Gibran Turun Tangan Atasi Krisis BBM Di Bengkulu

BENGKULU - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka langsung turun tangan mengatasi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Bengkulu dan terputusnya distribusi logistik ke Pulau Enggano.
Usai menerima laporan soal krisis tersebut, Gibran meninjau Pelabuhan Pulau Baai, Selasa (27/5/2025). Di sana, dia memerintahkan percepatan pengerukan alur pelayaran yang dangkal akibat sedimentasi.
Sudah sepekan terakhir, Kota Bengkulu dilanda krisis BBM. Warga kesulitan mendapatkan BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Akibatnya, antrean kendaraan mengular di berbagai titik.
Di beberapa SPBU, antrean mengular hingga 2 kilometer. Warga terpaksa antre berjam-jam demi mendapatkan jatah bensin. Kelangkaan ini juga memicu lonjakan harga di penjual eceran. Pertalite yang biasanya dijual Rp 10 ribuan per liter, kini tembus Rp 30 ribu di pinggir jalan.
Krisis terjadi karena pasokan BBM ke Bengkulu terganggu. Selama ini, suplai BBM menggunakan kapal tanker dari Palembang ke Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu. Namun, saat ini kapal tak bisa bersandar lantaran pelabuhan mengalami pendangkalan akibat sedimentasi.
Pendangkalan itu membuat kapal tanker dan pengangkut logistik tidak dapat bersandar. Akibatnya pasokan BBM dan bahan pokok ikut terganggu. Termasuk pasokan ke Pulau Enggano, yang terletak di Bengkulu Utara.
Sebagai alternatif, distribusi BBM dialihkan lewat jalur darat dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan dan Jambi. Namun, distribusi dari Palembang ke Lubuk Linggau pun terganggu karena kereta pengangkut BBM mengalami kendala operasional. Dampaknya, stok di Lubuk Linggau ikut kosong.
Setelah menerima laporan tersebut, Gibran langsung bergerak ke lokasi. Selasa (27/5/2025) sore, sekitar pukul 15.00 WIB, dia tiba di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.
Mengenakan kemeja biru muda, air muka Gibran tampak serius sejak turun dari kendaraan. Didampingi sejumlah pejabat, dia langsung berjalan menuju Kapal Tunda Bunga Raflesia yang akan membawanya ke titik sedimentasi di pintu masuk pelabuhan.
Sambil berjalan ke arah kapal, Gibran berbincang dengan jajaran Pelindo dan otoritas pelabuhan yang menyambutnya. Anak sulung Presiden ke-7 Jokowi itu tampak seksama mendengarkan penjelasan teknis seputar kondisi alur pelayaran yang dangkal akibat sedimentasi.
Dalam peninjauan tersebut, Gibran meminta segera dilakukan pengerukan. Dia juga menyampaikan empat arahan strategis. Salah satunya, pemerintah memprioritaskan penanganan pendangkalan sebagai hal mendesak yang berdampak langsung terhadap kebutuhan rakyat, terutama distribusi energi dan bahan pokok.
“Saya minta ini jadi prioritas. Presiden Prabowo sudah tegaskan, yang menyangkut hajat hidup orang banyak jangan ditunda-tunda,” ujar Gibran, seperti dikutip dari siaran pers Setwapres, Selasa (27/5/2025).
Kedua, dia meminta PT Pelindo mempercepat pengerukan alur pelayaran agar distribusi energi dan bahan pokok kembali lancar. Ketiga, selama pengerukan berjalan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT Pertamina dan pemerintah daerah harus menjamin kelancaran distribusi BBM melalui jalur alternatif, khususnya jalur darat.
Keempat, Gibran berkomitmen memantau perkembangan penanganan secara berkala dengan laporan dari kementerian terkait, pemerintah provinsi, Pertamina dan Pelindo untuk memastikan proses tepat waktu dan tepat sasaran.
Pendangkalan yang terjadi di Pelabuhan Pulau Baai sebetulnya sudah berlangsung lebih dari dua tahun sejak pengerukan terakhir pada 2022.
Dalam kesempatan itu, Gibran pun menyampaikan permohonan maaf atas gangguan tersebut. Dia menegaskan bahwa pemerintah sangat memperhatikan dan mengambil langkah serius untuk mengatasi masalah ini.
Mantan Wali Kota Solo ini meminta seluruh pihak saling mendukung dan berkolaborasi agar penanganan berjalan cepat dan berkelanjutan.
Dia menyaksikan proses pengerukan dan mendengarkan paparan detail dari Pelindo yang sedang menyiapkan kapal keruk untuk memperbaiki kondisi alur pelayaran.
Sedimentasi yang terjadi karena faktor alam dan cuaca buruk telah menurunkan kedalaman alur pelayaran menjadi sekitar 1,5 meter, jauh di bawah standar kebutuhan kapal tanker dan pengangkut logistik.
Dari atas Kapal Tunda Bunga Raflesia, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Arif Suhartono memaparkan langsung kronologi dan langkah penanganan pendangkalan alur pelayaran yang tengah dilakukan.
Kami menyiapkan pengerukan besar-besaran untuk mengembalikan kedalaman alur hingga minus 6,5 meter dalam waktu dekat,” ujar Arif.
Menurutnya, target akhir pengerukan mencapai kedalaman hingga minus 12 meter agar kapal-kapal besar bisa masuk langsung ke Pelabuhan Pulau Baai tanpa perlu transhipment. Pengerjaan ini akan melibatkan kapal keruk tipe Cutter Suction Dredger (CSD) Costa Fortuna 3, yang saat ini sudah berada di lokasi dan mulai dalam tahap persiapan.
Fase awal pengerukan, termasuk pemasangan pipa dan penyiapan teknis kapal keruk, sudah berjalan.
Arif mengatakan, dalam dua minggu ke depan, jalur pelayaran sudah bisa dilintasi kapal meski belum mencapai kedalaman optimal.
“Setidaknya, distribusi BBM dan logistik bisa kembali berjalan lebih lancar sembari menunggu pengerukan selesai secara menyeluruh dalam waktu kurang lebih empat bulan,” pungkasnya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 21 jam yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 23 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu