TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

Indeks

Dewan Pers

Jangan Hanya Viral, Tokoh Muda Tangsel Ajak Leony Vitria Duduk Bersama Cari Solusi

Reporter & Editor : Ari Supriadi
Minggu, 05 Oktober 2025 | 17:13 WIB
Dadit H. Gani. (Ist)
Dadit H. Gani. (Ist)

TANGERANG SELATAN - Kritik pedas yang disampaikan artis Leony Vitria Hartanti terhadap kebijakan dan anggaran Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan menuai banyak tanggapan publik. Namun, bagi tokoh muda Tangsel, Dadit H. Gani, kritik tersebut sebaiknya tak berhenti di media sosial, melainkan dilanjutkan dengan langkah nyata mencari solusi bersama.

 

Leony sebelumnya menyoroti sejumlah kejanggalan dalam struktur anggaran Pemkot Tangsel. Melalui akun Instagram pribadinya, ia menilai ada ketimpangan antara anggaran konsumsi rapat dan suvenir dibandingkan dengan alokasi perbaikan jalan dan kesejahteraan masyarakat.

 

Kritik itu bermula dari pengalaman pribadinya saat mengurus balik nama rumah peninggalan ayahnya. Leony mengaku keberatan dengan beban Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang harus ditanggung, dan dari situlah keresahannya meluas menjadi kritik terhadap kebijakan kota.

 

Menanggapi hal itu, Dadit H. Gani mengapresiasi keberanian Leony menyuarakan pendapatnya. Namun, ia mengingatkan agar polemik ini tidak hanya menjadi bahan perbincangan viral semata.

 

“Alangkah baiknya kalau ini dijadikan momentum untuk duduk bersama dengan Pemkot Tangsel dan stakeholder terkait. Tujuannya agar bisa dicari solusi secara kolaboratif,” ujar Dadit dalam keterangannya, Minggu (5/10/2025).

 

Menurut Dadit, sebagian besar wilayah Tangsel memang berkembang pesat karena kehadiran banyak pengembang besar. Namun, di sisi lain, masih ada pemukiman padat penduduk yang menghadapi berbagai persoalan sosial dan infrastruktur yang kompleks.

 

“Kota Tangerang Selatan ini baru berusia 17 tahun sejak resmi menjadi daerah otonom pada 2008. Jadi wajar bila masih ada ketimpangan antara kawasan pengembang dan wilayah padat penduduk. Tantangannya adalah bagaimana Pemkot bisa menjaga keseimbangan pembangunan,” jelasnya.

 

Meski begitu, Dadit tetap mengapresiasi langkah Pemkot Tangsel yang terus berupaya merawat fasilitas publik di kawasan padat penduduk. Ia menilai kesenjangan sosial memang menjadi tantangan klasik di kota besar, termasuk Tangsel.

 

“Masalah kesenjangan sosial itu bukan hal baru. Tapi Pemkot Tangsel bisa hadir memberikan perubahan bertahap. Ini tugas bersama, bukan hanya pemerintah,” tambahnya.

 

Dadit pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menyikapi kritik dan dinamika yang muncul dengan cara yang arif dan solutif.

 

“Kalau hanya sebatas viral tapi tidak menghasilkan dialog, yang rugi justru masyarakat sendiri. Tangsel ini bukan hanya deretan klaster modern, tapi juga kampung-kampung yang punya masalah sosial nyata. Itu tanggung jawab moral kita semua untuk menyelesaikannya,” tutupnya.(*)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit