TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

Indeks

Dewan Pers

Saham Antam Layak Dikoleksi

Harga Emas Diramal Terus Meroket 4 Tahun Ke Depan

Reporter & Editor : AY
Minggu, 14 September 2025 | 12:23 WIB
Emas Antam. Foto : Ist
Emas Antam. Foto : Ist

JAKARTA - Tren harga emas diproyeksi akan terus meroket empat tahun ke depan. Pemicunya ketidakpastian ekonomi global dan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah (Timteng). Dengan kondisi ini, saham Antam layak dikoleksi.

 

Pada Jumat (12/9/2025), harga emas batangan PT Aneka Tam­bang Tbk (Antam) mengalami koreksi sebesar Rp 7.000 men­jadi Rp 2.088.000 per gram.

 

Meski mengalami penurunan, namun harganya masih cukup tinggi. Pasalnya, harga emas Antam sempat mendekati level psikologis Rp 2,1 juta per gram di minggu lalu.

 

Melihat harga emas yang ber­potensi terus naik, mendorong saham Antam, yang merupakan anggota Holding Industri Pertambangan Indonesia Mind ID, semakin solid.

 

Prospek saham Antam terus meroket. Hal ini terbukti prof­itabilitas melonjak sebesar 451 persen, dari Rp 1,3 triliun pada semester I-2024, menjadi Rp 7,1 triliun pada semester I-2025.

 

Direktur Keuangan dan Mana­jemen Risiko Antam Arianto S Rudjito menjelaskan, pada periode enam bulan pertama tahun 2025, Antam berhasil mencatatkan capaian kinerja keuangan yang cemerlang.

 

“Dengan didorong pertum­buhan kinerja komoditas emas dan nikel,” kata Arianto dalam Public Expose di Jakarta, Kamis (11/9/2025).

 

Penyumbang utama dari lon­jakan tersebut adalah sektor nikel. Pada 2024, sektor nikel hanya menyumbang sebesar 11 persen atau sekitar Rp 0,1 triliun dari profitabilitas Antam.

 

Lalu pada semester I-2025, terjadi lonjakan kontribusi sektor nikel terhadap profitabilitas Antam menjadi 50 persen dari total profitabilitas atau sekitar Rp 3,5 triliun.

 

Sebelumnya, sektor emas merupakan kontributor profit­abilitas tertinggi Antam, yakni sebesar 81 persen atau sekitar Rp 1 triliun pada semester I-2024,

 

Sektor emas menjadi kontributor terbesar kedua terhadap profitabili­tas Antam, dengan menyumbang 46 persen dari total profitabilitas, atau sekitar Rp 3,2 triliun.

 

Posisi terakhir adalah sektor bauksit, yang menyumbang Rp 0,3 triliun atau sekitar 4 persen dari total profitabilitas Antam.

 

Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang men­catatkan profitabilitas sebesar Rp 0,1 triliun. “Terjadi peningkatan yang cukup signifikan,” tuturnya.

 

Arianto mengatakan, meskipun sektor nikel menjadi pe­nyumbang tertinggi profitabilitas Antam, namun sektor tersebut hanya berkontribusi sebesar 13 persen terhadap pendapatan An­tam atau sekitar Rp 7,9 triliun.

 

Penyumbang terbesar untuk pendapatan Antam berasal dari sektor emas, dengan kontri­busi sebesar 84 persen dari total pendapatan tersebut atau sekitar Rp 49,7 triliun.

 

Terakhir, adalah sektor bauksit yang menyumbang sebesar 3 persen atau sekitar Rp 1,5 triliun.

 

Dari sisi cadangan emas men­capai sebesar 805 juta dry metric ton (dmt) dengan sumber daya sebesar 5,583 miliar dmt.

 

Untuk bauksit, Antam men­catat cadangan sebesar 198 juta wmt, dengan sumber daya sebesar 553 juta wmt.

 

Selanjutnya, laba periode ber­jalan yang meningkat signifikan sebesar 240 persen atau men­capai sebesar Rp 5,14 triliun, dibandingkan dengan capaian laba periode berjalan pada pe­riode enam bulan pertama tahun 2024 sebesar Rp 1,51 triliun.

 

Selaras dengan capaian laba periode berjalan, emiten berkode saham ANTM ini mencatatkan pertumbuhan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) pada semester pertama 2025 sebesar Rp 7,11 triliun, alias meningkat signifikan 194 persen dibanding­kan EBITDA periode sebelumnya sebesar Rp 2,42 triliun.

 

Kami juga mencatat pertum­buhan yang signifikan, dengan kembali mencetak rekor pen­jualan emas triwulanan tertinggi sepanjang sejarah pada triwulan kedua tahun 2025,” katanya.

 

Terpisah, Pengamat pasar komoditas sekaligus Direktur Utama PT Laba Forexindo Ber­jangka Ibrahim Assuaibi mem­perkirakan, bahwa emas dunia akan melanjutkan kenaikan, yang didorong oleh kondisi geopolitik yang masih berlanjut dan eks­pektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

 

Harga emas berpeluang naik selama empat tahun ke depan, teru­tama selama masa jabatan kedua Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump,” tutur Ibrahim kepada Tangselpos.id, kemarin.

 

Menurut Ibrahim, dalam jangka waktu empat tahun kemungkinan besar masih akan ada perang dagang.

 

Tak hanya itu, dirinya juga me­lihat data-data ketenagakerjaan tidak sesuai dengan ekspektasi, yang membuat Bank Sentral akan menurunkan suku bunga dalam pertemuan di bulan September.

 

Ibrahim juga menyoroti per­kembangan terkait ketegangan an­tara Pemerintahan Trump dengan The Fed, di mana Gubernur Lisa Cook dalam tekanan untuk lengser.

 

Hal ini, katanya, sukses telah membuat ketegangan tersendiri.

 

Karena selama ini eksekutif tidak boleh dicampur dalam urusan Bank Sentral.

 

Alhasil, harga emas dari kisa­ran 3.400 dolar AS per ons terus naik ke 3.500 hingga 3.578 dolar AS per ons,” katanya.

 

Faktor pendorong kenaikan lainnya, Ibrahim menyebut, adalah perkembangan terkait konflik di Eropa antara Rusia dan Ukraina yang belum menun­jukkan tanda akhir.

 

“Wajar kalau harga emas dunia sempat menembus level terting­ginya yang hampir mendekati 3.600 dolar AS per ons,” jelasnya.

 

Prospek Saham

 

Sementara, Investment Ana­lyst Infovesta Capital Advisory Ekky Topan menyampaikan, lonjakan kinerja Antam pada paruh pertama tahun ini tidak hanya disokong oleh kenaikan harga emas dunia, tetapi juga efisiensi operasional yang ber­hasil dijalankan.

 

Kinerja solid tersebut mencer­minkan efisiensi operasional dan peningkatan harga jual rata-rata, seiring dengan sentimen bull­ish di pasar komoditas emas,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (12/9/2025).

 

Menurut Ekky, harga emas dunia yang terus mencetak level tertinggi baru memberikan du­kungan fundamental yang solid bagi emiten pengelola emas.

 

Kondisi tersebut membuat valuasi saham emiten emas, termasuk Antam, masih menarik untuk dikoleksi oleh para inves­tor. Khususnya, dalam jangka pendek hingga menengah.

 

Senada, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai, saham Antam masih memiliki ruang kenaikan seiring tren positif harga emas dunia.

 

Antam berpotensi mendapat keuntungan dari kenaikan Average Selling Price (ASP) emas, yang berdampak pada kinerja pendapat­an dan laba bersih,” ujarnya.

 

Selain itu, perseroan juga dise­but memiliki komitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi dan volume penjualan guna men­jaga kinerja tetap optimal.

 

Namun, Nafan menekankan pentingnya diversifikasi bisnis bagi emiten tambang Grup Mind ID ini untuk menghadapi fluk­tuasi harga komoditas, seperti nikel, batubara, dan tembaga.

 

Dia menegaskan, hilirisasi tidak bisa ditinggalkan. Proses pembangunan industri hilir akan memberikan added value yang signifikan.

 

“Sehingga prospek sektor tambang positif di masa depan,” pungkasnya

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit