Fenomena Rojali Dan Rohana Marak Di Pusat Perbelanjaan
Darmadi Durianto: Ini Indikator Daya Beli Masyarakat Turun

JAKARTA Fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana) di masyarakat sedang menjadi perbincangan. Fenomena ini dikaitkan dengan daya beli masyarakat yang dinilai sedang mengalami kelesuhan.
Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Darmadi Durianto menanggapi fenomena rojali dan rohana ini. Menurut dia hal itu harus dilihat dari indikator mikro maupun makro. "Jadi kalau ada indikator atau data, kita bisa tahu daya beli masyarakat lagi turun atau naik kan," ujar Darmadi saat dihubungi Tangselpos.id, Minggu (3/8/2025).
Darmadi menuturkan, ada beberapa indikator yang bisa dilihat. Pertama Non Perfoming Loan (NPL) di perbankan untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) naik cukup drastis melampaui pandemi Covid-19. Kata dia, saat ini banyak yang kesulitan mencicil rumah. "Itu kan sudah indikator orang sudah kesulitan," tutur dia.
Indikator kedua, lanjut dia, undusbursement loan atau pinjaman-pinjaman yang sudah disetujui bank, tapi tidak dicairkan oleh debitur yang mencapai Rp 2.350 triliun. Dia menjelaskan, mereka yang sudah dikasih kredit oleh bank, tapi tidak dipakai ini beralasan karena kalau digunakan daya belinya lesu dan tidak ada yang beli. "Jadi buat apa mereka ekspansi," lanjutnya.
Indikator ketiga, kata Darmadi, index keyakinan konsumen turun. Dia menegaskan, dari berbagai indikator itu sudah jelas bahwa sekarang daya beli sudah pasti turun. "Makanya banyak berjalan rojali, rohana dan ada juga rohalus (Rombongan hanya elus-elus) saja di mall. Jadi semua indikator menunjukkan penurunan," ungkap Darmadi.
Sementara itu, anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Herman Khoeron menilai fenomena rojali dan rohana sebagai sesuatu yang wajar. Dia menyebut fenomena semacam ini terjadi juga di beberapa negara dan bukan karena faktor daya beli masyarakat menurun.
Hampir di beberapa negara, fenomena menurunnya masyarakat membeli di mall juga terjadi. Karena pergeseran menggunakan ke online shop," ujar Herman Khoeron kepada Tangselpos.id, Minggu (3/8/2025).
Untuk membahas topik ini lebih lanjut, berikut wawancara selengkapnya dengan Darmadi Durianto di bawah ini.
Bagaimana Anda melihat fenomena masyarakat rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana)?
Dari berbagai indikator itu sudah jelas bahwa sekarang daya beli sudah pasti turun. Saat ini pertumbuhan ekonomi diramalkan hanya 4,8 oleh lembaga internasional. Jadi Pemerintah nggak bisa juga mengelak bahwa banyak data menunjukkan daya beli masyarakat lagi turun.
Apa yang menyebabkan ini terjadi?
Ya, karena memang lesunya daya beli. Seperti dari harga yang naik seperti beras, bahan pokok tetapi penghasilan mereka turun dan banyak yang kena PHK. Kan angka PHK setiap hari itu 300 orang di PHK. Apalagi dari perang tarif impor Amerika Serikat kita dikenakan 19 persen. Akibatnya nanti ekspor Indonesia itu semakin sulit tembus Amerika. Seperti tekstil, alas kaki dan sebagainya.
Terus langkah-langkah jangka pendek yang bisa dilakukan oleh Pemerintah seperti apa?
Ya, bantuan-bantuan insentif ke masyarakat terutama golongan rentan, golongan miskin itu harus digelontorkan lagi. Itu yang paling cepat. Seperti bantuan tunai, non-tunai dan bantuan sembako dan sebagainya. Itu harus digelontorkan. Jadi Pemerintah jangan diam saja.
Selain itu?
Perlu ada juga insentif pajak diberikan pada masyarakat misal pajak-pajak penghasilan. Coba dipertimbangkan kembali termasuk diskon-diskon seperti listrik dan sebagainya. Itu harus diberlakukan supaya daya beli bisa naik lagi.
Artinya hal berikut yang bisa dilakukan oleh Pemerintah secara cepat ya?
Betul. Karena yang dibutuhkan saat ini quick program, quick action. Kalau yang lamban itu kan terlalu lama. Jadi butuh yang quick sekarang ini supaya masyarakat tidak semakin susah hidupnya, terutama golongan miskin. Pemerintah harus memikirikan ini. Termasuk juga golongan menengah. Golongan menengah sekarang banyak ter-PHK juga. Pendapatanny nggak naik-naik tapi cicilan naik, semua naik. Akibatnya juga ini bukan hanya miskin yang kena tapi juga menengah yang kena.
Kalau untuk rojali dan rohana ini menurut Anda dari masyarakat golongan ekonomi yang mana?
Menengah dan bawah juga. Yang bawah juga mau plesiran. Mereka jalan-jalan ke mall menghilangkan stres. Jadi datang lihat-lihat. Memang yang ke mall itu yang menengah. Namun ada juga middle-low lah. Untuk yang nggak beli itu kan middle bagian bawah. Pemerintah tentu harus banyak fokus juga yang golongan miskin ini. Sekarang angka kemiskinan itu 24 juta lebih dengan garis batas kemiskinan 580 ribu orang per bulan itu. Jadi itu masalah besar buat kita sekarang.
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Nasional | 16 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu