TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Gibran Turun Tangan Atasi Krisis BBM Di Bengkulu

Reporter & Editor : AY
Rabu, 28 Mei 2025 | 09:14 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

BENGKULU - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka langsung turun tangan mengatasi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Bengkulu dan terputusnya distribusi logistik ke Pulau Enggano.

 

Usai menerima laporan soal krisis tersebut, Gibran me­ninjau Pelabuhan Pulau Baai, Selasa (27/5/2025). Di sana, dia memerintahkan percepatan pengerukan alur pelayaran yang dangkal akibat sedimentasi.

 

Sudah sepekan terakhir, Kota Bengkulu dilanda krisis BBM. Warga kesulitan mendapat­kan BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Akibatnya, antrean kendaraan mengular di berbagai titik.

 

Di beberapa SPBU, antrean mengular hingga 2 kilometer. Warga terpaksa antre berjam-jam demi mendapatkan jatah bensin. Kelangkaan ini juga memicu lonjakan harga di penjual eceran. Pertalite yang biasanya dijual Rp 10 ribuan per liter, kini tembus Rp 30 ribu di pinggir jalan.

 

Krisis terjadi karena paso­kan BBM ke Bengkulu terganggu. Selama ini, suplai BBM menggunakan kapal tanker dari Palembang ke Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu. Namun, saat ini kapal tak bisa bersandar lantaran pelabuhan mengalami pendang­kalan akibat sedimentasi.

 

Pendangkalan itu membuat kapal tanker dan pengangkut logistik tidak dapat bersandar. Akibatnya pasokan BBM dan bahan pokok ikut terganggu. Termasuk pasokan ke Pulau Enggano, yang terletak di Bengkulu Utara.

 

Sebagai alternatif, distribusi BBM dialihkan lewat jalur darat dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan dan Jambi. Namun, distribusi dari Palembang ke Lubuk Linggau pun terganggu karena kereta pengangkut BBM mengalami kendala operasional. Dampaknya, stok di Lubuk Linggau ikut kosong.

 

Setelah menerima laporan tersebut, Gibran langsung bergerak ke lokasi. Selasa (27/5/2025) sore, sekitar pukul 15.00 WIB, dia tiba di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.

 

Mengenakan kemeja biru muda, air muka Gibran tampak serius sejak turun dari kenda­raan. Didampingi sejumlah pejabat, dia langsung berjalan menuju Kapal Tunda Bunga Raflesia yang akan membawa­nya ke titik sedimentasi di pintu masuk pelabuhan.

 

Sambil berjalan ke arah kapal, Gibran berbincang dengan jaja­ran Pelindo dan otoritas pelabu­han yang menyambutnya. Anak sulung Presiden ke-7 Jokowi itu tampak seksama mendengarkan penjelasan teknis seputar kondisi alur pelayaran yang dangkal akibat sedimentasi.

 

Dalam peninjauan tersebut, Gibran meminta segera di­lakukan pengerukan. Dia juga menyampaikan empat arahan strategis. Salah satunya, pemerintah memprioritaskan penanganan pendangkalan sebagai hal mendesak yang berdampak langsung terhadap kebutuhan rakyat, terutama distribusi energi dan bahan pokok.

 

“Saya minta ini jadi prioritas. Presiden Prabowo sudah tegas­kan, yang menyangkut hajat hidup orang banyak jangan ditunda-tunda,” ujar Gibran, seperti dikutip dari siaran pers Setwapres, Selasa (27/5/2025).

 

Kedua, dia meminta PT Pe­lindo mempercepat pengeru­kan alur pelayaran agar distri­busi energi dan bahan pokok kembali lancar. Ketiga, selama pengerukan berjalan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT Pertamina dan pemerintah daerah harus menjamin kelancaran distribusi BBM melalui jalur alternatif, khususnya jalur darat.

 

Keempat, Gibran berkomit­men memantau perkembangan penanganan secara berkala dengan laporan dari kementerian terkait, pemerintah provinsi, Pertamina dan Pelindo untuk memastikan proses tepat waktu dan tepat sasaran.

 

Pendangkalan yang terjadi di Pelabuhan Pulau Baai sebetul­nya sudah berlangsung lebih dari dua tahun sejak pengerukan terakhir pada 2022.

 

Dalam kesempatan itu, Gibran pun menyampaikan permohonan maaf atas gangguan tersebut. Dia menegaskan bahwa pemerintah sangat memperhatikan dan mengambil langkah serius untuk mengatasi masalah ini.

 

Mantan Wali Kota Solo ini meminta seluruh pihak saling mendukung dan berkolaborasi agar penanganan berjalan cepat dan berkelanjutan.

 

Dia menyaksikan proses pengerukan dan mendengarkan paparan detail dari Pelindo yang sedang menyiapkan kapal keruk untuk memperbaiki kondisi alur pelayaran.

 

Sedimentasi yang terjadi karena faktor alam dan cuaca buruk telah menurunkan ke­dalaman alur pelayaran menjadi sekitar 1,5 meter, jauh di bawah standar kebutuhan kapal tanker dan pengangkut logistik.

 

Dari atas Kapal Tunda Bunga Raflesia, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Arif Suhartono memaparkan langsung kronologi dan lang­kah penanganan pendangkalan alur pelayaran yang tengah dilakukan.

 

Kami menyiapkan pengeru­kan besar-besaran untuk mengembalikan kedalaman alur hingga minus 6,5 meter dalam waktu dekat,” ujar Arif.

 

Menurutnya, target akhir pengerukan mencapai kedalaman hingga minus 12 meter agar kapal-kapal besar bisa masuk langsung ke Pelabuhan Pulau Baai tanpa perlu tranship­ment. Pengerjaan ini akan meli­batkan kapal keruk tipe Cutter Suction Dredger (CSD) Costa Fortuna 3, yang saat ini sudah berada di lokasi dan mulai dalam tahap persiapan.

 

Fase awal pengerukan, ter­masuk pemasangan pipa dan penyiapan teknis kapal keruk, sudah berjalan.

 

Arif mengatakan, dalam dua minggu ke depan, jalur pelayaran sudah bisa dilintasi kapal meski belum mencapai kedalaman optimal.

 

“Setidaknya, distribusi BBM dan logistik bisa kembali ber­jalan lebih lancar sembari menunggu pengerukan selesai secara menyeluruh dalam waktu kurang lebih empat bulan,” pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit