TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pertarungan Pilkada 2024 Seseru Pilpres 2024

Laporan: AY
Senin, 06 Mei 2024 | 08:30 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Pertarungan di Pilkada 2024 diprediksi bakal seru seperti Pilpres 2024. Tanda-tandanya sudah terlihat. Parpol-parpol mulai memetakan koalisi dan mendekati calon-calon potensial yang mau diusung.
Untuk Pilkada Jakarta misalnya, banyak parpol sibuk persiapkan kandidat dan mencari teman koalisi. Untuk PDIP, ada empat kandidat yang mau diusung, yaitu mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan eks Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Partai Golkar sudah memberikan mandat pada dua kandidat, yaitu eks Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Ketua DPD Golkar DKI Jakarta Ahmed Zaki Iskandar.
Sedangkan Partai NasDem sempat mewacanakan mau mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga eks Capres 01 Anies Baswedan dan crazy rich Tanjung Priok Ahmad Sahroni. Sementara PKS, yang menjadi pemenang Pileg di Jakarta, ingin mengusung kader sendiri yaitu Mardani Ali Sera dan Sohibul Iman.
PAN dan PKB ikut meramaikan persaingan. PAN mau mengusung anak ketua umumnya Zita Anjani dan pentolan group band Ungu Sigit Purnomo alias Pasha Ungu. Sedangkan PKB mau mengusung Menaker Ida Fauziyah.
Adapun Gerindra, awalnya terlihat masih wait and see. Namun, akhir-akhir ini muncul mana keponakan Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati.
Beberapa parpol sibuk mencari teman koalisi. Seperti NasDem, PKS, dan PKB, mewacakan melanjutkan Koalisi Perubahan di Pilpres. Namun, mereka belum ketemu kata sepakat karena masing-masing punya calon sendiri.

Untuk Golkar, tampak sangat terbuka dalam menghadapi Pilkada DKI. Golkar siap untuk melanjutkan koalisi di Pilpres, dan siap juga berkoalisi dengan pihak lain. Demikian juga dengan PDIP, yang terbuka untuk koalisi dengan Golkar dan PDIP, walau saat Pilpres berbeda jalan.
Untuk Pilkada Jawa Barat, meski kandidatnya tak sebanyak di DKI, tapi tetap ramai. Golkar jauh-jauh hari sudah memberi mandat ke Ridwan Kamil alias Kang Emil. Golkar berharap bisa koalisi dengan PAN untuk memasangkan Kang Emil dengan Desy Ratnasari. Namun, belakangan di PAN juga muncul nama Bima Arya.

PDIP tidak kalah cepat. Sejak jauh hari, Ketua DPD PDIP Jabar Ono Surono sudah berkampanye untuk maju di Pilkada Jabar. Ono lalu menyambangi markas Golkar Jabar di Jalan Maskumambang, Kota Bandung, Minggu (5/5/2024) untuk menjajaki koalisi.
Ketua DPD Golkar Jabar Ace Hasan Syadzily menjelaskan, dalam kunjungan itu, kedua partai turut membahas arah koalisi Pilkada Jabar. Meskipun, siapa yang bakal diusung belum ditentukan.
“Kami saling menghormati mekanisme internal dari kemungkinan terjadinya kerja sama politik tersebut. Kunjungan ini merupakan pembuka bagi upaya komunikasi bagi kedua parti politik di Jawa Barat ini," ujar Ace.

Sedangkan Jawa Timur, parpol-parpol berebut menggandeng Khofifah Indar Parawansa. Parpol-parpol seperti tak terpengaruh dengan sikap Koalisi Indonesia Maju yang sudah jauh-jauh hari menegaskan mau mendorong Khofifah kembali.

“Partai Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, Desember lalu sudah memberikan surat penugasan. Saya ingin melanjutkan tugas Jawa Timur, mudah-mudahan masyarakat Jawa Timur bisa memberikan dukungan,” kata Khofifah, di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, Minggu (28/4/2024).
PDIP rupanya kepincut dengan dengan Khofifah. Ketua DPD PDIP Said Abdullah lalu mengaku telah merayu Khofifah agar mau diusungnya. Namun, PDIP tidak dengan tangan kosong. PDIP ingin mengajukan Calon Wakil Gubernur.
PKB tidak mau ketinggalan. Meski dalam Pilkada 2019 mereka lawan, kali ini PKB juga terbuka dengan Khofifah. Syaratnya, Khofifah mendaftar ke desk Pilkada PKB
"Ya kalau mau daftar, ya kita sambut baik," kata Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, usai acara Pembekalan Bacakada Zona Jawa Timur, Bali, NTB, NTT di Surabaya, Sabtu (4/5/2024).

Sementara di Sumatera Utara (Sumut), peta pertarungan akan menjadi sangat berbeda dengan Pilkada 2018 dan 2019. Mantan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, yang dalam Pilkada sebelumnya maju mau dari Gerindra, Golkar, PKS dan PAN, di Pilkada kali ini merapat ke PDIP, yang sebelumnya ada “musuh”. Sedangkan Golkar dan Gerindra berpeluang mendukung Bobby Nasution, yang di Pilkada 2019 adalah calonnya PDIP di Medan.
Melihat peta politik ini, Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting, Aditya Perdana memprediksi, pertarungan di Pilkada akan sengit. Parpol pun tidak akan terikat dengan peta Pilpres untuk menjalin koalisi.

Dia memandang, pembentukan koalisi di setiap Pilkada akan ditentukan paling tidak oleh tiga faktor. Pertama, seberapa kuat petahana kepala daerah akan ikut kompetisi pilkada. “Apabila petahana dirasakan punya potensi elektabilitas yang tinggi untuk memenangkan Pilkada, maka bisa dipastikan para penantangnya tidak akan banyak, bahkan mungkin tidak ada alias calon tunggal,” ujarnya, Minggu (5/5/2024).
Kedua, pembentukan koalisi pilkada dipastikan tidak sama dengan koalisi Pilpres 2024. Sebab, kekuatan Pilkada ditentukan hasil Pileg 2024. Dengan demikian, setiap parpol mungkin terbuka membangun koalisi dengan siapa pun.
Ketiga, adalah pengaruh tokoh di tingkat daerah. Baik secara sosial, ekonomi, politik atau budaya. Menurut dosen Ilmu Politik Fisip Universitas Indonesia (UI) ini, pengaruh tokoh agama, adat, atau pebisnis yang kuat akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para elite politik nasional dan lokal dalam memutuskan siapa yang dapat didukung dalam koalisi tersebut.
“Di Pulau Jawa misalkan, kemungkinan petahana yang kuat adalah Khofifah untuk Provinsi Jatim. Ada kemungkinan sebagian besar parpol akan merapat untuk menyatukan dukungan kepada Khofifah,” ujarnya.
Sementara, di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, dan Banten, akan lebih kompetitif. Sebab, tidak ada petahana yang kuat dan dominan berdasarkan situasi politik hari ini.
“Kecuali, Ridwan Kamil di Jawa Barat dan Anies Baswedan di Jakarta akan memutuskan ikut kompetisi Pilkada nanti. Sehingga, peluang partisipasi dari para peserta akan terbuka luas,” pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo