaksinasi demam berdarah dengue (DBD) gratis.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mendukung langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggencarkan seruan vaksinasi demam berdarah dengue (DBD). Apalagi kasusnya saat ini melonjak sehingga rumah sakit (RS) penuh. Namun diharapkan, Pemprov memberikan vaksin secara gratis kepada masyarakat.
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat, saat ini ada 2 ribu kasus DBD di Ibu Kota. Dari jumlah itu, sudah ada warga yang meninggal dunia akibat DBD.
“Saya setuju kita gencarkan vaksinasi DBD. Pemprov memang harus memberikan perhatian soal hal ini,” kata Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Jhonny Simanjuntak E, di Jakarta Pusat, Rabu (3/4/2024).
Jhonny menyebut, Pemprov DKI harus melakukan tindakan preventif dan kuratif. Sehingga kasus DBD tidak lagi menjadi permasalahan rutin setiap tahun.
Politisi PDI Perjuangan ini mengaku, saat ini tidak mempersoalkan biaya yang dipatok Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dalam pelayanan vaksin DBD sebesar Rp 1 juta untuk dua kali suntik. Sebab, pemberian vaksin tersebut sangat dibutuhkan, terutama untuk anak-anak.
Menurut Jhonny, kasus DBD tidak pandang bulu, semua masyarakat bisa terkena penyakit itu. Bukan hanya warga yang tinggal di pemukiman kumuh, tapi semua kelas ekonomi.
Karena nyamuk aedes aegypti, penyebab DBD ini hidup di genangan air bersih.
Hal senada dilontarkan Anggota DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak. Gilbert meminta, Pemprov meningkatkan sosialisasi vaksin DBD. Apalagi Pemerintah Pusat sudah memberi lampu hijau membolehkan pemberian vaksin DBD.
Diungkap Gilbert, berdasarkan laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Atlanta, disebutkan bahwa keampuhan (efikasi) vaksin ini sebesar 80 persen untuk mencegah infeksi bergejala, masuk rumah sakit atau infeksi DBD berat. Selain itu, keampuhan vaksin DBD dilaporkan dapat bertahan enam tahun.
Namun diingatkannya, sesuai anjuran CDC, pemberian vaksin mengharuskan pasien sudah terkena infeksi DBD dulu melalui tes laboratorium (serologi). Kemudian, pemberian vaksin diberikan pada anak minimal berusia 9 tahun.
“Namun informasi di masyarakat, usia minimal enam tahun tanpa tes laboratorium, sudah bisa menerima vaksin. Perbedaan anjuran CDC Atlanta dengan informasi di masyarakat, membutuhkan penjelasan dari Pemerintah,” tegasnya.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono berjanji akan menggencarkan vaksinasi DBD untuk mencegah meningkatnya kasus penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk tersebut.
“Vaksin DBD terus berjalan, (Pemprov DKI Jakarta) terus memonitor bersama Kadinkes (Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta),” kata Heru di Jalan Raya Kelapa Nias, Pegangsaan Dua, Jakarta Utara, Selasa (2/4/2024).
Meski begitu, kata Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah DKI Jakarta Widyastuti, vaksinasi DBD tidak wajib dilakukan. Sebab, belum menjadi program nasional.
“Kementerian Kesehatan menyampaikan (Vaksin DBD) bisa menjadi pilihan untuk masyarakat yang sudah siap secara mandiri (berbayar-red), “ kata Widyastuti di Balai Kota, Senin (1/4/2024).
Saat ini Pemprov DKI Jakarta belum fokus untuk melakukan vaksinasi DBD. Namun, pihaknya terus melakukan kegiatan intervensi melalui promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif.
Salah satunya, mengimbau warga untuk membersihkan rumah, khususnya yang ada genangan air, terutama bagi warga yang hendak mudik.
“Supaya selama ditinggal jangan sampai ada genangan air bersih berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk,” ujarnya.
Mantan Kepala Dinkes DKI Jakarta menyebut, sudah berkoordinasi dengan Dinkes DKI untuk mengeluarkan imbauan kepada warga sebelum meninggalkan rumah dalam rangka mudik Lebaran.
Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan melaporkan ada warga meninggal akibat DBD di wilayahnya.
“Di Kebayoran Lama pada minggu lalu, ada satu orang yang meninggal ketika di Puskesmas,” kata Kepala Sudinkes Jakarta Selatan Yudi Dimyati, Senin (1/4/2024).
Yudi menuturkan, saat pertama kali ke Puskesmas, pasien menolak ketika diminta untuk tes laboratorium. Pasien malah memaksa pulang ke rumah. Tiga hari kemudian pasien datang kembali dengan kondisi sudah koma.
“Saat diperiksa trombosit sudah turun hanya tinggal 40 ribu dari normalnya 150 ribu,” jelasnya
Petugas Puskesmas, lanjutnya, melakukan berbagai upaya guna menyelamatkan pasien. Salah satunya dengan merujuk pasien tersebut ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
“Tiga jam setelah mendapatkan perawatan, pasien dinyatakan meninggal dunia,” ucapnya.
Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Tamansari, Ngabila Salama mengatakan, lonjakan kasus DBD berimbas pada peningkatan BOR (Bed Occupation Rate) di RSUD Tamansari.
“(BOR) Naik sekitar 20-30 persen dari 60 menjadi 80-90 persen selama Maret 2024, dampak dari kenaikan kasus DBD. Akan tetapi tidak ada kasus kematian. Semua masih aman terkendali,” ucap Ngabila, Senin (1/4/2024).
Ngabila menuturkan, 70 persen kasus yang dirawat adalah anak usia SD dan SMP. Namun belum ada perubahan keparahan pada kasus DBD yang ditemukan.
Untuk mencegah komplikasi dan kematian DBD, kata Ngabila, kuncinya deteksi dini dilanjutkan tatalaksana pemberian cairan atau rehidrasi segera.
“Jika demam 1x24 jam demam atau keluhan tidak membaik di rumah, bawa segera ke puskesmas terdekat, periksa darah dan rapid test DBD (NS1) gratis di seluruh puskesmas kecamatan Jakarta,” tegasnya.
Selain itu, dia menganjurkan warga untuk vaksin DBD. Di RSUD Tamansari membuka layanan vaksin DBD. Warga yang berminat bisa mendaftarkan diri melalui link bit.ly.dbdrsudtamansari. Ngabila Salama bilang, efektivitas vaksin DBD mencapai 95 persen untuk mencegah sakit dan kematian akibat DBD tipe DEN 1, 2, 3, dan 4.
Kata dia, puncak DBD diprediksi akan terjadi pada April 2024. Karena itu, Ngabila mengajak masyarakat untuk merayakan Lebaran, mudik secara aman dan nyaman dengan vaksinasi DBD mandiri.
“Cukup membayar Rp 1 juta untuk dua kali penyuntikan,” ujarnya.
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 7 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 17 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu