TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

6 Prajurit TNI Mutilasi Warga, Teroris Papua Bunuh 1 Warga

Ujian Andika Di Situ-situ Saja

Laporan: AY
Rabu, 31 Agustus 2022 | 08:43 WIB
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. (Ist)
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. (Ist)

JAKARTA - Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa, mendapat ujian beruntun di Papua. Pertama, ada enam prajurit TNI yang terlibat dalam kasus pembunuhan dan mutilasi empat warga Papua. Selang beberapa hari kemudian, teroris Papua menembak mati warga. Ujian Andika di situ-situ saja.

Kasus pembunuhan dan mutilasi kepada empat warga Papua terjadi di Mimika, Papua, 22 Agustus lalu. Kasus ini terungkap sepekan kemudian, atau Minggu lalu.

Direskrimum Polda Papua, Kombes Faizal Ramadhani mengatakan, kasus bermula dari tawaran penjualan senjata api jenis AK 47 dan FN seharga Rp 250 juta kepada korban. Para korban yang  tertarik membeli, lalu mendatangi pelaku dengan membawa uang Rp 250 juta. Korban lalu bertemu pelaku, 22 Agustus 2022 sekitar pukul 10 malam di SP 1, Distrik Mimika Baru.

Saat pertemuan itu, korban dibunuh oleh para pelaku. Jenazah korban kemudian dimasukkan ke dalam mobil korban dan dibawa ke Sungai Kampung Pigapu, Distrik Iwaka, untuk dibuang. "Sebelum dibuang, keempat korban semuanya dimutilasi dan dimasukkan ke dalam enam karung," kata Faizal. 

Setelah membuang potongan tubuh korban, pelaku membakar mobil Toyota Calya yang disewa korban. Sehari kemudian, pelaku yang diketahui berjumlah 10 orang, berkumpul di gudang milik salah satu pelaku berinisial APL dan membagikan uang Rp 250 juta yang mereka rampas dari korban. Di hari yang sama, polisi menemukan mobil yang disewa korban dalam keadaan hangus terbakar.

Pada Jumat (26/8), warga menemukan salah satu potongan tubuh korban. Sehari kemudian, warga kembali menemukan satu jenazah lagi di Sungai Kampung Pigapu.

"Dari hasil penyelidikan diketahui salah satu korban berinisial LN adalah jaringan dari simpatisan KKB Nduga pimpinan Egianus Kogoya yang aktif mencari senjata dan amunisi di Kabupaten Mimika," ungkap Faizal.

Satu korban lain adalah seorang kepala Kampung Yugut, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga. Sampai kemarin, polisi masih mencari keberadaan jenazah dua korban lainnya.

Dari hasil penyelidikan, polisi akhirnya berhasil mengungkap kasus ini. Total ada 10 orang. Empat warga sipil dan enam anggota TNI. Tiga warga sipil yang menjadi pelaku sudah ditangkap. Mereka adalah APL, DU, dan R. Sementara satu pelaku lainnya masih buron.

Ketiga orang ini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat Pasal 340 KUHP atau pembunuhan berencana dengan ancaman pidana maksimal hukuman mati, penjara seumur hidup atau maksimal  20 tahun penjara. "Motifnya perampokan," ujar Faizal.

Kasus ini langsung menjadi perhatian Jenderal Andika Perkasa. Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat (Puspomad) Letjen Chandra W Sukotjo mengatakan, Panglima  telah memerintahkan untuk mengusut tuntas kasus mutilasi tersebut. 

Chandra menyebut, pihak Pomdam XVII/Cenderawasih saat ini telah melaksanakan proses hukum terhadap para pelaku. Sementara, tersangka sipil ditangani oleh kepolisian.

Chandra mengatakan, pihaknya sudah menahan 6 anggota TNI yang sudah ditetapkan sebagai tersangka  dalam kasus ini. Dua di antaranya adalah perwira berinisial Mayor Inf HF dan Kapten Inf DK. Empat lainnya adalah prajurit berinisial Praka PR, Pratu RAS, Pratu RPC, dan Pratu R. Keenamnya  ditahan di Polisi Militer Kodam (Pomdam) XVII/Cendrawasih, Papua.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Dudung Abdurachman ikut merespons. Ia mengatakan, kasus ini sedang diinvestigasi yang dipimpin langsung Pangdam dan Kapolda setempat.

Kadispen TNI AD, Brigjen TNI Tatang Subarna mengatakan, instansinya sedang mengusut kasus ini. "Apabila hasil pemeriksaan ditemukan keterlibatan para oknum tersebut, maka TNI Angkatan Darat akan melakukan proses hukum dan memberikan sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan yang berlaku," kata Tatang.

Ujian Jenderal Andika bukan itu saja. Dua hari setelah kasus ini terungkap, kelompok teroris Papua menembak seorang karyawan PT MUJ atas nama Manoach Rumansara di Intan Jaya, Papua.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal mengatakan, penembakan terjadi di Kampung Mamba Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua, pada pada sekitar pukul 09.30 WIT, kemarin.

Korban ditembak saat mengoperasikan alat berat perusahaan. Korban sempat dievakuasi ke puskesmas setelah setelah mendapat tiga luka tembakan di bagian perut, ketiak, dan dada. Namun, saat hendak diterbangkan menuju ke Kabupaten Nabire untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut, korban meninggal dunia.

Kamal mengatakan, pihaknya masih mencari pelaku penembakan. "Untuk motifnya, tim kami sedang dalami. Situasi pascapenembakan di lokasi aman dan konsudif," kata Kamal.

Lalu apa kata Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies, Khoirul Fahmi? Dia berharap, penanganan kasus mutilasi ini dilakukan secara transparan dan tidak berlarut-larut. Hal tersebut harus dilakukan supaya bisa menghadirkan rasa keadilan bagi masyarakat, khususnya keluarga korban.

"Ini persoalan serius. Pengungkapan kasus ini diselesaikan secepatnya," kata Khoirul, kemarin.

Khoirul mengatakan, persoalan yang dihadapi Jenderal Andika di Papua memang tak mudah. Kata dia, di kawasan konflik yang ditandai dengan kegagalan dialog, maka kekerasan, teror dan perang urat syaraf akan selalu berpeluang hadir dari kedua belah pihak, silih berganti.

Dampaknya korban akan terus berjatuhan, termasuk warga sipil. Warga akan terkena dampaknya, termasuk para pekerja itu. Untuk menyelesaikan persoalan ini, kata dia, harus dipikirkan bagaimana supaya dialog dapat kembali terbangun dan kebuntuan politik bisa diakhiri.

"Tanpa itu, kekerasan dan teror akan selalu terjadi. Apalagi jika kita kemudian kembali melakukan pendekatan keras," kata Khoirul.

Menurut dia, persoalan di Papua bukan soal KKB. Karena itu harus diselesaikan dengan cara-cara yang komprehensif, lintas sektor, mengutamakan dialog dan tidak lagi mengutamakan pendekatan keras dan militeristik.

Jadi, penyelesaian masalah Papua memang tidak bisa dibebankan dan memang bukan tanggungjawab TNI-Polri semata, melainkan pemerintah secara keseluruhan. (rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo