Kini PSI Juga Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
JAKARTA - Setelah Partai Golkar dan Partai NasDem, kali ini partai politik (parpol) yang mendukung Soeharto dianugerahi gelar pahlawan nasional datang dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Presiden ke-2 RI itu layak mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bidang Politik Bestari Barus mengatakan, publik harus menilai kepemimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun secara utuh.
Menurutnya, penilaian tidak boleh hanya berfokus pada kontroversi, tetapi juga pada kontribusi Soeharto dalam pembangunan bangsa.
“Dia membawa Indonesia menuju stabilitas ekonomi, swasembada pangan dan pembangunan infrastruktur besar-besaran. Itu fakta sejarah yang tidak bisa disangkal,” kata Bestari di Jakarta, Jumat (31/10/2025).
Penolakan terhadap pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto, kata Bestari, tidak akan mempengaruhi keputusan Pemerintah dalam menentukan siapa yang layak menerima gelar tersebut. Pemerintah memiliki mekanisme dan pendalaman yang komprehensif dalam penentuan tersebut.
“Tim penilai gelar pahlawan sudah meneliti dengan matang, dan siapa pun yang nantinya ditetapkan pasti telah memenuhi kriteria,” ujarnya.
Bestari juga menilai, komentar negatif yang disertai kalimat merendahkan terhadap Soeharto menunjukkan pandangan yang tidak objektif terhadap sejarah.
Dia menilai Soeharto sebagai sosok hebat, karena berhasil menumpas Gerakan 30 September yang menelan banyak korban jiwa dan mengancam keutuhan bangsa.
Tanpa langkah tegas itu, mungkin arah sejarah Indonesia akan berbeda,” tegasnya.
Mantan Anggota DPRD DKI Jakarta itu menambahkan, bangsa Indonesia harus belajar menilai masa lalu secara proporsional, bukan dengan dendam politik. Termasuk, catatan kritis PDI Perjuangan (PDIP) yang menolak usulan penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.
“Kalau PDIP masih menilai Soeharto dari luka politik 1965 dan Orde Baru, berarti mereka belum siap berdamai dengan sejarah. Reformasi sudah dua dekade lebih berjalan, saatnya kita melihat sejarah dengan kepala dingin,” ujarnya.
Bestari berharap, bangsa Indonesia tidak lagi terjebak dalam kebencian lama dan tetap waspada terhadap ideologi yang pernah mengancam dasar negara. Dia juga mengingatkan, di bawah kendali Soeharto, pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) berhasil ditumpas.
Semoga ke depan tidak ada lagi pemikiran-pemikiran PKI yang berkembang di Indonesia. Harapan kita semua, bangsa ini terus melangkah maju dengan menghormati sejarahnya,” pungkasnya.
Pandangan berbeda disampaikan Ketua DPP PDIP MY Esti Wijayanti. Dia menilai, usulan Soeharto menjadi Pahlawan Nasional merupakan kontradiksi.
Menurut Esti, penetapan Soeharto sebagai pahlawan nasional dapat menimbulkan konsekuensi logis bahwa aktivis reformasi pada 1998 dianggap menggulingkan sosok pahlawan.
“Ada kontradiksi yang tidak mungkin bisa selesai begitu saja,” kata Esti di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (29/10/2025).
Esti menambahkan, pemberian gelar kepada Soeharto juga menimbulkan kontradiksi lain terkait status korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) pada masa Orde Baru. Salah satunya adalah Marsinah, aktivis buruh yang juga diusulkan menjadi Pahlawan Nasional oleh Kementerian Sosial (Kemensos).
“Kemudian mereka yang menjadi korban ini harus bersama-sama menerima gelar pahlawan. Logikanya dari mana? Saya kira ini juga perlu diklarifikasi terlebih dahulu,” ujar Esti.
Fraksi PDIP di Senayan, khususnya di Komisi X, kata Esti, tidak dapat menyetujui begitu saja usulan Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menganugerahi Soeharto sebagai pahlawan nasional.
Kami akan verifikasi terlebih dahulu, termasuk meninjau kembali pemahaman atas tindakan para aktivis reformasi,” tandasnya.
Putri Presiden ke-2 Soeharto, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, menyambut baik usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada mendiang ayahnya.
Titiek, yang juga Ketua Komisi IV DPR berterimakasih atas dukungan terhadap penganugerahan gelar pahlawan nasional tersebut.
Alhamdulillah, terima kasih. Kalau terealisasi, ya alhamdulillah. Harapan yang terbaik,” ujar Titiek, usai menghadiri acara pelepasliaran satwa dilindungi jenis penyu di Pantai Saba, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin (27/10/2025) malam.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu


