TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Demonstran dan Pejabat Pandeglang Saling Lempar Makian

Unjuk Rasa Ricuh Hingga Pintu Kaca Kantor Bupati Pandeglang Pecah

Reporter: Nipal
Editor: Ari Supriadi
Jumat, 22 Agustus 2025 | 09:00 WIB
Massa aksi sedang menduduki Kantor Bupati Pandeglang, sambil berorasi dan membentangkan poster kecaman, Kamis (21/8).
Massa aksi sedang menduduki Kantor Bupati Pandeglang, sambil berorasi dan membentangkan poster kecaman, Kamis (21/8).

PANDEGLANG - Massa yang mengatasnamakan Pandeglang Hitam telah mengepung hingga menduduki Kantor Bupati Pandeglang, Kamis (21/8/2025). Bahkan dalam unjuk rasa itu tak terhindarkan kericuhan hingga mengakibatkan pintu kaca pecah.

 

Unjuk rasa memanas hingga terjadi kerusuhan dipicu adanya ucapan kata-kata binatang atau “anjing” yang dilontarkan Staf Ahli Bupati Pandeglang Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Sekretariat Daerah (Setda) Pandeglang, Goenara Daradjat, kepada demonstran. 

 

Begitu juga salah seorang demonstran Gugun yang disapa akrab Pegat, mengucapkan kata-kata yang sama. Sehingga keributan antara dua belah pihak tak terhindarkan.

 

Hal itu terjadi, pada saat beberapa demonstran mencoba masuk ke dalam kantor Bupati Pandeglang lewat pintu belakang, namun telah dihadang oleh pihak Satpol PP bersama Staf Ahli dan beberapa pegawai lainnya.

 

Untung saja pihak kepolisian Polres Pandeglang, segera menghadang dan mendinginkan suasana para demonstran yang di belakang Kantor Bupati. Namun, saat beberapa massa aksi kembali lagi ke depan, dan massa aksi lainnya mendengar kabar kata-kata binatang, langsung merangsek mencoba masuk ke Kantor Bupati Pandeglang hingga pintu kaca pecah atau rusak parah.

 

Pihak kepolisian pun mencoba memediasi dengan duduk bareng antara demonstran dengan Staf Ahli di kantornya, namun tetap saja tak membuahkan hasil dan malah akan kembali terjadi keributan. Pada saat mediasi, salah seorang demonstran Gugun (Koordinator II Pandeglang Hitam) mengakui kesalahannya dan meminta maaf, namun Staf Ahli Bupati tetap pada prinsipnya enggan meminta maaf di hadapan demonstran lainnya, dengan dalih demonstran yang terlebih dahulu bilang kata-kata “anjing.”

 

Tak lama perwakilan demonstran keluar dari Kantor Staf Ahli, Staf Ahli Bupati pun menemui para demonstran dan mengatakan permohonan maafnya. “Bila ada kata-kata saya yang tidak berkenan, saya minta maaf,” kata Goenara Daradjat menggunakan pengeras suara milik demonstran.

 

Usai itu, para demonstran masuk hingga menduduki Kantor Bupati tersebut, sambil berorasi dan membentangkan poster penolakan kerjasama pengolahan sampah dengan Kota Tangsel. Dari situ demonstran membubarkan diri sambil mengancam bakal unjuk rasa kembali dengan massa yang lebih besar.

 

Sementara saat dilakukan pemantauan, Bupati Pandeglang Raden Dewi Setiani tidak ada di kantornya. Padahal massa aksi bersikeras ingin ditemui langsung oleh bupati.

 

Koordinator I Pandeglang Hitam, Revaldi Hendrika Bayu Putra mengungkapkan, terjadinya ricuh akibat pihak dari Pemda Pandeglang, yakni Staf Ahli Bupati Pandeglang, menolak dengan kasar dan provokatif.

 

“Awalnya memang kita ingin masuk ke dalam, tetapi pihak Pemda Pandeglang menolak kita secara kasar dan sempat ada sebutan-sebutan provokatif seperti anjing dan sebagainya,” kata Revaldi.

 

Dia bersama massa aksi lainnya menolak kerja sama sampah dengan Kota Tangsel, karena kondisi TPA Bangkonol dinilainya belum sempurna sesuai aturan yang berlaku. 

 

“Kita lihat sekarang metode yang digunakan di TPA Bangkonol masih open dumping, yang mana didalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 itu sudah jelas dilarang melakukan metode open dumping, dan harus segera ke sanitary landfill,” jelasnya.

 

“Tapi pemerintah hari ini, malah menerima sampah dari Kota Tangsel. Padahal sampah-sampah yang ada di Kabupaten Pandeglang sendiri masih terbengkalai, ini yang menjadi fokus kita adalah penolakan,” sambungnya.

 

Belum lagi dampak dari kerja sama itu bakal berdampak buruk pada masyarakat. “Jelas sejauh ini masyarakat hanya menerima dampak negatifnya saja, seperti bau, polusi udara, polusi lingkungan dan segala macam,” katanya.

 

Selain menuntut kerja sama dibatalkan, dia juga mendesak Bupati Pandeglang fokus membenahi TPA Bangkonol, dan jangan cuci tangan serta lari dari masalah tersebut.

 

“Kami minta mengedepankan revitalisasi atau pun pembaharuan terkait TPA Bangkonol karena sekarang sampahnya sudah menggunung. Bupati sosoan jadi pahlawan, padahal sebelumnya Bupati sudah mengatakan bahwa TPA itu sudah layak, dan analisis itu seakan-akan jadi pahlawan,” tandasnya.

 

Senada, massa aksi lainnya, Ilham Muhtahir menegaskan, target unjuk rasa itu agar Bupati Pandeglang membatalkan kerja sama dengan Kota Tangsel. “Untuk target itu sendiri adalah bagaimana Pemda Pandeglang hari ini membatalkan perjanjian kerja sama dengan pihak Kota Tangsel,” katanya.

 

Dia juga mengaku, sangat menyayangkan Bupati Pandeglang, Raden Dewi Setiani menghilang dari kantornya. Padahal massa aksi tegasnya, ingin bertemu langsung dengan Bupati Pandeglang.

 

“Tadi Staf Ahli Bupati itu bilang bahwa mereka itu satu sebagai Pemda, kita juga rakyat satu. Kalau mereka berbicara Pemda adalah satu, kenapa Bupati hari ini tidak bisa menemui kita,” tandasnya sambil mengancam bakal melakukan unjuk rasa akbar.(*)

Komentar:
DLH
Damkar
Perkim
Lebak
Dprd
ePaper Edisi 22 Agustus 2025
Berita Populer
02
Pajak Saeutikna

Opini | 1 hari yang lalu

03
05
Fortuner Hantam Truk, Nyawa Sopir Melayang

TangselCity | 2 hari yang lalu

08
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit