BRIN Siap Bikin Menu MBG Awet Lebih Lama

SETU-Supaya menu Makan Bergizi Gratis (MBG) lebih berkualitas, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) menciptakan teknologi pengawetan makanan berbasis nuklir. Upaya itu dilakukan sebagai bentuk dukungan BRIN terhadap program nasional tersebut.
Teknologi ini adalah iradiasi pangan, yaitu metode pengolahan makanan dengan radiasi yang mampu memperpanjang masa simpan tanpa mengurangi kualitas rasa maupun kandungan gizinya.
Kepala ORTN BRIN, Syaiful Bakhri menjelaskan, bahwa teknologi ini dapat menjadi solusi atas tingginya tingkat kehilangan pangan (food loss) di Indonesia. Menurutnya, dengan iradiasi, bahan pangan, baik segar maupun olahan dapat bertahan hingga sepuluh kali lebih lama.
“Teknologi ini sangat relevan untuk mendukung program makan bergizi. Makanan jadi lebih tahan lama, tetap aman dan bergizi, serta bisa didistribusikan ke lebih banyak wilayah, termasuk daerah terpencil atau saat libur panjang,” ujar Syaiful dalam forum diskusi yang berlangsung di kawasan Puspiptek, Kecamatan Setu, Selasa (29/7).
Ia menambahkan, potensi kerugian akibat food loss di Indonesia mencapai sekitar Rp 551 triliun per tahun, jumlah yang disebutnya cukup untuk memberi makan 129 juta penduduk.
“Dengan mengurangi food loss, distribusi pangan menjadi lebih efisien dan merata. Teknologi iradiasi ini memiliki peran penting dalam memastikan ketersediaan makanan bergizi secara nasional,” katanya.
Teknologi iradiasi sebenarnya bukan hal baru dan sudah banyak digunakan di negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia. Bahkan, teknologi ini menjadi standar untuk ekspor produk pangan ke pasar internasional.
BRIN berharap inovasi ini dapat dimanfaatkan lebih luas, tak hanya untuk memenuhi standar ekspor, tetapi juga untuk mendukung pemenuhan gizi masyarakat melalui program-program dalam negeri seperti MBG.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana menyambut baik langkah BRIN tersebut. Ia menilai, teknologi iradiasi sangat berguna untuk memperpanjang daya tahan makanan, terutama dalam konteks distribusi makanan MBG di luar jam operasional.
“Iradiasi memungkinkan makanan tetap aman dikonsumsi hingga dua atau tiga hari setelah diproses. Ini sangat penting untuk kelancaran distribusi makanan bergizi, terutama dalam kondisi khusus,” jelas Dadan.
Ia juga mengungkapkan, bahwa BGN dan BRIN tengah melakukan pengkajian terkait perbedaan antara makanan yang telah diiradiasi dengan yang tidak. Hasil pengujian sejauh ini menunjukkan tidak ada dampak negatif, baik dari segi kimia maupun biologis, termasuk pada hewan uji seperti tikus.
Dadan menerangkan, BGN turut mendorong pengembangan iradiator portabel yang bisa digunakan langsung di dapur-dapur Sentra Produksi Pangan Gizi (SPPG), sehingga pengolahan makanan tidak selalu bergantung pada fasilitas industri besar.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Opini | 1 hari yang lalu
Nasional | 10 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 12 jam yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Nasional | 11 jam yang lalu