Saham Antam Layak Dikoleksi
Harga Emas Diramal Terus Meroket 4 Tahun Ke Depan

JAKARTA - Tren harga emas diproyeksi akan terus meroket empat tahun ke depan. Pemicunya ketidakpastian ekonomi global dan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah (Timteng). Dengan kondisi ini, saham Antam layak dikoleksi.
Pada Jumat (12/9/2025), harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengalami koreksi sebesar Rp 7.000 menjadi Rp 2.088.000 per gram.
Meski mengalami penurunan, namun harganya masih cukup tinggi. Pasalnya, harga emas Antam sempat mendekati level psikologis Rp 2,1 juta per gram di minggu lalu.
Melihat harga emas yang berpotensi terus naik, mendorong saham Antam, yang merupakan anggota Holding Industri Pertambangan Indonesia Mind ID, semakin solid.
Prospek saham Antam terus meroket. Hal ini terbukti profitabilitas melonjak sebesar 451 persen, dari Rp 1,3 triliun pada semester I-2024, menjadi Rp 7,1 triliun pada semester I-2025.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Arianto S Rudjito menjelaskan, pada periode enam bulan pertama tahun 2025, Antam berhasil mencatatkan capaian kinerja keuangan yang cemerlang.
“Dengan didorong pertumbuhan kinerja komoditas emas dan nikel,” kata Arianto dalam Public Expose di Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Penyumbang utama dari lonjakan tersebut adalah sektor nikel. Pada 2024, sektor nikel hanya menyumbang sebesar 11 persen atau sekitar Rp 0,1 triliun dari profitabilitas Antam.
Lalu pada semester I-2025, terjadi lonjakan kontribusi sektor nikel terhadap profitabilitas Antam menjadi 50 persen dari total profitabilitas atau sekitar Rp 3,5 triliun.
Sebelumnya, sektor emas merupakan kontributor profitabilitas tertinggi Antam, yakni sebesar 81 persen atau sekitar Rp 1 triliun pada semester I-2024,
Sektor emas menjadi kontributor terbesar kedua terhadap profitabilitas Antam, dengan menyumbang 46 persen dari total profitabilitas, atau sekitar Rp 3,2 triliun.
Posisi terakhir adalah sektor bauksit, yang menyumbang Rp 0,3 triliun atau sekitar 4 persen dari total profitabilitas Antam.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang mencatatkan profitabilitas sebesar Rp 0,1 triliun. “Terjadi peningkatan yang cukup signifikan,” tuturnya.
Arianto mengatakan, meskipun sektor nikel menjadi penyumbang tertinggi profitabilitas Antam, namun sektor tersebut hanya berkontribusi sebesar 13 persen terhadap pendapatan Antam atau sekitar Rp 7,9 triliun.
Penyumbang terbesar untuk pendapatan Antam berasal dari sektor emas, dengan kontribusi sebesar 84 persen dari total pendapatan tersebut atau sekitar Rp 49,7 triliun.
Terakhir, adalah sektor bauksit yang menyumbang sebesar 3 persen atau sekitar Rp 1,5 triliun.
Dari sisi cadangan emas mencapai sebesar 805 juta dry metric ton (dmt) dengan sumber daya sebesar 5,583 miliar dmt.
Untuk bauksit, Antam mencatat cadangan sebesar 198 juta wmt, dengan sumber daya sebesar 553 juta wmt.
Selanjutnya, laba periode berjalan yang meningkat signifikan sebesar 240 persen atau mencapai sebesar Rp 5,14 triliun, dibandingkan dengan capaian laba periode berjalan pada periode enam bulan pertama tahun 2024 sebesar Rp 1,51 triliun.
Selaras dengan capaian laba periode berjalan, emiten berkode saham ANTM ini mencatatkan pertumbuhan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) pada semester pertama 2025 sebesar Rp 7,11 triliun, alias meningkat signifikan 194 persen dibandingkan EBITDA periode sebelumnya sebesar Rp 2,42 triliun.
Kami juga mencatat pertumbuhan yang signifikan, dengan kembali mencetak rekor penjualan emas triwulanan tertinggi sepanjang sejarah pada triwulan kedua tahun 2025,” katanya.
Terpisah, Pengamat pasar komoditas sekaligus Direktur Utama PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan, bahwa emas dunia akan melanjutkan kenaikan, yang didorong oleh kondisi geopolitik yang masih berlanjut dan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Harga emas berpeluang naik selama empat tahun ke depan, terutama selama masa jabatan kedua Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump,” tutur Ibrahim kepada Tangselpos.id, kemarin.
Menurut Ibrahim, dalam jangka waktu empat tahun kemungkinan besar masih akan ada perang dagang.
Tak hanya itu, dirinya juga melihat data-data ketenagakerjaan tidak sesuai dengan ekspektasi, yang membuat Bank Sentral akan menurunkan suku bunga dalam pertemuan di bulan September.
Ibrahim juga menyoroti perkembangan terkait ketegangan antara Pemerintahan Trump dengan The Fed, di mana Gubernur Lisa Cook dalam tekanan untuk lengser.
Hal ini, katanya, sukses telah membuat ketegangan tersendiri.
Karena selama ini eksekutif tidak boleh dicampur dalam urusan Bank Sentral.
Alhasil, harga emas dari kisaran 3.400 dolar AS per ons terus naik ke 3.500 hingga 3.578 dolar AS per ons,” katanya.
Faktor pendorong kenaikan lainnya, Ibrahim menyebut, adalah perkembangan terkait konflik di Eropa antara Rusia dan Ukraina yang belum menunjukkan tanda akhir.
“Wajar kalau harga emas dunia sempat menembus level tertingginya yang hampir mendekati 3.600 dolar AS per ons,” jelasnya.
Prospek Saham
Sementara, Investment Analyst Infovesta Capital Advisory Ekky Topan menyampaikan, lonjakan kinerja Antam pada paruh pertama tahun ini tidak hanya disokong oleh kenaikan harga emas dunia, tetapi juga efisiensi operasional yang berhasil dijalankan.
Kinerja solid tersebut mencerminkan efisiensi operasional dan peningkatan harga jual rata-rata, seiring dengan sentimen bullish di pasar komoditas emas,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (12/9/2025).
Menurut Ekky, harga emas dunia yang terus mencetak level tertinggi baru memberikan dukungan fundamental yang solid bagi emiten pengelola emas.
Kondisi tersebut membuat valuasi saham emiten emas, termasuk Antam, masih menarik untuk dikoleksi oleh para investor. Khususnya, dalam jangka pendek hingga menengah.
Senada, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai, saham Antam masih memiliki ruang kenaikan seiring tren positif harga emas dunia.
Antam berpotensi mendapat keuntungan dari kenaikan Average Selling Price (ASP) emas, yang berdampak pada kinerja pendapatan dan laba bersih,” ujarnya.
Selain itu, perseroan juga disebut memiliki komitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi dan volume penjualan guna menjaga kinerja tetap optimal.
Namun, Nafan menekankan pentingnya diversifikasi bisnis bagi emiten tambang Grup Mind ID ini untuk menghadapi fluktuasi harga komoditas, seperti nikel, batubara, dan tembaga.
Dia menegaskan, hilirisasi tidak bisa ditinggalkan. Proses pembangunan industri hilir akan memberikan added value yang signifikan.
“Sehingga prospek sektor tambang positif di masa depan,” pungkasnya
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu