Supaya Tepat Sasaran, Distribusi Pangan Bersubsidi Di Jakarta Harus Diperbaiki

JAKARTA - Pembenahan sistem distribusi pangan bersubsidi yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta belum mendapatkan hasil memuaskan. Banyak penerima manfaat masih mengeluh kesulitan membeli pangan murah tersebut.
Distribusi pangan bersubsidi bisa dibilang masih semrawut. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mendesak Pemprov DKI Jakarta segera mengatasi permasalahan yang kerap dikeluhkan masyarakat tersebut.
Wakil Ketua Komisi B DPRD DKI Wahyu Dewanto meminta Pemprov menyusun kajian menyeluruh terkait sistem distribusi pangan bersubsidi.
Kami meminta agar Pemprov segera menyusun kajian yang komprehensif dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ujar Wahyu dalam rapat pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2025, Selasa (22/7/2025).
Tujuannya, agar tidak ada lagi keluhan dari penerima manfaat bantuan sosial yang kesulitan membeli pangan bersubsidi. “Kami beri kesempatan kepada eksekutif menyusun kajian mendalam, agar tahun depan tidak terjadi persoalan yang sama,” imbuhnya.
Ia berharap, program pangan bersubsidi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh seluruh pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus, Penyedia Jasa Lainnya Perorangan (PJLP) dengan penghasilan maksimal 1,1 kali Upah Minimum Provinsi (UMP), lanjut usia, dan penyandang disabilitas yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Selain itu, bagi pemegang Kartu Anak Jakarta (KAJ), Kartu Pekerja Jakarta, penghuni rumah susun yang ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Perangkat Daerah bidang perumahan rakyat, kader PKK tidak mampu, serta guru dan tenaga pendidik non-Pegawai Negeri Sipil dengan penghasilan maksimal 1,1 kali UMP.
“Subsidi harus tepat sasaran. Jangan ada lagi antrean panjang. Masalahnya dari tahun ke tahun itu-itu saja: distribusi, ketepatan sasaran, dan pola pengantarannya,” tegas politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini.
Wahyu juga mengingatkan, pentingnya pembaruan Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) secara berkala agar bantuan benar-benar tepat sasaran. “Data penerima subsidi harus valid dan selalu diperbarui, supaya diketahui siapa yang masih berhak dan siapa yang taraf hidupnya sudah meningkat,” jelasnya.
Ia menegaskan, bantuan sosial bukanlah hak turun-temurun, melainkan stimulus sementara untuk meningkatkan gizi, taraf hidup, dan ekonomi penerima. “Kalau bisa meningkat, alhamdulillah. Tapi ini bukan warisan,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Anggota Komisi B DPRD DKI M. Taufik Zoelkifli. Dia menilai, sistem distribusi pangan bersubsidi masih menyulitkan masyarakat dan rawan penyimpangan.
Ia mengaku menerima banyak keluhan dari warga Kelurahan Pisangan Timur, Jakarta Timur, terkait kesulitan mengakses pangan subsidi secara daring. “Karena kesulitan itu, warga terpaksa menggunakan jasa tidak resmi dari pihak ketiga yang mengklaim bisa membantu. Ironisnya, warga malah dikenakan biaya tambahan,” ungkap Taufik, Jumat (25/7/2025).
Ia mengecam praktik yang justru membebani masyarakat. “Program ini seharusnya meringankan beban warga, bukan sebaliknya. Kita perlu mekanisme yang adil dan bebas dari penyalahgunaan,” tegasnya.
Taufik juga mendorong agar masyarakat berani melapor jika menemukan praktik curang. Ia berkomitmen mengawal kebijakan pro-rakyat agar pelaksanaannya tepat sasaran dan bersih dari penyelewengan.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Rano Karno menyampaikan bahwa Pemprov telah meluncurkan aplikasi daring untuk pendaftaran pangan bersubsidi. Aplikasi ini terintegrasi dengan sistem whitelist milik PT Bank Jakarta dan berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK).
Hanya penerima manfaat terdaftar yang dapat membeli pangan bersubsidi. Jika ada kendala saat mendaftar, warga bisa difasilitasi di lokasi penjualan milik Perumda Pasar Jaya atau Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang telah dijadwalkan,” jelas Rano.
Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah Jakarta Suharini Eliawati menyatakan siap menjalankan kajian yang diminta. Ia juga menyebut jalur pembelian langsung (offline) akan kembali dibuka di titik distribusi.
“Cukup bawa Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk. Sebelumnya, semua pembelian hanya bisa dilakukan secara daring, dan itu menimbulkan banyak kendala,” ujar Suharini.
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu