Sukses Kurangi Macet Horor Di TB Simatupang, Rekayasa Lalin Lanjut Hingga Oktober

JAKARTA - Jalan TB Simatupang, masih menjadi salah satu titik kemacetan di Jakarta Selatan. Meski begitu, berdasarkan hasil evaluasi, tingkat kemacetannya sudah menurun pasca Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI menerapkan rekayasa lalu lintas (lalin).
Kemacetan tak hanya dirasakan pengguna kendaraan pribadi dan kendaraan umum, tapi juga para pengemudi ojek online (ojol) yang setiap harinya melintas di Jalan TB Simatupang untuk mengantar penumpang.
Agus (42), pengemudi ojol yang sudah lima tahun beroperasi di Jakarta, mengaku lebih memilih menghindari Jalan TB Simatupang.
Dia menyebut, Jalan TB Simatupang sebagai “jalur horor” karena kemacetannya yang sangat parah pada jam pulang kerja. “Kalau sore, saya menghindari Jalan TB Simatupang,” ujar Agus di kawasan TB Simatupang, Kamis siang (25/9/2025).
Berbeda dengan Agus, pengemudi ojol Diki (28), mengaku tetap mengambil orderan di sekitar TB Simatupang, meskipun macet parah.
Menurut Diki, justru di kawasan macet parah ini, dia sering mendapat order. “Banyak penumpang yang turun dari halte, lanjut naik ojek online. Sayang kalau orderan tidak diambil,” katanya.
Untuk mengatasi kemacetan itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memperpanjang rekayasa lalu lintas (lalin) melalui pembukaan Gerbang Tol Fatmawati 2 secara gratis hingga akhir Oktober 2025.
Keputusan ini diambil Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung setelah melakukan evaluasi penerapan uji coba rekayasa lalu lintas. Uji coba rekayasa lalu lintas ini, menurutnya, menunjukkan hasil positif.
Bisa dilanjutkan sampai akhir Oktober, karena terbukti mampu mengurangi kemacetan,” kata Pram, dikutip dari siaran pers Pemprov DKI, Senin (22/9/2025).
Gerbang Tol Fatmawati 2 di Jalan RA Kartini kerap menjadi titik macet horor pada jam sibuk, terutama sore. Selama masa uji coba, akses tol ini dibuka secara gratis bagi kendaraan roda empat, sehingga beban lalu lintas di ruas Jalan TB Simatupang dan arteri RA Kartini berkurang.
Berdasarkan hasil evaluasi uji coba pada 15-19 September 2025, tercatat volume kendaraan yang masuk melalui kanalisasi Gerbang Tol Fatmawati 2 mencapai 3.052 kendaraan, atau rata-rata 610 kendaraan per hari.
Perbandingan data sebelum dan sesudah uji coba, menunjukkan hasil positif. Pada periode 25-29 Agustus 2025, volume lalu lintas rata-rata pada jam sibuk di Jalan RA Kartini mencapai 3.774,81 satuan mobil penumpang per jam (smp/jam). Namun, selama uji coba, angka itu turun menjadi 3.127,44 smp/ jam, atau menurun 17,15 persen.
Selain itu, hasil analisis juga mencatat bahwa kapasitas ruas Jalan RA Kartini meningkat 26 persen. Sedangkan nilai volume per kapasitas (VC ratio) turun 21,4 persen, dan kecepatan ratarata jaringan jalan naik 15,92 persen. Secara keseluruhan, kinerja lalu lintas di kawasan TB Simatupang-RA Kartini meningkat 18,65 persen.
Data tersebut menunjukkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap alternatif jalur yang lebih lancar, sekaligus mengurangi penumpukan kendaraan di kawasan TB Simatupang.
“Pembukaan akses gratis di Gerbang Tol Fatmawati 2, memberikan dampak nyata terhadap kelancaran lalu lintas,” ucap politisi yang akrab disapa Pram ini.
Pram menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berperan dalam kelancaran lalu lintas di Jalan TB Simatupang dan sekitarnya.
Dia juga mengucapkan terima kasih kepada para pengguna jalan atas kesabaran, serta masukan yang diberikan kepada Pemprov DKI, demi terwujudnya lalu lintas Ibu Kota yang aman dan nyaman.
Pemprov DKI berharap, arus kendaraan di kawasan Jakarta Selatan semakin tertata dan kemacetan dapat berkurang secara signifikan,” ucapnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Muhammad Al Fatih menyambut baik langkah Pemprov DKI memperpanjang rekayasa lalin di Jalan TB Simatupang, dengan cara membuka Gerbang Tol Fatmawati 2 secara gratis.
Menurut Al Fatih, kebijakan ini adalah bukti kehadiran Pemerintah dalam memberikan solusi konkret untuk mengatasi kemacetan.
Dia bilang, hasil evaluasi yang menunjukkan penurunan volume kendaraan di Jalan RA Kartini sebesar 17,15 persen pada jam puncak sibuk, menjadi bukti bahwa kebijakan tersebut tepat sasaran.
Karena itu, dia mendukung penuh perpanjangan rekayasa lalin ini, bahkan berharap kebijakan tersebut dilanjutkan hingga seluruh proyek galian di kawasan TB Simatupang selesai.
“Selama masa pembangunan, masyarakat membutuhkan opsi alternatif untuk mengurangi penumpukan kendaraan dan mengefektifkan pergerakan lalu lintas,” kata dia, Senin (22/9/2025).
Meski begitu, Al Fatih meminta Pemprov DKI bersama kontraktor proyek menyampaikan timeline galian secara terbuka, mulai dari tanggal dimulainya hingga target penyelesaiannya.
Dia menegaskan, informasi yang jelas akan memberi kepastian bagi masyarakat, sekaligus memperkuat kepercayaan publik bahwa proyek ditangani secara serius.
“Selain itu, perlu kajian ulang terhadap titik-titik bottleneck dan penyempitan jalan di kawasan TB Simatupang, agar rekayasa tak hanya sementara mengurai kemacetan, tapi juga mencegah potensi hambatan baru,” sarannya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 20 jam yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Opini | 23 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu